Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung Kurangnya sumber daya manusia yang mendukung

community dan rehabilitasi terpadu. Hal ini menyebabkan kekurang pedulian mereka terhadap pelaksanaan program. Selain itu, adanya perbedaan budaya kerja lembaga pemasyarakatan dan budaya therapeutic community seringkali menimbulkan berbagai benturan. Berbeda dengan rehabilitasi terpadu yang sudah menyesuaikan dengan kondisi lembaga pemasyarakatan. Jadwal kegiatan keamanan lembaga pemasyarakatan yang ketat dan berbeda dengan jadwal pelaksanaan therapeutic community kadang menimbulkan benturan kegiatan yang berpengaruh besar terhadap pelaksanaan pembinaan. M. Tavip : Pelaksanaan Therapeutic Community Dan Rehabilitasi Terpadu Bagi Narapidana Narkotika Dan Psikotropika Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009

3. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung

Minimnya sarana dan prasarana dalam lembaga pemasyarakatan seringkali menyebabkan kurang lancarnya pelaksanaan program. Sarana dan prasarana yang terbatas, yang belum sesuai dengan standar minimum bagi pelaksanaan program rehabilitasi. Kekurangan sarana dan fasilitas baik dalam jumlah maupun mutu telah menjadi kendala bagi pelaksanaan pembinaan bahkan telah menjadi salah satu penyebab rawannya keamananketertiban. Adalah menjadi tugas dan kewajiban petugas pemasyarakatan, untuk memelihara dan merawat semua saranafasilitas yang ada dan mendayagunakannya secara optimal. Sarana dan prasarana lain seperti anggaran merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pembinaan narapidana tindak pidana narkotika dan psikotropika. Mengingat biaya rehabilitasi bagi pecandu narkoba baik jenis narkotika dan psikotropika memerlukan biaya yang sangat besar. Sekalipun dirasakan kurang mencukupi untuk kebutuhan seluruh program pembinaan, namun hendaklah diusahakan memanfaatkan anggaran yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna. Menurut peneliti, bangunan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan yang tediri atas 2 dua bagian yaitu kantor dan bangunan Lembaga Pemasyarakatan perlu diperluas untuk dapat memberikan kenyamanan bagi narapidana dan memudahkan pengamanan oleh petugas. M. Tavip : Pelaksanaan Therapeutic Community Dan Rehabilitasi Terpadu Bagi Narapidana Narkotika Dan Psikotropika Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009

4. Kurangnya sumber daya manusia yang mendukung

Kualitas petugas dapat mampu menjawab tantangan-tantangan dan masalah- masalah yang selalu ada dan muncul di lingkungan lembaga pemasyarakatan disamping penguasaan terhadap tugas-tugas rutin. Kekurangan dalam kualitasjumlah petugas hendaknya dapat diatasi dengan peningkatan kualitas dan pengorganisasian yang rapi, sehingga tidak menjadi kendala atau bahkan menjadi ancaman bagi pembinaan dan keamananketertiban. Pola penerimaan pegawai untuk ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan tak terlepas dari pola rekrutmen dan seleksi pegawai yang ditempatkan baik sebagai staf maupun yang menduduki jenjang jabatan. Orang-orang yang diharapkan dapat menjalankan peranan dan fungsi pemasyarakatan perlu diadakan rekrutmen, seleksi dan penempatan sesuai dengan keinginan yang dapat menjalankan visi, misi dan sasaran Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Selain itu, program therapeutic community dan rehabilitasi terpadu ini juga belum bisa menjangkau semua pecandu narkotika dan psikotropika yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan karena terbatasnya kemampuan Sumber Daya Manusia yang ada. Kurangnya pemahaman seluruh petugas lembaga pemasyarakatan mengenai metode pembinaan dengan metode therapeutic community, yang merupakan metode terapi dan rehabilitasi bagi narapidana penyalahguna narkotika dan psikotropika. Keterbatasan SDM yang berkualitas dan benar-benar memahami pelaksanaan therapeutic community dan rehabilitasi terpadu dapat dilihat dari kurangnya motivasi petugas yang menjadi konselor therapeutic community dan rehabilitasi terpadu. Tidak adanya petugas yang mengawasi keadaan peserta rehabilitasi terpadu secara terns menerus, sehingga kegiatan dalam blok kurang dapat diamati.

5. Belum adanya penanganan aftercare