Analisis Pengaruh Earning management Akrual dan Aktivitas Nyata Terhadap Kinerja Saham Perusahaan Yang Telah Melakukan Initial Public Offerings (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

ANALISIS PENGARUH EARNINGMANAGEMENT AKRUAL DAN AKTIVITAS NYATA TERHADAP KINERJA SAHAM PERUSAHAAN YANG

MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERINGS (IPO) DI BEI

TESIS

oleh:

Uswatun Hasanah 097017003/Akt.

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

ANALISIS PENGARUH EARNINGMANAGEMENT AKRUAL DAN AKTIVITAS NYATA TERHADAP KINERJA SAHAM PERUSAHAAN YANG

MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERINGS (IPO) DI BEI

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

oleh:

USWATUN HASANAH 097017003/AKT.

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

Judul Penelitian : ANALISIS PENGARUH EARNING MANAGEMENT AKRUAL DAN AKTIVITAS NYATA TERHADAP KINERJA SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERINGS (IPO) DI BEI

Nama : Uswatun Hasanah

Nomor Pokok : 097017003 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Drs. Erwin Abu Bakar, MBA, Ak) (Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah Diuji pada

Tanggal : 16 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Drs. Erwin Abu Bakar, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade FatmaLubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dra. Tapi Anda Sari, Lubis, M.Si., Ak.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul:

“ANALISIS PENGARUH EARNING MANAGEMENT AKRUAL DAN

AKTIVITAS NYATA TERHADAP KINERJA SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERINGS (IPO) DI BEI” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 16 Januari 2012 Yang membuat pernyataan:


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis terjadinya manajemen laba akrual (akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang) dan manajemen laba aktivitas nyata (abnormal arus kas kegiatan operasi dan biaya diskresioner) serta menguji pengaruh manajemen akrual dan aktivitas nyata yang dinyatakan signifikan terindikasi manajemen laba terhadap kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO (penawaran saham tambahan) di Bursa efek Indonesia (BEI) dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah 54 perusahaan. Dari jumlah populasi ini yang menjadi sampel sebanyak 41 perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder dan Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear. Uji hipotesis menggunakan F – test

untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan serta t-test untuk menguji besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dengan Level of Significance 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik, hal ini menunjukkan bahwa data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model persamaan regresi liniear. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 1). Telah terjadi manajemen laba baik secara akrual maupun aktivitas nyata 2) uji pengaruh secara simultan dan parsial antara variabel independen yaitu manajemen akrual diskresioner jangka pendek (DCA), diskresioner jangka panjang (DLA), abnormal arus kas operasi (ABN_CFO), dan abnormal biaya diskresioner (ABN_DISEXP) dinyatakan tidak berpengaruh terhadap kinerja saham (return saham). Kemampuan prediksi dari keempat variabel independen tersebut terhadap kinerja saham sebesar 17,5% sedangkan sisanya sebesar 82,5% di pengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Kata kunci: manajemen laba, akrual, aktivitas nyata, kinerja saham, return saham


(7)

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the occurrence of accrual based earning management (short-term discretionary accrual and long term discretionary accrual) and real activities manipulation based earning management (abnormal level of cash flow from operation and discretional expense) and to examine the effect of accrual based and real earning management activities that’s stated that it’s significantly indicated the earning management on the performance of the shares in companies done by IPO (initial public offerings) in Indonesian stock exchange (Bursa Efek Indonesia : BEI) in 2006-2010 with the firm size as control variable.

The sampling used was purposive sampling method. The population of this study was 54 companies and 41 companies were chosen as the sample. The data used are the secondary data and the analysis technique used was linear regression. The hypothesis test in this study was the F-Test, it’s used to determine the magnitude of the effect of independent variables on the dependent variables simultaneously as well as t-test to test the magnitude of the effect of independent variables on dependent variable partially by the level of significance of 5 %. But it also made the assumption of classical test that includes test of normality, the multicollinearity test, the heteroskedasticity test and the autocorrelation test.

During the period of observation, it’s showed that the data are normally distributed. Based on the test of normality, the multicollinearity test, heteroskedasticity test and autocorrelation test, it was not found the variable that deviated from the classical assumptions, it’s showed that the available data has been qualified to use the linear regression model. Based on the survey results it’s revealed that: 1) Earning management has been occurated in both accrual and real activity. 2) the effect test simultaneously and independently occurred among independent variables namely the discretionary current accrual (DCA), discretionary long-term accrual (DLA), abnormal levels of cash flow from operation (ABN_CFO), and abnormal level of discretionary expense (ABN_DISEXP) didn’t effect the performance of the stock (stock return). The predictive capability of the four independent variables on the performance of stock level at 17.5%, while the remaining 82.5% influenced by other faktors weren’t included on the research model.

Key word: Earning management, accrual, real earning activities, performance of stock, stock return


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas peneliti menyampaikan Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT dengan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Earning management Akrual dan Aktivitas Nyata Terhadap Kinerja Saham Perusahaan Yang Telah Melakukan Initial Public Offerings (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

Dalam penelitian tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan moril, masukan serta saran sehingga penilis dapat menyelesaikan penelitian tesis ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM) Sp.A(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku direktur program pasca sarjana Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku ketua Program Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai salah satu dosen pembanding dalam penyusunan tesis ini.

4. Drs. Erwin Abu Bakar, MBA, Ak, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak membantu, mengarahkan, membimbing dan juga memberikan saran kepada peneliti dalam penyusunan tesis ini.

5. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing peneliti dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini.

6. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis.

7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis.

8. Orang tua peneliti Drs. H. Syauri Syam, LC. dan Hj. Rahimah Effendi yang telah banyak memberikan dukungan moril kepada peneliti hingga selesainya tesis ini.


(9)

9. Adik-adik peneliti terutama Usmatun Thaibah S.Pd, M.Hum yang telah membatu semua penerjemahan untuk menyelesaikan tesis ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa angkatan XVII terutama kak yani, kak fitri untuk semua dukungan, perhatian dan saran bagi peneliti.

11.Pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan-masukan dan saran yang sifatnya membangun. Namun demikian besar harapan peneliti tesis yang telah diselesaikan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 16 Januari 2012 Peneliti


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Uswatun Hasanah

Tempat/Tgl. Lahir : Medan/ 15 september 1983 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Bromo Gg. Jermal No. 12 Medan

II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1989 – 1995 : SD. Al –Ittihadiyah Medan 1995 – 1998 : MTS. Muallimin Univa Medan 1998 – 2001 : MAS. Al-Washliyah Medan

2001 – 2005 : S-1 Pendidikan Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Negeri Medan (UNIMED)

2009 - 2011 : S-2 Program Pascasarjana Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara (USU) Medan

III. LATAR BELAKANG PEKERJAAN

2003 - 2005 : MTS. Al – Hidayah Patumbak Medan

2005 - 2006 : Asisten Dosen STIE Al-Hikmah Cab. Perbaungan. 2007 – 2010 : Tentor Ekonomi/Akuntansi Primagama cab. Aksara 2008 – 2010 : Staff keuangan Primagama Cabang Aksara


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah... 4

1.3 Tujuan penelitian... 5

1.4 Manfaat penelitian... 6

1.5 Originalitas ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 8

2.1.1. Pengantar... 8

2.1.1.1 Earning management... .. 8

2.1.1.2 Manipulasi laba Akrual... 12

2.1.1.3 Manipulasi laba aktivitas nyata... 15

2.1.1.4 Penawaran saham perdana (Initial Public Offerings/IPO).... 19

2.1.1.5 Kinerja perusahaan... 23

2.1.1.6 Earning management dan kinerja saham saat penawaran.... 24


(12)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep... 30

3.2 Hipotesis... 34

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis penelitian... 39

4.2 Lokasi penelitian... 39

4.3 Populasi dan sampel ... 40

4.4 Metode pengumpulan data ... 41

4.5 Defenisi operasional dan metode pengukuran variabel... 41

4.5.1. Defenisi Operasional... 41

4.5.1.1. Variabel dependen... 42

4.5.1.2. Variabel independen... 42

4.5.1.2.1 Akrual diskresioner jangka pendek... 43

4.5.1.2.2. Akrual diskresioner jangka panjang... 43

4.5.1.2.3. Manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan Operasi... 43

4.5.1.2.4 Manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner... 44

4.5.2. Metode pengukuran variabel... 45

4.5.2.1. Variabel dependen... 45

4.5.2.2. Variabel independen... 47

4.5.2.2.1 Akrual diskresioner jangka pendek... 47

4.5.2.2.2. Akrual diskresioner jangka panjang... 49

4.5.2.2.3. Manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan Operasi... ... 52

4.5.2.2.4 Manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner... 53

4.5.3. Variabel Kontrol... 55


(13)

4.6 Metode analisis data ... 57

4.6.1. Uji asumsi klasik ... 57

4.6.1.1. Uji normalitas data... 57

4.6.1.2. Uji multikolinearitas... 58

4.6.1.3. Uji heteroskedastisitas... 58

4.6.1.4. Uji auto korelasi... 58

4.6.2. Pengujian hipotesis... 59

4.6.2.1. Koefisien determinasi... 59

4.6.2.2. Uji simultan (uji F)... 60

4.6.2.3. Uji parsial (uji t)... 60

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian ... 61

5.1.1. Statistik deskriptif ... 62

5.1.2. Uji asumsi Klasik... 63

5.1.2.1. Uji normalitas ... 64

5.1.2.2. Uji multikolinearitas... 65

5.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas... 66

5.1.2.4. Uji Autokorelasi... 69

5.1.3. Pengujian hipotesis ... 70

5.1.3.1. Koefisien determinasi... 70

5.1.3.2. Uji F ... 71

5.1.3.3. Uji t ... 72

5.2. Pembahasan ... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 81

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 82

6.3. Saran ... 83


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 1.1.Perusahaan (emiten yang melakukan Penawaran Saham Umum

