benda yang telah dilepas hak miliknya oleh yang memiliki benda tersebut, seperti kaleng-kaleng atau botol-botol yang ada ditempat sampah.
22
c. Sebagian atau seluruhnya milik orang lain
Benda yang tidak ada pemilknya, baik sejak semula maupun telah dilepaskan hak miliknya tidak dapat menjadi objek penggelapan. Benda milik suatu badan
hukum, seperti milik badan negara adalah berupa benda yang tidakbukan dimiliki oleh orang, adalah ditafsirkan sebagai milik orang lain, dalam arti bukan milik
petindak, dan oleh karena itu dapat menjadi objek penggelapan maupun pencurian. Orang lain yang dimaksud sebagai pemilik benda yang menjadi objek
penggelapan, tidak menjadi syarat sebagai orang itu adalah korban, atau orang tertentu, melainkan siapa saja asalkan bukan petindak sendiri
d. Benda berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan
Terdapat dua unsur, yang pertama berada dalam kekuasaannya, dan kedua bukan karena kejahatan.
Perihal unsur berada dalam kekuasaannya yaitu suatu benda berada dalam kekuasaannya seseorang apabila antara orang itu dengan benda terdapat hubungan
sedemikian eratnya, sehingga apabila ia akan melakukan segala macam perbuatan terhadap benda itu ia dapat segera melakukan secara langsung tanpa terlebih dulu
harus melakukan perbuatan yang lain, misalnya ia dapat melakukaan perbuatan:
22
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik Khusus, h.180.
menjualnya, menghibahkannya menukarnya dan lain-lain sebagainya, tanpa ia harus melakukan perbuatan lain terlebih dulu.
23
Hubungan kekuasaan atas benda yang bukan miliknya ini tidak mutlak disyaratkan terhadap benda yang seluruhnya milik orang lain, tetapi cukup menguasai benda yang
sebagian milik orang lain dan sebagian milik sendiri. Ciri khusus kejahatan penggelapan ini jika dibandingkan dengan pencurian
adalah terletak pada unsur beradanya benda dalam kekuasaan petindak. Adalah tidak wajar seseorang untuk disebut sebagai mencuri atas milik orang lain yang telah
berada dalam kekuasaanya sendiri.
24
Sesuatu benda itu dapat berada dibawah kekuasaan seseorang itu tidaklah selalu harus karena kejahatan, misalnya karena adanya perjanjian, sewa menyewa,
perjanjian pinjam meminjam, perjanjian penyimpanaan, perjanjian gadai dan sebagainya.
Orang dapat mengatakan bahwa sesuatu benda itu telah berada dibawah kekuasaan seseorang, apabila orang itu telah benar-benar menguasai benda tersebut
secara langsung dan nyata.
25
23
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, h. 78-79.
24
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, h. 80.
25
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik Khusus, h. 181.
2. Unsur-Unsur Subjektif a. Unsur Kesengajaan