5.2. Pembahasan
Berikut akan ditinjau lebih lanjut hasil penelitian yang dibandingkan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang juga
menjadi acuan peneliti untuk mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian ini akan melihat lebih jauh apakah terjadi earning
management melalui akrual dskresioner jangka pendek dan jangka panjang serta manipulasi aktivitas nyata bagi perusahaan yang akan melakukan penawaran saham
perdana IPO berpengaruh terhadap kinerja saham return saham perusahaan. Berdasarkan hasil analisis data di atas untuk diketahui bahwa telah terjadi
earning management akrual yang dibuktikan dari hasil DCA, DLA yang positif 0.0054917 dan 0.0239550 yang mencerminkan adanya earning management berpola
income increasing. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti baik di luar negeri maupun di Indonesia. Hasilnya
terbukti bahwa perusahaan di Indonesia juga melakukan tindakan earning management melalui akrual baik pada akrual diskresioner jangka pendek dan akrual
diskresioner jangka panjang pada saat penawaran saham perdana. Earning management pada saat melakukan IPO melalui penaikan laba dapat dilakukan dengan
cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan sekarang, sehingga laba pada periode IPO lebih tinggi dari yang seharusnya. Kebijakan tersebut bertujuan
untuk menaikkan harapan investor terhadap kinerja perusahaan masa depan dan menaikkan harga penawaran DuCharme et al., 2000. Hal ini didukung juga oleh
Dechow et al., 2005 yang menunjukkan rata-rata harga saham akan menurun sekitar
Universitas Sumatera Utara
9 ketika earning management diumumkan. Hasil penelitian ini mendukung temuan Teoh et al., 1998. Gumanti 2001 dengan menggunakan pendekatan total akrual
menemukan bukti yang kuat atas terjadinya earning management. Amin 2007, dan Annisarahman 2007 yang juga menemukan bukti bahwa perusahaan melakukan
tindakan earning management melalui akrual dalam penawaran saham baik pada periode sebelum penawaran ataupun setelah penawaran saham. Juga menurut peneliti
Sphor 2002, Zang 2007 mengatakan bahwa perusahaan melakukan earning management dengan akrual.
Asumsi peneliti dalam menggunakan variabel manipulasi aktivitas nyata yaitu ABN_CFO dan ABN_DISEXP didasarkan pada penelitian oleh Roychowdhury
2006 ini yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang ada di Amerika. Atas temuan tersebut, peneliti membuat asumsi yang sama untuk perusahaan di Indonesia
maka peneliti membuat dugaan bahwa perusahaan di Indonesia juga melakukan tindakan earning management melalui manipulasi aktivitas nyata pada kedua
aktivitas yaitu arus kas kegiatan operasi, dan biaya diskresioner yang dikaitkan dengan penawaran saham perdana IPO oleh perusahaan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa perusahaan di Indonesia terbukti melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi dan
biaya diskresioner. Hasil analisis data penelitian tentang earning management melalui aktivitas
nyata yaitu ABN_CFO arus kas kegiatan operasi dan ABN_DISEXP biaya diskresioner yaitu sebesar -0.0001163 dan -0.0026560 ini diindikasikan benar
Universitas Sumatera Utara
bahwa telah terjadi earning management melalui manipulasi aktifitas nyata. Hal ini sejalan dengan penelitian Roychowdhury 2006 yang menemukan bahwa
perusahaan terbukti melakukan tindakan earning management melalui manipulasi aktivitas nyata akan secara rata-rata memiliki arus kas dari kegiatan operasi abnormal
yang rendah dari yang seharusnya, dan biaya diskresioner abnormal yang lebih rendah dari yang seharusnya. Fakta ini konsisten dengan perusahaan yang mencoba
untuk meningkatkan laba tahunan dengan cara memberikan diskon harga untuk meningkatkan penjualan sementara. Namun, dalam penelitian Roychowdhury 2003
tidak sampai pada dampak arus kas operasi terhadap kinerja pasar. Selain itu, Graham et al., 2005 juga menyatakan bahwa manajer menyukai teknik manipulasi aktivitas
nyata dibanding earning management melalui akrual. Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian di Indonesia yang menemukan adanya manipulasi aktivitas nyata
melalui arus kas kegiatan operasi tetapi tidak biaya diskresioner. Hal tersebut mendukung dan konsisten dengan penelitian oleh Oktorina 2008 yang berhasil
menemukan bukti bahwa perusahaan di Indonesia melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas dari kegiatan operasi, dan hasil penelitian Rahmawati 2009
yang menyatakan telah terjadi manjemen laba aktivitas nyata baik pada arus kas kegiatan operasi maupun biaya diskresioner. Namun berbeda dengan penelitian oleh
Annisa’rahman 2007 yang tidak menemukan bukti perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata khususnya melalui arus kas kegiatan operasi tetapi melalui
biaya diskresioner.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil hipotesis regresi linear baik secara simultan maupun parsial tidak menemukan adanya pengaruh antara earning management terhadap kinerja
saham. Hal ini dapat dilihat dari hasil determinasi atau R square sebesar 17.5 yang artinya kinerja saham return saham hanya dipengaruhi sebesar 17.5 oleh earning
management. Sisanya 82.5 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak ada di dalam penelitian ini seperti reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, financial
leverage Kusuma, 2001, suku bunga dan ROA Hernendiastoro, 2005, laju pertumbuhan asset, rasio keuntungan, EPS Sutanto, 2007.