Perdana (IPO) sepanjang tahun 2001 – 2010 ... 2

2.1. Penelitian terdahulu ... 25

4.1. Pemilihan Sampel Penelitian ... 40

4.2. Defenisi operasional pengukuran variabel ... 54

5.1 Descriptive statistics ... 62

5.2. Uji normalitas data ... 64

5.3. Uji multikolinearitas ... 66

5.4. Uji Heteroskedastisitas ... 67

5.5. Uji autokorelasi ... 69

5.6. Test of goodness of fit ... 71

5.7. Uji F (Simultan) ... 72


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 3.1. Kerangka Model Penelitian ... 33 5.1. Histogram uji heteroskedastisitas ... 68 5.2. Scatter plot uji heteroskedastisitas ... 68


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Sampel penelitian ... 90

2. Kinerja saham (return saham) ... 91

3. Tabulasi data belum di olah ... 92

4. Rekap data penelitian ... 102


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis terjadinya manajemen laba akrual (akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang) dan manajemen laba aktivitas nyata (abnormal arus kas kegiatan operasi dan biaya diskresioner) serta menguji pengaruh manajemen akrual dan aktivitas nyata yang dinyatakan signifikan terindikasi manajemen laba terhadap kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO (penawaran saham tambahan) di Bursa efek Indonesia (BEI) dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah 54 perusahaan. Dari jumlah populasi ini yang menjadi sampel sebanyak 41 perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder dan Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear. Uji hipotesis menggunakan F – test

untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan serta t-test untuk menguji besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dengan Level of Significance 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik, hal ini menunjukkan bahwa data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model persamaan regresi liniear. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 1). Telah terjadi manajemen laba baik secara akrual maupun aktivitas nyata 2) uji pengaruh secara simultan dan parsial antara variabel independen yaitu manajemen akrual diskresioner jangka pendek (DCA), diskresioner jangka panjang (DLA), abnormal arus kas operasi (ABN_CFO), dan abnormal biaya diskresioner (ABN_DISEXP) dinyatakan tidak berpengaruh terhadap kinerja saham (return saham). Kemampuan prediksi dari keempat variabel independen tersebut terhadap kinerja saham sebesar 17,5% sedangkan sisanya sebesar 82,5% di pengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Kata kunci: manajemen laba, akrual, aktivitas nyata, kinerja saham, return saham


(18)

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the occurrence of accrual based earning management (short-term discretionary accrual and long term discretionary accrual) and real activities manipulation based earning management (abnormal level of cash flow from operation and discretional expense) and to examine the effect of accrual based and real earning management activities that’s stated that it’s significantly indicated the earning management on the performance of the shares in companies done by IPO (initial public offerings) in Indonesian stock exchange (Bursa Efek Indonesia : BEI) in 2006-2010 with the firm size as control variable.

The sampling used was purposive sampling method. The population of this study was 54 companies and 41 companies were chosen as the sample. The data used are the secondary data and the analysis technique used was linear regression. The hypothesis test in this study was the F-Test, it’s used to determine the magnitude of the effect of independent variables on the dependent variables simultaneously as well as t-test to test the magnitude of the effect of independent variables on dependent variable partially by the level of significance of 5 %. But it also made the assumption of classical test that includes test of normality, the multicollinearity test, the heteroskedasticity test and the autocorrelation test.

During the period of observation, it’s showed that the data are normally distributed. Based on the test of normality, the multicollinearity test, heteroskedasticity test and autocorrelation test, it was not found the variable that deviated from the classical assumptions, it’s showed that the available data has been qualified to use the linear regression model. Based on the survey results it’s revealed that: 1) Earning management has been occurated in both accrual and real activity. 2) the effect test simultaneously and independently occurred among independent variables namely the discretionary current accrual (DCA), discretionary long-term accrual (DLA), abnormal levels of cash flow from operation (ABN_CFO), and abnormal level of discretionary expense (ABN_DISEXP) didn’t effect the performance of the stock (stock return). The predictive capability of the four independent variables on the performance of stock level at 17.5%, while the remaining 82.5% influenced by other faktors weren’t included on the research model.

Key word: Earning management, accrual, real earning activities, performance of stock, stock return


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang sangat penting untuk mendapatkan informasi keuangan juga sebagai alat penilai kinerja manajemen bagi pihak eksternal. Kinerja manajemen perusahaan tersebut tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Oleh karena itu proses penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang dapat menentukan kualitas laporan keuangan. Manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Scott (2009) mengatakan bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik itulah disebut dengan earning management.

Dari sekian banyak peristiwa yang identik dengan praktik earning management, keberadaan praktik earning management pada peristiwa penawaran saham umum perdana atau IPO masih menarik untuk diteliti. Sepanjang tahun 2001-2010, BAPEPAM dan LK telah mencatat 163 aksi penawaran saham umum perdana di Indonesia. Aksi ini terbilang cukup intens jika dibandingkan aksi korporasi lainnya, misalkan merger dan akuisisi. Berikut ini adalah data jumlah perusahaan atau Emiten yang melakukan IPO (Initial Public Offering) atau disebut juga dengan penawaran saham umum perdana sepanjang tahun 2001 -2010.


(20)

Table 1.1. Perusahaan (Emiten) Yang Melakukan PenawaranSaham Umum Perdana(IPO) Sepanjang Tahun 2001-2010

No Tahun Jumlah Emiten

Total nilai emisi (M)

No Tahun Jumlah Emiten

Total nilai emisi

1 2001 31 1.096,76 6 2006 12 6.485,35

2 2002 21 1.216,04 7 2007 24 17.181,54

3 2003 9 7.508,23 8 2008 18 23.484,45

4 2004 7 907,55 9 2009 12 3.717,97

5 2005 8 3.520,03 10 2010 22 29.300,20

Sumber

Salah satu motivasi yang dapat menjadi pemicu munculnya earning management adalah motivasi untuk memanfaatkan kegiatan Initial Public Offering

(IPO) sebagai sebuah kondisi asimetri informasi dalam rangka mendapatkan harga saham perdana yang tinggi (Scott, 2009). Hughes dalam Kusumawardhani dan Veronica (2009) membuktikan bahwa informasi yang tercantum pada laporan keuangan, seperti misalnya angka net income, akan memberikan sinyal bagi investor dalam memprediksi nilai perusahaan. Konsekuensinya, manajemen memiliki insentif untuk menggunakan earning management sebagai sarana menciptakan nilai laba yang lebih besar pada saat menjelang perusahaan melakukan IPO guna mendapatkan nilai saham perdana yang tinggi. Friedlan (1994) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menaikkan laba akuntansi perioda satu tahun sebelum IPO dan setelah IPO. Di Indonesia sendiri penelitian tetang ini telah dilakukan oleh Syaiful (2004) yang menyimpulkan bahwa manajemen melakukan earning management perioda dua tahun menjelang IPO, tidak terdapat indikasi earning


(21)

management perioda satu tahun menejelang IPO dan adanya earning management

pada perioda dua tahun setelah IPO.

Beberapa penelitian tentang earning management dan kinerja perusahaan baik menjelang ataupun sesudah IPO telah banyak diteliti dari berbagai sudut pandang diantaranya pihak eksternal (investor) maupun pihak internal (manajemen). Bartov, Rajgopal, Walther dalam Joni (2008) menyatakan bahwa kecerdasan investor (Investor Sophisticated) merupakan faktor penentu hubungan antara laba dan return. Balsam et al. (2002) menyatakan bahwa kecerdasan investor (Sophisticated Investors) mampu mendeteksi earning management lebih cepat dari pada para investor yang tidak cerdas (Unsophisticated Investors). Jadi kecerdasan investor dapat menjadi faktor penentu hubungan earning management dengan return saham. Ardiati (2003) menemukan bahwa earning management berpengaruh positif terhadap return dengan menggunakan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi. Sedangkan menurut Toeh et al. (1998) menemukan bahawa setelah IPO, return saham jangka panjang mengalami penurunan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan IPO, hal ini berhubungan dengan akrual diskresioner (discretionary accruals) di sekitar IPO. Penelitian lain yang mendukung adanya praktik earning management disekitar penawaran umum saham tambahan seperti Shivakumar (2000), dan DuCharme et al.

(2004) yang menjelaskan bahwa perusahaan menggunakan earning management

melalui akrual (accruals) disekitar penawaran saham tambahan. Earning management

melalui akrual tersebut tidak mempunyai konsekuensi langsung terhadap arus kas perusahaan. Selain dugaan adanya tindakan earning management pada saat


(22)

penawaran saham tambahan, dari berbagai hasil penelitian terdahulu ditemukan juga bahwa terjadi fenomena penurunan kinerja (underperformance) yang menyertai pelaksanaan penawaran saham tambahan. Kusumawardhani dan Veronica (2009) menunjukkan bahwa secara rata-rata perusahaan melakukan earning management

yang meningkatkan laba melalui penggunaan komponen total akrual diskresioner pada periode satu tahun menjelang IPO.

Berdasarkan uraian fenomena dan bukti empiris sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk meneliti earning management disekitar IPO yang di tinjau dari sudut pandang internal yaitu manajemen, yang dililihat dari dua arah yaitu akrual dan aktivitas nyata. Penelitian earning management disekitar IPO lebih banyak di dominasi oleh penggunaan accrual sedangkan penelitian dari sudut pandang aktivitas nyata masih sangat minim. Keadaan inilah yang mendorong peniliti untuk meneliti

earning management dari sisi accrual dengan menggunakan model modified cross-sectional jones-1991 dan aktivitas nyata dengan model yang dikembangkan oleh Roychowdhury, serta dihubungkan dengan kinerja saham (return saham).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah manipulasi laba akrual diskresioner jangka pendek mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO?


(23)

2. Apakah manipulasi laba akrual diskresioner jangka panjang mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO?

3. Apakah manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi

mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO?

4. Apakah manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner mempengaruhi

kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO?

5. Apakah earning management secara simultan mempengaruhi kinerja saham

perusahaan yang melakukan IPO?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis apakah manipulasi laba akrual diskresioner jangka pendek

mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO.

2. Menganalisis apakah manipulasi laba akrual diskresioner jangka panjang

mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO.

3. Menganalisis apakah manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi

mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO.

4. Menganalisis apakah manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner

mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO.

5. Menganalisis apakah earning management secara simultan mempengaruhi kinerja


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pasar modal 2. Bagi perusahaan dan investor

Memberikan pemahaman mengenai alat manipulasi earning management baik melalui akrual diskresioner maupun lewat manipulasi aktivitas nyata sehingga dapat memperkaya pengetahuan dalam teknik manipulasi laba bagi perusahaan. Bagi investor dapat memberikan masukan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan investasi. Hal ini berguna dalam melakukan penilaian kinerja perusahaan yang melakukan penawaran saham tambahan dan pengaruhnya dalam pengambilan keputusan investasi.

3. Bagi akademisi

Diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris di bidang akuntansi bagi kemajuan dan pengembangannya di masa yang akan datang.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Annisaa’ rahman dan Hutagaol (2007): earnings management melalui accruals

dan real activities manipulation pada initial public offerings dan kinerja jangka panjang (studi empiris pada bursa efek Jakarta), yang menyimpulkan bahwa (1)


(25)

earning management ditemukan di akrual tetapi tidak ditemukan di aktivitas nyata (2)

earning management mempengaruhi kinerja saham 1 tahun setelah IPO, penelitian ini juga menunjukkan emiten dengan earning management agresif tidak menurunkan

return saham dari pada earning management konservatif.

Peneliti tertarik melakukan replikasi terhadap penelitian ini karena metode aktivitas nyata untuk masalah IPO sepanjang sepengetahuan peneliti masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Peneliti ingin menelaah kembali hasil dari penelitiaan annisa’rahman dan Yanthi hutagaol yang menyatakan tidak terjadi earning management melalui aktivitas nyata, dan ini bertentangan dengan hasil dari penelitian roychowdhury (2006), Cohen dan Zarowin (2008) yang menyatakan terjadi earning management melalui manipulasi aktivitas nyata. Dan juga mengingat rentang waktu penelitian ini dari tahun 1994 sampai 2003. Untuk manipulasi aktifitas nyata penelitian tersebut menggunakan instrument CFO (Cash Flow from Operation) dan COGS (cost of goods sold) dan Discretionary Expense, sedangkan penelitian ini menggunakan CFO (Cash Flow from Operation) dan Discretionary Expense. Sampel dalam penelitian sebelumnya adalah perusahaan manufaktur sedangkan penelitian ini adalah semua perusahaan yang melakukan IPO tahun 2006-2008


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengantar

Earning management di penelitian ini terdiri dari (1) earning management

akrual yang terdiri dari akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang, (2) manajemen aktivitas nyata yang terdiri dari abnormal arus kas operasi dan abnormal biaya diskresioner dan di hubungkan dengan kinerja saham perusahaan yang melakukan aktivitas IPO. Berikut ini dijabarkan definisi dan tinjauan peneliti terdahulu yang dikaitkan dengan teori pendukung.

2.1.1.1. Earning management

Earning management dapat didefinisikan sebagai “intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” Schipper, 1989 dalam Subramanyam dan Wild (2010). Definisi lain menyebutkan: “earning management merupakan upaya-upaya manajemen dalam menggunakan pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan para pengambil keputusan dalam menilai kinerja perusahaan atau dapat mempengaruhi kontrak-kontrak pendapatan yang telah ditetapkan berdasarkan angka-angka laporan keuangan (Healy dan Wahlen, 1998).


(27)

Menurut Sugiri (1998) manajemen laba atau earning management dapat dibagi menjadi dua definisi yaitu (1) definisi sempit, earning management erat kaitannya dengan pemilihan metode akuntansi dan perilaku manajer dalam menentukan besarnya laba seputar komponen discretionary accruals yaitu komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen atau manajer untuk melakukan intervensi dalam proses pelaporan keuangan, (2) definisi luas merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan/penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

Definisi-definisi di atas menjelaskan bahwa earning management merupakan tindakan dari manajer untuk memperbaiki kinerja dari perusahaan, baik manajer dan perusahaan akan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Terdapat berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya earning management (Subramanyam dan Wild, 2010) antara lain meningkatkan kompensasi, menghindari persyaratan utang, memenuhi ramalan analysis, dan mempengaruhi harga saham. Menurut Scott (2009) yang menjadi motivasi dilakukannya manjemen laba adalah motivasi bonus, motivasi kontrak, motivasi politik, motivasi pajak, penggantian direktur dan mengkomunikasikan informasi ke investor. Lain halnya menurut Watts dan Zimmerman (1990) Teori akuntansi positif (Positif Accounting Theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi earning management, yaitu: (1) hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis), (2) hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant hypotesis), dan (3) hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis).


(28)

Einsenhardt dalam Wibisono (2004) menjelaskan bahwa teori agency menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu (1) mementingkan diri sendiri (self interest), (2) daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) menghindari resiko (risk-averse). Dalam teori keagenan ini, manajemen selalu berusaha untuk memaksimumkan fungsi utilitasnya. Mengingat manajemen memiliki keleluasaan untuk memilih salah satu kebijakan akuntansi dari prinsip yang berlaku umum, maka wajar saja jika kemudian muncul pemikiran bahwa manajemen akan memilih metode akuntansi yang secara spesifik akan membantu manajemen dalam meraih tujuannya.

Sejalan dengan agency teory bahwa management akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan investor di pasar modal yang lebih dikenal dengan kondisi

asymmetric information. Jika manajemen ingin memaksimumkan nilai untuk pemegang saham saat ini (current stockholder), bukan pemegang saham baru, maka ada kecendrungan (1) jika perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak akan menerbitkan saham baru tetapi menggunakan laba di tahan, dan (2) jika prospek kurang baik, manajemen menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana (Atmaja, 2008).

Tiga jenis strategi dalam earning management (Subramanyam dan Wild, 2010) yaitu (1) Increasing Income, meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. (2) Big Bath, dilakukan melalui penghapusan (Write-Off) sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang


(29)

dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (sering kali pada masa resesi di mana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau pada saat terjadi perubahan manajemen, merger ataupun restrukturisasi. (3) income smoothing, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya, dengan cara tidak melaporkan bagian laba pada periode yang baik dan menciptakan cadangan laba kemudian melaporkan laba tersebut pada saat periode buruk.

Rahayu (2009) ada dua cara yang dilakukan perusahaan seputar earning management yaitu (1) manipulasi akuntansi/manipulasi laba akrual, merupakan selisih antara kas masuk bersih dari hasil operasi perusahaan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan rugi/laba, yang dapat bersifat non discretionay accrual dan

discretionay accrual. (2) manipulasi non akuntansi/ manipulasi aktivitas nyata, perbedaan praktik operasi yang dilakukan dengan praktik operasi normal perusahaan di motivasi oleh keinginan manajemen untuk memberikan pemahaman yang salah kepada stakeholder agar mereka percaya bahwa tujuan pelaporan keuangan telah di capai sesuai dengan praktik operasi normal perusahaan. Tindakan tersebut tidak selalu memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan meskipun memungkinkan para manajer untuk memenuhi tujuan pelaporan. Beberapa metode manipulasi aktivitas nyata seperti diskon harga, pengeluaran discretionary, dan juga tindakan optimal dalam keadaan ekonomi tertentu (Roychowdhury, 2006).

Beberapa penelitian memberikan bukti tentang adanya earning management


(30)

management sangatlah penting terutama pada periode sebelum IPO. Sokarina (2006)

Earning management yang diproksikan dengan akrual diskresioner berpengaruh negative terhadap return saham. (Beneish dan Vargus, 2002) yang menunjukkan bahwa persistensi income-increasing accrual lebih rendah jika diikuti oleh abnormal insider selling terindikasi dilakukannya earning management oportunistik untuk mendapatkan keuntungan dari pembelian atau penjualan saham.