Nilai signifikan pada hasil uji F yaitu 0.211 0.05 Hasil tersebut menunjukkan yaitu tidak adanya pengaruh earning management terhadap kinerja
saham hal ini dikarenakan investor Indonesia kurang mampu mengidentifikasi earning management yang ada dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan karena adanya berbagai macam metode akuntansi yang sesuai dengan GAAP yang dapat dipilih oleh manajer serta adanya asimetri informasi antara pihak
manajemen dengan pihak pengguna laporan keuangan Kusuma, 2006. Ketika laporan keuangan diterbitkan, para investor kurang menanggapi isi dari laporan
keuangan tersebut, laporan keuangan dianggap kurang memiliki muatan informasi yang kuat dalam hal pertimbangan pengambilan keputusan Budiarto, 2007,
sehingga investor lebih percaya pada analisa teknikal dari pada analisa fundamental dalam mengambil keputusan. Analisa teknikal ini yang dilihat dari pola pergerakan
harga saham pada periode sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil hipotesis pertama, dan kedua, menunjukkan tidak ada pengaruh earning management accrual terhadap kinerja saham.
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyaningdyah 2001.
Hasil yang tidak signifikan ini mungkin disebabkan karena earning management mungkin dilakukan terhadap
laporan keuangan dua tahun sebelum dilakukan penawaran saham perdana dengan tujuan mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja perusahaan agar pada saat
penawaran saham perdana kinerja perusahaan terlihat baik dengan demikian investor mau menanamkan modalnya. Saiful 2004 mengatakan peneliti tidak mampu
menemukan adanya hubungan antara kinerja saham dengan earning management seperti yang ditemukan oleh Ali et al. 2000. Hal ini mungkin disebabkan investor
dan analisis pasar modal Indonesia belum mampu mendeteksi earning management. Hanya saja untuk jangka panjang berpengaruh yaitu setelah dua tahun. Berbeda
dengan hasil penelitian menurut Ardiati 2005 yang mengatakan bahwa earning management berpengaruh terhadap retun saham kinerja saham pada perusahaan
yang di audit oleh KAP Big 5 tetapi tidak berpengaruh pada perusahaan yang di audit non KAP Big 5 yang artinya KAP big 5 dapat digunakan sebagai sinyal untuk
menunjukkan kredibilitas laporan keuangan. Sokarina 2006 mengatakan bahwa Manajemen laba yang diproksikan dengan akrual diskresioner berpengaruh negatif
terhadap return saham. Annisaa’rahman, dan Yanthi H. 2007 juga mengatakan bahwa earning management mempengaruhi kinerja saham 1 tahun setelah IPO.
Hasil hipotesis ketiga, dan keempat, menunjukkan tidak ada pengaruh earning management aktivitas nyata terhadap kinerja saham. Hal ini sejalan dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan oleh Annisaa’rahman, dan Yanthi H. 2007 dan bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Koyuimirsa 2011 yang mengatakan bahwa
manajemen laba baik secara akrual maupun aktivitas nyata mempengaruhi kinerja saham.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Manipulasi laba akrual diskresioner jangka pendek x1 tidak mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan
Widyaningdyah 2001,
Saiful 2004 Annisaa’rahman, dan Yanthi H. 2007 dan bertentangan dengan Ali et al. 2000 dan Sokarina 2006.
2. Manipulasi laba akrual diskresioner jangka panjang x2 tidak mempengaruhi
kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan
Widyaningdyah 2001,
Saiful 2004 dan bertentangan dengan Ali et al. 2000, Annisaa’rahman, dan Yanthi H. 2007 dan Sokarina 2006.
3. Manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi x3 tidak
mempengaruhi kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisaa’rahman, dan Yanthi H. 2007 dan bertentangan dengan Koyuimirsa 2011
Universitas Sumatera Utara