2.1.1.2. Manipulasi Laba Akrual

Metode akrual merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya earning management. Metode akrual ini merupakan selisih antara kas masuk bersih dari hasil operasi perusahaan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi. Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary accrual (akrual diskresioner) yaitu pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen dan non discretionary accrual (akrual non diskreoner) adalah pengakuan akrual laba yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Akrual diskresioner merupakan salah satu ukuran dari earning management

sehingga biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya earning management. Akrual diskresioner terdiri dari akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang (Whelan dan McNamara 2004). Menurut (Dechow, 1994) Akrual diskresioner jangka pendek memiliki waktu yang relatif pendek misalnya satu tahun atau kurang dari satu tahun (satu periode akuntansi) dan merupakan akrual yang


(31)

melibatkan akun modal kerja dan menggambarkan perubahan dalam akun aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan akrual diskresioner jangka panjang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun (satu periode akuntansi) dan akrual diskresioner jangka panjang meliputi depresiasi, revaluasi aktiva, dan penyesuaian nilai wajar atas instrumen keuangan. Menurut Teoh et al. (1998) total akrual dibagi dalam akrual diskresioner jangka pendek atau disebut juga working capital accruals (WKA) dan akrual diskresioner jangka panjang atau disebut juga non-working capital accruals

(NWKA). Alasannya karena para manajer memiliki beberapa pertimbangan yang besar pada beberapa akun tertentu dibanding lainnya. Whelan dan McNamara (2004), mengatakan kegunaan relatif atas komponen akrual diskresioner tergantung pada interval return yang akan diuji. Akrual jangka pendek yang waktunya kurang dari atau sampai satu tahun maka akrual tersebut paling relevan untuk interval return satu tahun, sedangkan akrual jangka panjang akan menjadi relevan pada interval return

yang meningkat karena mempunyai periode waktu yang lebih panjang. Hasil penelitian ini menunjukkan akrual jangka pendek dan akrual jangka panjang mempunyai pengaruh yang berbeda khususnya terhadap relevansi informasi laba dan nilai buku.

Motivasi manajemen akrual dalam sudut pandang agency theory dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori: opportunistic dan signaling (Beaver, 2002). Pada motivasi opportunistic, manajemen cenderung menyajikan laba lebih tinggi daripada yang sesungguhnya, karena berhubungan dengan kompensasi. Sementara pada motivasi signaling, manajemen cenderung manyajikan laba yang mempunyai


(32)

kualitas karena berhubungan dengan evaluasi kinerja dan selanjutnya digunakan sebagai sinyal kepada pemegang saham.

Menurut Dechow dan Ilia (2001), Sejumlah studi menggunakan model kebijakan akrual untuk meneliti manipulasi dari akrual dalam mencapai tujuan

earning management. Pendekatan yang paling banyak digunakan dalam pengujian

earning management adalah model yang dikembangkan oleh Jones, dan dikenal dengan model Jones 1991. Menurut ( Jones, 1991 dalam Rahayu, 2009) metode jones 1991 yaitu melakukan firmspecific regression yang berarti akrual diskresioner diperoleh dengan membandingkan akrual tahun t, saat terjadinya manipulasi laba, dengan ratarata. Pada prinsipnya pendekatan yang digunakan tidak jauh berbeda. Perbedaan penggunaannya biasanya tergantung pada konteks dimana penelitian tersebut dilakukan. Tetapi, secara umum penelitian tentang earning management

menggunakan pengukuran berbasis akrual dalam mendeteksi ada atau tidaknya manipulasi.

Penelitian sebelumnya yang mengungkapkan adanya earning management

melalui akrual pada penawaran saham tambahan dilakukan oleh Teoh et al. (1998) bahwa perusahaan yang melakukan penawaran dengan cara menaikkan laba memiliki

return saham yang rendah setelah periode penawaran tersebut. Purnomo dan Pratiwi (2009) kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan dapat mendorong pihak manajemen untuk melakukan modifikasi laba baik dengan cara income increasing


(33)

lemah. Sedangkan Utomo dan Bachruddin (2005) menyatakan bahwa Penerapan

earning management yang terjadi pada saat penawaran perdana saham yang tidak didukung kenaikan laba bersih dan arus kas dari operasi, bisa jadi karena issuers tidak ingin earning management yang diterapkan terdeteksi, dengan mendistorsi laporan keuangan pada prospektus. Peningkatan laba bersih dan arus kas dari kegiatan operasi pada periode-periode setelah penawaran perdana saham tetapi tidak dibuktikan adannya penerapan earning management disebabkan karena sifat accruals itu sendiri, dan kemungkinan adanya kewajiban pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Spohr (2002) mengatakan earning management dilakukan dengan akrual tetapi tidak terjadi sebelum IPO.

2.1.1.3. Manipulasi Laba Aktivitas Nyata

Teknik earning management melalui metode manipulasi aktivitas nyata di definisikan oleh Roychowdhury (2006) sebagai perbedaan praktik operasi yang dilakukan dengan praktik-praktik operasi normal, yang dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk memberikan pemahaman yang salah kepada pemegang saham agar mereka percaya bahwa tujuan pelaporan keuangan tertentu telah dicapai sesuai praktik operasi normal perusahaan. Perbedaan yang dilakukan ini tidak memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan meskipun dengan tindakan ini memungkinkan manajer mencapai tujuan pelaporan. Metode earning management aktivitas nyata dapat dicontohkan seperti memberikan diskon harga, penurunan pengeluaran diskresioner, yang mungkin merupakan tindakan normal pada kondisi ekonomi


(34)

tertentu, namun jika manajer melakukan aktivitas ini secara lebih ekstensif daripada aktivitas normal berdasarkan situasi ekonominya, dengan tujuan untuk mencapai target laba, maka tindakan seperti ini masuk dalam kategori earning management

aktivitas nyata.

Praktik earning management oleh perusahaan melalui manipulasi aktivitas nyata dimotivasi oleh keinginan manajer untuk menyesatkan pemegang saham dalam kepercayaan tertentu bahwa tujuan laporan keuangan telah terpenuhi dalam operasi normal. Adapun yang menjadi motivasi utama atas manipulasi aktivitas nyata adalah waktu (timing) earning management. Dimana manipulasi aktivitas nyata dapat dilakukan kapan saja selama periode akuntansi, maka hal ini sulit untuk dideteksi oleh auditor dan earning management akrual terbatas pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

Roychowdhury (2006) ada tiga aktivitas yang bisa dilakukan untuk melakukan earning management melalui aktivitas nyata yaitu: (1) Manipulasi Penjualan, usaha melakukan peningkatan penjualan secara temporer dengan memberikan kredit atau diskon harga sehingga volume penjualan meningkat. Diskon harga akan menyebabkan arus kas masuk besar tetapi arus kas masuk per penjualan kecil, diskon bersih dari tambahan penjualan lebih rendah dari arus kas operasi normal perusahaan sehingga marjin turun. (2) Melakukan produksi besar-besaran, tujuan dilakukannya produksi besar-besaran agar harga pokok penjualan lebih rendah. Semakin banyak produksi maka biaya akan naik tetapi harga rata-rata lebih rendah sehingga marjin lebih besar. (3) mengurangi biaya diskresioner, biaya yang dapat


(35)

dikurangi adalah biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya penjualan umum dan administrasi. Biaya ini pada akhir periode menyebabkan rekening utang berkurang dibawah normal dan berdampak pada akrual abnormal yang positif sehingga biaya berkurang dan laba naik. Manajer mengurangi biaya riset dan pengembangan yang lebih, jika memiliki kepemilikan institusional yang rendah (Bushee, 1998)

Sejalan dengan Roychowdhury (2006) dan Cohen, et. al (2004) tiga metode yang harus dipertimbangkan untuk mempelajari manipulasi aktivitas nyata yaitu tingkat abnormal arus kas dari operasi (CFO), biaya discretionary (DISEXP) dan biaya produksi (PROD).

Penelitian tentang metode aktifitas nyata ini diteliti antara lain

Roychowdhury (2006) menemukan bahwa manajer menawarkan diskon harga, memberikan diskon besar menjelang akhir tahun fiskal untuk meningkatkan penjualan. Peningkatan volume penjualan yang dihasilkan kemungkinan akan hilang ketika perusahaan kembali pada harga lama. Tindakan ini pada kenyataannya, menggerakkan profitabilitas masa depan dalam periode berjalan. Akibatnya,

Thomas dan Zhang (2002) memberikan bukti manipulasi kegiatan riil melalui over produksi (PROD) dimana manajer menghasilkan barang lebih dari jumlah yang diperlukan untuk memenuhi penjualan dan tingkat target normal persediaan untuk menurunkan HPP, yang mengakibatkan peningkatan laba yang dilaporkan. Meskipun marjin keuntungan meningkat, tetapi diikuti juga dengan timbulnya biaya-biaya baru dan lebih rendah dari CFO normal.


(36)

profitabilitas masa depan mungkin dirugikan oleh manajemen penjualan. Secara keseluruhan, perusahaan biasanya dirugikan ketika manajer memanipulasi laba melalui aktivitas nyata. Pertama, ketika manajer memanipulasi laba untuk memenuhi target pendapatan, kontrak mengharuskan perusahaan untuk memberikan imbalan finansial yang lebih besar untuk para manajer. Kedua, manajer lebih sering mencurahkan waktunya untuk memanipulasi dan sedikit mereka curahkan untuk kegiatan produktif. Ketiga, Bar-Gill dan Bebchuk (2003) menunjukkan bahwa kemungkinan memanipulasi aktivitas nyata memiliki biaya ekonomi riil. Artinya, perusahaan mungkin tidak mengejar proyek-proyek yang efisien untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Konsekuensi dilakukannya manipulasi aktivitas nyata yang dijabarkan oleh Gunny (2005), Empat aktivitas utama earning management aktivitas nyata yang digunakan adalah: a) mengurangi biaya diskresioner riset dan pengembangan, b)mengurangi biaya diskresioner penjualan dan biaya administrasi dan umum, c)melakukan timing penjualan aktiva tetap untuk menaikkan laba, dan d)overproduction, diskon harga atau keringanan kredit untuk menaikkan penjualan atau mengurangi biaya produksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa earning management aktivitas nyata berhubungan sangat signifikan dengan laba dan arus kas masa depan yang rendah. Selain itu, aktivitas earning management aktivitas nyata secara ekonomis signifikan menurunkan kinerja operasi perusahaan. Sedangkan menurut Zang (2007) menduga bahwa manajer perusahaan menggunakan earning management akrual dan earning management aktivitas nyata untuk saling


(37)

menggantikan. Penelitian ini menemukan bahwa earning management akrual cenderung menurun dan earning management aktivitas nyata naik setelah penyelesaian penuntutan perkara hukum perusahaan. Akan tetapi kedua teknik

earning management tersebut berhubungan positif dengan insentif atas melakukan

earning management. Oktorina (2008) berhasil menemukan bukti bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi dan mempengaruhi kinerja pasar pada kelompok 50 perusahaan terbaik menurut Swa100 yang memiliki total aktiva diatas Rp 1 triliun dan EVA terbaik pada periode tahun 2001 sampai dengan 2006. Lain halnya dengan Annisaa’rahman dan Hutagaol (2007) yang mengatakan bahwa earning management ditemukan melalui akrual tetapi tidak pada aktivitas nyata dan earning management mempengaruhi kinerja saham setelah IPO.

2.1.1.4. Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offerings/IPO)

Initial public offerings (IPO) atau penawaran saham perdana merupakan proses penjualan saham suatu perusahaan kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya (Jogiyanto, 2003). Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Adapun yang dimaksud sebagai efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang , surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,


(38)

kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. Sementara itu, perusahaan publik didefinisikan sebagai perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang- kurangnya Rp. 3 milyar atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan Peraturan Pemerintah. Harga saham yang di jual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Apabila penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga saham saat IPO dibanding dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing. Sebaliknya apabila penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan harga yang terjadi dipasar sekunder di hari pertama, maka terjadi

overpricing. Underpricing dan overpricing merupakan dua hal yang selalu terjadi pada saat penawaran saham perdana.

Asimetri informasi antara pihak manajemen dan investor potensial sangat tinggi ketika perusahaan belum melakukan IPO. Hal ini disebabkan karena informasi perusahaan yang belum go public relatif sulit diperoleh investor. Ketika perusahaan melakukan IPO, investor potensial hanya mengandalkan informasi dari prospektus. Menurut Rao dalam Teoh et al. (1998) tidak terdapat media lain yang menyediakan informasi perusahaan yang sedang melakukan IPO, kecuali prospektus yang disyaratkan Pengawas Pasar Modal. Kelangkaan informasi perusahaan sebelum IPO, memaksa investor potensial hanya mengandalkan prospektus sebagai sumber


(39)

informasi mengenai perusahaan. Padahal prospektus hanya menyediakan laporan keuangan selama tiga tahun sebelum IPO dan informasi non keuangan (Teoh et al. 1998). Kondisi ini memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan

earning management supaya meningkatkan kemakmurannya, yaitu mengharapkan harga saham akan tinggi pada saat IPO.

Kebanyakan teori yang menjelaskan Harga Penawaran Perdana (IPO) yang

underpriced didasarkan pada asumsi bahwa terjadi perbedaan informasi antara berbagai pihak terhadap nilai saham yang baru tersebut. Salah satu dari teori tersebut menganggap bahwa underwriter secara signifikan mempunyai informasi yang lebih baik daripada issuer (Baron & Holmstrom, dalam Ronni, 2003). Oleh karena

underwriter memiliki informasi yang lebih lengkap, underwriter akan mampu meyakinkan issuer bahwa harga yang rendah lebih baik jika issuer tidak pasti terhadap nilai sahamnya sendiri. Perspektif ini didasarkan pada anggapan bahwa meskipun issuer mengetahui lebih banyak karakteristik bisnisnya, tetapi underwriter

lebih mengetahui harga pasar sebab underwriter melakukan survei pasar, melakukan investigasi terhadap issuer, mendapatkan informasi dari issuer dan juga punya pengalaman dalam pengeluaran saham baru (Ibbotson, Sindelar, Ritter, dalam Ronni, 2003)

Teori yang lainnya dalam menjelaskan underpricing IPO adalah sebagai

Signaling Equilibrium Phenomenom (Allen dan Faulhaber, Grinbaltt dan Hwang; dan Welch dalam Ronni, 2003). Dasar fundamental dari teori ini adalah perusahaan yang baik atau bagus dapat memberikan signal (tanda) tentang tipe atau kondisi


(40)

perusahaannya dengan melakukan penetapan IPO yang underpricing. Sementara perusahaan yang jelek atau buruk tidak mau melakukan underpricing karena tidak bisa menutupi kerugian akibat underpricing. Motivasi dari pengiriman signal lewat

underpricing adalah asumsi bahwa keuntungan masa datang dari underpricing IPO lebih besar dari kerugiannya.

Beberapa penelitian seputar IPO antara lain Friedlan (1994) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menaikkan laba akuntansi perioda satu tahun sebelum IPO. Jain dan Kini (1994) menyatakan bahwa terdapat penurunan kinerja operasional perusahaan setelah IPO. Penurunan tersebut menunjukkan indikasi telah terjadi earning management menjelang IPO. Hal ini dilakukan dengan cara menggeser pendapatan perioda yang akan datang ke perioda sekarang atau menggeser biaya perioda sekarang ke perioda yang akan datang, sehingga laba perioda sekarang dilaporkan tinggi. Joni dan Jogiyanto (2008) menemukan earning management di sekitar IPO, yaitu perioda dua tahun sebelum IPO dan lima tahun setelah IPO. Perusahaan melakukan earning management dengan menurunkan nilai laba perioda t-2 (mean reversing), kemudian earning management dilakukan dengan menaikkan nilai laba pada perioda t-1. Perusahaan juga melakukan earning management dengan menaikkan nilai laba perioda lima tahun setelah IPO. Hastoro dan Yuliana (2010) menemukan bukti bahwa tingkat earning management pada perioda sebelum IPO lebih tinggi dibandingkan dengan perioda setelah IPO.


(41)

2.1.1.5. Kinerja Perusahaan

Ukuran kinerja perusahaan yang diteliti adalah kinerja saham/pasar (return

saham), yaitu kinerja perusahaan yang dinilai dari nilai pasarnya. Kinerja pasar mencerminkan seberapa baik kinerja perusahaan dipandang oleh pihak eksternal. Kinerja ini terefleksikan dari kinerja sahamnya. Jika kinerja saham baik, berarti pasar atau pemodal menilai bahwa perusahaan mempunyai prospek yang bagus, demikian juga sebaliknya. Ang, 1997 dalam Wibisono (2004) menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi.

Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk menilai kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan. Banyak penelitian sebelumnya yang mendokumentasikan mengenai kinerja pasar jangka panjang dan jangka pendek perusahaan yang melakukan panawaran saham baik perdana maupun saham tambahan. Salah satu dampak dari earning management adalah terjadi penurunan kinerja perusahaan yang terjadi pasca penawaran saham (Teoh et al., 1998). Yohanes dan Kartika (2004) meneliti perusahaan yang melakukan IPO dari tahun 1998 sampai tahun 2000 menyatakan bahwa dalam jangka pendek saham perusahaan mengalami

underpricing sedangkan kinerja saham jangka panjang terjadi penurunan (underperformed).

Jain dan Kini (1994) menyatakan terjadi penurunan kinerja operasi perusahaan setelah IPO. Penurunan kinerja ini merupakan indikasi adanya earning management yang dilakukan dengan cara menggeser laba perioda yang akan datang


(42)

ke perioda sekarang atau menggeser biaya sekarang ke perioda yang akan datang. Prastiwi dan Kusuma (2001) yang meneliti kinerja IPO perusahaan di Indonesia pada perioda 1994 sampai dengan 1997 menemukan bukti bahwa kinerja IPO pada jangka pendek adalah positif dan pada jangka panjang adalah negatif.

2.1.1.6. Earning management dan Kinerja Saham Saat Penawaran Saham

Hubungan earning management dengan penurunan kinerja saham telah diteliti oleh Teoh et al. (1998) yang menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan akrual positif pada saat penawaran saham tambahan mengalami kinerja saham yang buruk setelah 3 tahun penawaran dan semakin besar akrual diskresioner yang dimiliki oleh perusahaaan, semakin buruk kinerja saham jangka panjang yang dialami perusahaan.

Beberapa penelitian yang telah menguji earning management dan kinerja perusahaan pada saat penawaran saham perdana antara lain: Syaiful (2004) menemukan penurunan kinerja operasi yang rendah setelah IPO, rendahnya kinerja tersebut dipengaruhi oleh earning management. Sedangkan Hastoro dan Yuliana (2010) mengatakan bahwa kinerja perusahaan akan mengalami penurunan setelah IPO dibandingkan dengan sebelum IPO. Joni dan Jogiyanto (2008) menemukan bahwa earning management perioda t-2 sebelum IPO berhubungan dengan return

saham dengan menggunakan kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi. Koefisien hubungan earning management dengan return saham yang mempertimbangkan faktor kecerdasan investor bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa earning management yang tinggi menyebabkan nilai harga saham rendah


(43)

ketika mempertimbangkan faktor kecerdasan investor. Hasil ini konsisten dengan penelitian Balsam et al. (2002) yang menyatakan bahwa earning management

berhubungan dengan return saham untuk investor yang cerdas (kepemilikan institusi

≥ 40%).

2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theorical Mapping)

Penelitian tentang earning management, kinerja perusahaan pada saat IPO,

earning management dengan akrual dan aktivitas nyata telah banyak dilakukan baik peneliti di dalam maupun luar negeri. Secara umum diketahui adanya dampak

earning management yang dilakukan pada saat IPO terhadap kinerja saham jangka panjang dan jangka pendek dengan beberapa metode, juga ditemukan adanya motivasi earning management pada saat perusahaan melakukan IPO, dan juga terdapat perbedaan kinerja setelah dan sebeum penawaran saham.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian ini akan dijabarkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul penelitian Variable

penelitian Hasil

1. Annisaa’ rahman dan Yanthi Hutagaol (2007) Earnings Management melalui Accruals dan Real Activities Manipulation pada Initial Publik Offerings dan Kinerja

Jangka Panjang (Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta

Earning management, kinerja jangka panjang saat IPO

Earning management

ditemukan melalui akrual tetapi tidak pada aktivitas nyata dan earning management

mempengaruhi kinerja saham setelah IPO.


(44)

2.

Lanjutan… Ayudi Sokarina (2006)

Pengaruh earning management terhadap

return saham

Earning management,

return saham

Earning management yang diproksikan dengan akrual diskresioner berpengaruh negative terhadap return

saham

3.

Messad D. Beneish dan Mark E. Vargus (2002)

Insider trading, earning quality and accrual mispricing Insider trading, income increasing accrual, income descreasing accrual Persistensi income-Increasing accrual lebih rendah jika diikuti oleh abnormal insider selling terindikasi dilakukannya earning management

portunistik untuk mendapatkan keuntungan

dari pembelian atau

penjualan saham 4. Siew Hong Teoh, Ivo Welch, T.J. Wong (1998) Earnings management and the long-run market performance of initial public offerings Earning management, long-run market performance, IPO Perusahaan yang melakukan penawaran dengan cara menaikkan laba memiliki return saham yang rendah setelah periode penawaran 5. Budi S. Purnomo dan Puji Pratiwi (2009) Pengaruh Earning Power Terhadap Praktek Earning management (Earning management)

Earning power,

earning management

Kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan dapat

mendorong pihak manajemen untuk melakukan modifikasi laba

baik dengan cara income increasing ataupun accrual incomedecreasing accrual,

namun pengaruh tersebut cenderung lemah 6. Riyanto Moelyo Utomo dan Bachruddin (2005)

Analisis earning management pada penawaran perdana saham di bursa efek Jakarta

nilai

discretionary accruals, data keuangan yang terdiri dari laba bersih dan arus kas dari kegiatan operasi

Penerapan earning management yang terjadi pada saat penawaran perdana saham yang tidak didukung kenaikan laba bersih dan arus kas dari operasi, bisa jadi karena

issuers tidak ingin earning

management yang

diterapkan terdeteksi, dengan mendistorsi laporan keuangan pada prospektus. Peningkatan laba bersih dan arus kas dari kegiatan operasi pada periode-periode setelah penawaran perdana saham tetapi tidak dibuktikan adannya


(45)

Lanjutan…

penerapan earning management disebabkan karena sifat accruals itu sendiri, dan kemungkinan

adanya kewajiban pembayaran dividen kepada para pemegang saham.

7. Jonas Sphor (2002)

Earning management

and IPOS evidence from Finland

Earning management, IPO

Earning management

dilakukan dengan akrual tetapi tidak terjadi sebelum IPO 8. Jacob K. Thomas dan Huai Zhang (2002)

Inventory changes and future returns

Inventory change, SAR

Manipulasi kegiatan riil melalui overproduksi (prod) dimana manajer menghasilkan barang lebih dari jumlah yang diperlukan untuk memenuhi penjualan dan

tingkat target normal persediaan untuk menurunkan HPP, yang

mengakibatkan

peningkatan laba yang dilaporkan. Meskipun marjin keuntungan meningkat, tetapi diikuti juga dengan timbulnya biaya-biaya baru dan lebih rendah dari CFO normal.

9. Sugata Roychowdhury (2006) Earnings Management through Real Activities Manipulation Earning management Manajer menawarkan diskon harga, memberikan diskon besar menjelang akhir tahun fiskal untuk meningkatkan penjualan. Peningkatan volume penjualan yang dihasilkan kemungkinan akan hilang ketika perusahaan kembali pada harga lama

10.

Oren bar-gill dan Lucian arye bebchuk (2003) Misreporting corporate performance Misreporting, financing and investment decisions Kemungkinan

memanipulasi aktivitas nyata memiliki biaya ekonomi riil

11. Katherine Gunny (2005)

What Are the Consequences of Real Earnings

Management?

Real earning management, Evidence on RM

Earning management

aktivitas nyata berhubungan sangat signifikan dengan laba dan arus kas masa depan yang


(46)

Lanjutan…

rendah dan aktivitas

earning management

aktivitas nyata secara ekonomis signifikan menurunkan kinerja operasi perusahaan

12. Amy Y. Zang (2007)

Evidence on the Tradeoff between Real Manipulation and Accrual Manipulation Evidence earning management, real and accrual manipulation

Manajer perusahaan menggunakan earning management akrual dan

earning management

aktivitas nyata untuk saling menggantikan 13. Megawati Oktorina dan Yanthi Hutagaol. (2008)

Analisis Arus Kas Kegiatan Operasi dalam Mendeteksi Manipulasi Aktivitas Riil dan Dampaknya Terhadap Kinerja Pasar

Aktivitas nyata, cash flow, kinerja pasar

Bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi dan mempengaruhi kinerja pasar

14. John M.

Friedlan (1994)

Accounting Choices of Issuers of Initial Public Offerings

Accounting-based, IPO

Perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menaikkan laba akuntansi perioda satu tahun sebelum IPO

15. Yohanes dan Andi Kartika

Analisis perbedaan kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di pasar modal Indonesia

Kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang, IPO

Dalam jangka pendek saham perusahaan mengalami underpricing

sedangkan kinerja saham jangka panjang terjadi penurunan

(underperformed).

16.

Bharat A. Jain dan Omesh Kini (1994)

The post-issue Operating

performance of IPO firms

Kinerja operasi, poss issue

Bahwa terdapat penurunan kinerja operasional perusahaan setelah IPO

17.

Joni dan H. M Jogiyanto (2008)

Hubungan Earning management Sebelum IPO dan Return

Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi Earning management, return saham, kecerdasan investor

Menemukan earning management di sekitar IPO, yaitu perioda dua tahun sebelum IPO dan lima tahun setelah IPO

18. Handoko A. Hastoro dan anatias Yuliana (2010) Earning management

di sekitar penawaran harga saham perdana (initial public offerings.IPO) pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI

Earning management, kinerja perusahaan (ROA)

Tingkat earning management pada perioda sebelum IPO lebih tinggi dibandingkan dengan perioda setelah IPO


(47)

19.

Lanjutan…

Saiful (2004)

Hubungan earning management (earning management) dengan kinerja operasi dan

return saham disekitar IPO

Earning management, kinerja return

saham, IPO

Penurunan kinerja operasi yang rendah setelah IPO, rendahnya kinerja tersebut dipengaruhi oleh earning management 20. Arum prastiwi dan Indra Wijaya Kusuma (2001)

Analisis kinerja surat berharga setelah penawaran perdana (IPO) di Indonesia

Kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang, IPO

Kinerja IPO pada jangka pendek adalah positip dan pada jangka panjang adalah negative

21. Steven balsam Et al. (2002)

Accruals

management, investor sophistication, and Equity valuation: evidence from 10-q filings Accruals management, investor sophistication, and Equity valuation Earning management

berhubungan dengan return

saham untuk investor yang cerdas (kepemilikan institusi ≥ 40%)

Earning management terdiri dari laba akrual dan laba aktivitas nyata, laba akrual terdiri dari diskresioner akrual jangka pendek dan dikresioner akrual jangka panjang dan metode laba aktivitis nyata terdiri dari arus kas operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner. Earning management ini dihubungkan dengan kinerja saham pada saat penawaran saham IPO. Dalam penelitian ini earning management melalui aktivitas nyata tidak mengikutsertakan biaya produksi, hal ini disebabkan karena penelitian ini akan mengikut sertakan semua jenis perusahaan yang melakukan IPO


(48)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Teori pasar modal efisien menyatakan bahwa harga sekuritas secara cepat mencerminkan semua informasi yang relevan, dengan kata lain keputusan investasi yang dilakukan investor merupakan reaksi atas informasi yang mereka terima (Ang, 1997 dalam Wibisono 2004). Teori ini memprediksi bahwa tidak ada reaksi pasar atas perubahan kebijakan akuntansi sepanjang tidak mempunyai pengaruh yang mendasari profitabilitas dan arus kas keuangan (Sutrisno, 2002 dalam Astuti 2003).

Teori asimetri informasi (asymmetric information theory) merupakan informasi privat yang hanya dimiliki oleh para investor yang mendapat informasi saja. Asimetri informasi ini akan kelihatan jika manajemen tidak menyampaikan semua informasi yang diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke pasar, maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap adanya kejadian tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga saham (Jogiyanto, 2003), Maka pengumuman yang dilakukan perusahaan untuk melakukan IPO akan direspon suatu pasar sebagai sinyal yang menyampaikan adanya informasi baru dan hal ini akan berdampak pada nilai saham. Karena adanya asimetri informasi ini praktek earning management diindikasikan terjadi pada saat perusahaan melakukan penawaran saham khususnya IPO.


(49)

Kerangka konsep earning management dalam penelitian ini dibagi menjadi dua metode yaitu metode manipulasi laba akrual yang terdiri dari akrual jangka pendek dan jangka panjang dan metode aktivitas nyata yang terdiri dari arus kas operasi dan biaya diskresioner. Manipulasi laba akrual dan aktivitas nyata akan dihubungkan dengan IPO untuk mengetahui apakah perusahaan melakukan manajeman laba pada saat melakukan IPO. Hal ini dihubungkan dengan teori signaling yaitu mengasumsikan adanya informasi asimetri diantara berbagai partisipan di pasar modal, pasar akan bereaksi secara negatif dengan adanya pengumuman penambahan saham baru yang mengindentifikasikan adanya informasi yang tidak menguntungkan (bad news) tentang kondisi laba di masa mendatang. Hal ini juga sejalan dengan teori akuntansi positif (TAP) yang telah dijelaskan oleh Watt and Zimmerman (1990) tentang terjadinya earning management seputar IPO yang terangkum dalam hipotesis program bonus. Teori ini juga telah didukung oleh beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Healy (1985) dan Holthousen et al.

(1995). Dalam pelaksanaan program opsi saham, para eksekutif perusahaan yang memiliki program meningkatkan nilai kepemilikan lebih cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan. Pemilihan tersebut dilakukan karena alasan peningkatan nilai kepemilikan. Earning management yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan dengan cara menaikkan jumlah laba akuntansi yang dilaporkan menjelang opsi jatuh tempo belum memberikan dampak finansial secara langsung yang dapat dinikmati oleh para eksekutif perusahaan. Namun, jika earning management tersebut direspon oleh pasar


(50)

modal yang ditandai dengan adanya peningkatan harga pasar saham perusahaan di atas harga kontrak yang tertera dalam opsi saham setelah informasi diumumkan, maka itu berarti bahwa para eksekutif perusahaan memiliki ekspektasi keuntungan sebesar perbedaan positif antara harga pasar saham setelah saham perusahaan dimiliki dengan harga yang disepakati dalam kontrak opsi. Peningkatan nilai kepemilikan inilah yang menjadi fokus earning management menjelang opsi saham jatuh tempo.

Earning management yang terdiri dari manipulasi laba akrual dan aktivitas nyata dihubungkan dengan kinerja perusahaan pada saat IPO untuk mengetahui apakah tindakan tersebut mempengaruhi kinerja saham jangka pendek dan panjang perusahaan ini sejalan dengan teori agensi (agency theory), manajemen memanfaatkan asimetri informasi karena kesuperiorannya dalam menguasai informasi dibandingkan pasar. Sehingga turunnya kinerja perusahaan tersebut berkaitan dengan sikap oportunistik manajemen untuk memanfaatkan kesempatan yang ada, meski dalam jangka panjang manajemen akan kehilangan kendali atas keunggulannya, yang terefleksi dalam penurunan kinerja, hal ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu diantara dilakukan oleh Dechow et al. (1996), dan Beneish, 2001) mengatakan penurunan kinerja saham akan terjadi sebagai akibat dilakukannya manipulasi pada saat penawaran. Teoh et al. (1998) melaporkan bahwa

discreationary accruals digunakan oleh perusahaan yang melakukan IPO dan akan mengalami penurunan kinerja setelah 3 tahun. Selanjutnya penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungan negatif antara discreationary current accruals


(51)

return saham ini terjadi setelah mengendalikan ukuran perusahaan, rasio book-to-market, capital expenditures pasca issue. Maka pada penelitian ini digunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol untuk menghindari bias. Berikut ini adalah kerangka konsep dari penelitian ini:

Gambar 3.1. Kerangka Model Penelitian

Model penelitian dari kerangka konsep di atas adalah: Y = a + b1 x1

Y = a + b

+ e

1 x2

Y = a + b

+ e

1 x3

Y = a + b

+ e

1 x4

Y = a + b

+ e

1 x1+ b2 x2 + b3 x3 + b4 x4

Dimana:

+ e

Y = Kinerja saham Perusahaan yang melakukan IPO a

b

= Konstanta

1 = Koefisien regresi

Manipulasi Laba Akrual (x1) Akrual jangka pendek (x1.1)

Akrual jangka panjang (x1.2)

Manipulasi aktivitas nyata (x2) Abnormal arus kas (x2.1)

Abnormal biaya diskresioner (x2.2)

Kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO (Y) H1 H2 H3 H4 H5


(52)

x1

x

= Akrual diskresioner jangka pendek

2

x

= Akrual diskresioner jangka panjang

3

x

= Abnormal arus kas

4

e = Error

= Abnormal biaya diskresioner

3.2. Hipotesis

Teoh et al. (1998) menunjukkan bahwa penurunan kinerja perusahaan IPO berhubungan positif dengan discretionary accruals pada tahun perusahaan tersebut go publik. Perusahaan dengan discretionary accruals tinggi, cenderung memiliki penurunan kinerja yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang discretionary accruals saat IPOnya rendah. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ritter (1991) menyatakan bahwa kinerja saham menurun beberapa perioda setelah IPO. Sedangkan Aharony et. al (1999), membuktikan bahwa perusahaan IPO melakukan earning management dengan cara mengganti metode akuntansi sebelum IPO agar mendapatkan laba yang lebih tinggi.

Manajer melakukan manipulasi dengan menggunakan akrual diskresioner, yaitu kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan pada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel. Metode akrual diskresioner memberi peluang bagi manajer untuk memperbaiki profil laba sesuai dengan keinginannya (Friedlan, 1994). Bartov (1993) menemukan bahwa manajer menjual aset tetap untuk menghindari pertumbuhan laba yang negatif dan pelanggaran


(53)

perjanjian utang. Selain itu, Dechow dan Sloan (1991) melaporkan bahwa perusahaan yang di akhir periode mengurangi pengeluaran biaya riset dan pengembangan untuk

menaikkan laba jangka pendek. Sesuai dengan penelitian oleh Teoh et al. (1998),

penelitian ini menggunakan dua jenis akrual yaitu, akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang, sedangkan ukuran akrual yang dipakai adalah modifikasi model Jones (1991).

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini yang

berkaitan dengan earning management akrual sebagai berikut:

H1 : Manipulasi laba akrual diskresioner jangka pendek mempengaruhi kinerja

saham perusahaan yang melakukan IPO

H2 : Manipulasi laba akrual diskresioner jangka panjang mempengaruhi kinerja

saham perusahaan yang melakukan IPO

Manajer juga memiliki insentif untuk memanipulasi aktivitas nyata sepanjang

tahun untuk memenuhi target laba tertentu. Manipulasi aktivitas nyatamempengaruhi

aliran kas dan dalam beberapa kasus akrual. Banyak dari riset terkini earning management yang fokus pada deteksi abnormal akrual. Penelitian (Roychowdhury, 2006) yang secara langsung menguji earning management melalui aktivitas nyata dikonsentrasikan pada aktivitas investasi. Jika manajer menyimpang dari tingkat aktivitas rata-rata pada industri dan tahun yang sama, maka hal ini menunjukkan bahwa: (1) manajer telah melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata, dan (2) manajer mendapatkan set kesempatan yang berbeda bagi perusahaan mereka.


(54)

Perusahaan yang diduga mempunyai kemampuan terbatas dalam mengatur laba melalui akrual akan melakukan manipulasi aktivitas nyata sebagai penggantinya.

Manipulasi aktivitas nyata merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi berjalan. Oleh karena itu, manipulasi ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi berjalan. Hal waktu inilah yang menjadi bagian penting bagi perusahaan dalam hal ini manajer memiliki insentif untuk melakukan manipulasi aktivitas nyata. Tujuan manipulasi aktivitas nyata adalah menghindari melaporkan kerugian yang dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor yang berpengaruh pada laba yang dilaporkan yaitu rekening-rekening yang masuk dalam laporan laba rugi. Teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas nyata adalah manajemen penjualan, produksi besar-besaran, dan pengurangan biaya diskresioner (Roychowdhury, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini yang berkaitan dengan manipulasi aktivitas nyata sebagai berikut:

H3 : Manipulasi aktivitas nyata arus kas kegiatan operasi mempengaruhi kinerja

saham perusahaan yang melakukan IPO

H4 : Manipulasi aktivitas nyata biaya diskresioner mempengaruhi kinerja saham

perusahaan yang melakukan IPO

Asimetri informasi pada saat penawaran saham perdana mendorong


(55)

penawaran Teoh et al. (1998) menemukan bahwa variabel akrual diskresioner

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja return saham tiga tahun setelah

penawaran. Sulistyanto dan Wibisono (2003) yang menggunakan akrual diskresioner sebagai proksi sikap oportunis manajer dan kinerja perusahaan yang diproksikan sebagai kinerja keuangan dan kinerja saham dapat membuktikan terdapat hubungan

yang negatif antara earning management dengan rendahnya kinerja return saham

perusahaan setelah penawaran.

Rangan (1998) mencoba memprediksi return saham dengan komponen akrual

diskresioner untuk mendapatkan koefisien negatif yang menunjukkan kinerja saham

yang rendah tersebut mampu dijelaskan dengan earning management. Hasilnya

menunjukkan bahwa koefisien regresi hubungan antara akrual diskresionerdan return

saham adalah negatif, sehingga ia menyimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham

mampu dijelaskan komponen akrual. Ali et al. (2000) menguji apakah komponen

akrual mampu menjelaskan return saham perusahaan setahun setelah penerbitan laporan keuangan. Komponen akrual penelitian tersebut dihitung dengan pendekatan Dechow et al. (1996). Hasilnya menunjukkan komponen akrual berhubungan negatif dengan return saham. Subramanyam (2010) juga menemukan akrual diskresioner berhubungan dengan harga saham.

Syaiful (2004) meneliti hubungan earning management dengan return saham perusahaan yang terdaftar di BEJ. Penelitian dilakukan terhadap 44 perusahaan yang melakukan IPO pada 1991-1994. Hasilnya menunjukkan bahwa return saham pada


(56)

perioda satu tahun setelah IPO rendah. Tetapi penelitian ini tidak berhasil menemukan hubungan antara earning management dan return saham.

Rangan dalam Wibisono (2004) menunjukkan terdapat koefisien regresi yang negatif antara discretionary accrual dan return saham. Sedangkan Healy dan Palepu (1990) melaporkan reaksi pasar yang negatif disebabkan adanya asimetri informasi antara manajer dan investor. Penelitian ini menjelaskan bahwa pengumuman IPO

memberikan informasi mengenai resiko perusahaan dimasa depan. Dari beberapa penelitian di atas dapat diketahui bahwa turunnya kinerja perusahaan setelah penawaran berkaitan dengan sikap oportunistik manajer yang memanfaatkan kesempatan yang ada. Meskipun dalam jangka pendek manajer mampu mempertahankan keunggulannya, namun dalam jangka panjang manajer akan kehilangan kendali atas keunggulan tersebut, yang terefleksikan dalam penurunan kinerja yang cukup signifikan.

Berdasarkan keberagaman hasil penelitian sebelumnya dan berbagai teknik

earning management yang dapat dilakukan oleh perusahaan, mendorong dikembangkannya hipotesis ketiga sebagai berikut:

H5: Earning management secara simultan mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO


(57)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus yang bersifat deskriptif yaitu suatu keadaan yang menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi selama penelitian berlangsung yang dalam prosesnya bukan sekedar mengumpulkan data tetapi juga mengolah, menganalisis dan menginterpretasikan serta memberikan saran-saran.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh earning management akrual dan aktivitas nyata terhadap kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offerings) di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2006-2010. Untuk menjawab hipotesis uji pengaruh digunakan metode analisis regresi linear berganda baik secara simultan maupun secara parsial. Seberapa kuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat di lihat dari nilai uji R square.

4.2. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di bursa efek Indonesia dengan cara mengunjungi website com dan http:// ICMD (Indonesian Capital Market Directory), dan website Bursa Efek Indonesia


(58)

(BEI). Periode waktu penelitian dari tahun 2006 sampai 2010. Penelitian juga dilakukan secara bertahap dari bulan April 2011 sampai September 2011.

4.3. Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan Initial public Offerings (IPO)/penawaran saham perdana yaitu sebanyak 54 emiten. Sedangkan untuk memperoleh sampel peneliti menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan melakukan penawaran saham perdanadari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

2. Harga perdana dan data harga penutupan hari pertama tersedia

3. Data harga saham bulanan dan indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai bulan Januari 2006 sampai Desember 2010 tersedia.

4. Laporan keuangan quarter selama 2 tahun setelah IPO tersedia

Tabel 4.1. Pemilihan Sampel Penelitian

KETERANGAN JUMLAH

PERUSAHAAN/EMITEN

1. Perusahaan yang IPO pada 2006-2008 54

Perusahaan dengan data yang tidak lengkap

2. Harga perdana dan data harga penutupan hari pertama (0)

3. Data harga saham bulanan dan IHSG Januari 2006-Desember2010 (2)

4. Laporan quarter selama 2 tahun stelah IPO (11)

JUMLAH SAMPEL 41


(1)

LAMPIRAN 4

REKAP DATA PENELITIAN*

NO EMITEN WR DCA DLA ABN_CFO ABN_Disex

p LOG_TAS

1

BAKRIE TELECOM Tbk

(BTEL) 1.000766674 -0.02548 0.033339413 -0.032800351 0.031477 13.48411

2

TOTAL BANGUN

PERSADA Tbk (TOTL) 0.99952001 -0.041510 -0.02135343 0.029577972 -0.031497 13.03457

3

TRUBA ALAM MANUNGGAL

ENGINEERIN (TRUB) 1.001385891 0.011737 0.093761968 -0.01157634 -0.011602 10.6169

4

CENTRAL PROTEINAPRIMA

(CPRO) 1.001259034 0.041645 0.323081153 -0.043080818 -0.021016 7.811706

5

MOBILE-8 TELECOM

TBK (FREN) 0.998935703 -0.171997 -0.06240695 0.015560287 0.015262 13.56952

6

BANK HIMPINAN SAUDARA 1906 TBK

(SDRA) 0.999703222 0.030727 0.024767285 -0.017075736 0.025546 13.13651

7

BISI INTERNASIONAL

(BISI) 1.003551727 -0.071454 0.061566453 0.022371124 0.029027 7.050538

8

PANORAMA TRANSFORTASI

(WEHA) 1.000288672 0.172325 0.069914156 -0.039298527 -0.065725 12.01711

9

BUKIT DARMO

PROPERTY TBK (BKDP) 1.000484727 -0.033569 -0.06080629 -0.031253048 0.087855 12.8552

10

SAMPOERNA AGRO

(SGRO) 0.999930684 -0.024047 -0.06841498 0.016146698 -0.044262 10.29164

11

MEDIA NUSANTARA

CITRA TBK (MNCN) 0.998597436 -0.018338 0.01622041 -0.015812373 0.016348 13.80658

12

BANK WINDU KENTJANA INT'L TBK

(MCOR) 1.000442156 -0.039602 -0.0142971 0.014485529 -0.071096 13.25122

13

DARMA HENWATBK

(DEWA) 1.000917545 0.043822 0.01261605 0.022619991 -0.015407 9.68311

14

BANK CAPITAL INDONESIA TBK

(BACA) 0.99944121 -0.094495 0.14085942 0.02174086 -0.018993 10.25065

15

PERDANA GAPURAPRIMA

(GPRA) 0.999933585 0.073062 0.020996546 0.026161834 -0.022148 13.09118

16

PT. WIJAYA KARYA

PERSERO TBK (WIKA) 0.999963369 0.050273 0.062314157 -0.050055478 0.038160 13.67376

17

ACE HARDWARE

INDONESIA (ACES) 1.000484839 0.019934 -0.09378639 -0.063560842 0.021059 12.86799

18

CIPUTRA PROPERTY

TBK (CTRP) 0.999739091 0.049452 0.048869401 0.022623274 -0.019006 13.51151

19

JASA MARGA

PERSERO (JSMR) 1.000204063 0.058600 -0.06703166 -0.025960828 -0.058722 11.12364 JAYA KONTRUKSI


(2)

23

DUTA GRAHA INDAH

TBK (DGIK) 0.999460036 -0.027291 0.127863157 0.091054748 0.022678 13.08254

24

COWELL

DEVELOPMENT TBK 1.001955844 0.021448 0.014815373 0.013014768 0.051456 12.27932

25

BUKIT DARMO

PROPERTY TBK (BKDP) 1.000451037 -0.067998 -0.03082009 0.020579761 0.030260 12.88451

26

BANK EKONOMI

RAHARJA TBK (BAEK) 1.001003713 0.031794 0.045708214 -0.029588015 0.022463 11.24064

27

BEKASI ASRI PEMULA

TBK (BAPA) 0.9996728 -0.035356 -0.11186084 -0.043277605 -0.038679 12.06484

28 ELNUSA TBK (ELSA) 1.000246588 0.081799 -0.0242888 -0.0101559 -0.023676 7.516631

29

YANAPRIMAHASTAPE

RSADA (YPAS) 1.000614708 0.022842 -0.04148305 -0.023143014 0.054944 12.22178

30

BANK TABUNGAN PENSIUNAN TBK

(BTPN) 1.000969091 0.039551 0.116792646 -0.016104021 0.033045 8.183391

31

KOKOH INTI

AREBAMA TBK (KOIN) 1.000199756 0.030580 0.198120293 0.143411917 0.020572 12.59179

32

GOZCO PLANTATIONS

TBK (GZCO) 1.00077734 0.070624 -0.00802034 0.012375964 -0.089582 13.20757

33

BUMI SERPONG

DAMAI (BSDE) 1.001320294 -0.020947 0.147375954 0.027760715 -0.012012 10.6163

34

INDIKA ENERGI TBK

(INDY) 1.000004492 -0.051402 0.140923322 -0.023894657 0.025526 10.95815

35

VERENA OTO

FINANCE TBK (VRNA) 0.999584378 -0.162306 -0.05263714 0.026106839 -0.078886 12.77763

36

DESTINASI TIRTA

NUSANTARA (PDES) 1.001146546 0.032261 -0.05249326 -0.034580208 -0.032772 12.20648

37

KERTAS BASUKI RAHMAT IND. TBK

(KBRI) 0.999004903 -0.010780 0.0206689 -0.019835086 -0.048800 12.99883

38

ADARO ENERGYTBK

(ADRO) 1.000787785 0.037408 0.026382989 0.022456729 0.034750 8.530599

39

HOTEL MANDARINE

REGENCY TBK (HOME) 1.000982474 -0.015882 0.035366857 -0.010348901 0.032741 12.22444

40

BAYAN RESOURCES

TBK (BYAN) 1.0006942 0.067787 -0.03175857 -0.023490236 0.019646 7.797513

41

TRADA MARITIME TBK

(TRAM) 1.003784559 -0.012316 -0.05680388 0.031773771 -0.012437 13.13808


(3)

Lampiran 5


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA

0 74 8

ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DAN NON AKUNTANSI YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 11 22

ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DAN NON AKUNTANSI YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 14 22

ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DAN NON AKUNTANSI YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 7 22

ANALISIS KINERJA OPERASI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERINGS (IPO) PADA TAHUN 2009 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

1 22 68

ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DAN NON AKUNTANSI TERHADAP INITIAL RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERINGS (IPO)

0 2 70

ANALISIS PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA(BEI).

0 4 24

EARNING MANAGEMENT DALAM INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SERTA KAITANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN.

0 0 6

ANALISIS KINERJA OPERASI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERINGS IPO PADA TAHUN 2009 DI BURSA EFEK INDONESIA BEI

0 0 1

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia

0 0 10