kerangka kerjasama ekonomi, namun hal tersebut tidak berjalan pada proses implementasinya. Sehingga yang tampak adalah kesibukan masing-masing negara
dalam menggerakkan ekonominya. Hal ini menyebabkan fundamental pertahanan ekonomi regional menjadi sangat rapuh. Padahal sebagaimana rumus tradisional
bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dapat dicapai dengan kondisi negara atau kawasan yang stabil secara politik dan keamanan.
Oleh karena itu, berpijak pada pemikiran di atas, Indonesia mendorong pembentukkan ASEAN Community yang ditopang oleh tiga pilar utama yang saling
terkait yakni ASC, AEC dan ASCC. Pembentukkan ketiga pilar tersebut di dasari dengan pemikiran bahwa penguatan kerjasama ekonomi, tanpa adanya jaminan
keamanan, maka perekonomian tidak akan berjalan baik begitu pula sebaliknya, keamanan tanpa didukung pembangunan ekonomi juga akan melahirkan masalah
baru. Salah satu poin penting dalam AEC ini adalah penyeimbangan pertumbuhan
ekonomi. Hal tersebut bertujuan untuk memperkecil jurang perbedaan ekonomi antar angggota sehingga mampu membentuk sabuk stabilitas ekonomi regional dengan
basis ekonomi yang lebih kokoh. Dengan demikian, integrasi kerjasama politik, keamanan dan ekonomi mampu menciptakan kawasan yang stabil dan nyaman bagi
pertumbuhan ekonomi.
2. Peran Regional Power Center di ASEAN
Sebagai negara pelopor dan pendiri ASEAN, Indonesia memang memiliki posisi penting dalam konstelasi hubungan kerjasama di ASEAN. Proses
kepemimpinan Indonesia, baik secara tradisional maupun dalam jabatan struktural,
telah berlangsung lama. Namun demikian, terjadinya krisis ekonomi yang kemudian berubah menjadi krisis multidimensional pada tahun 1998 menjadikan Indonesia
kehilangan peran tersebut. Praktis, sejak saat itu bargaining position Indonesia di mata ASEAN menjadi lemah.
Proses kepentingan Indonesia untuk kembali menjadi regional power center dapat dilihat dari kepemimpinannya sebagai Ketua Standing Committee ASEAN pada
periode Juli 2003 sampai dengan Juli 2004. Dalam periode tersebut Indonesia terbukti mampu menjadi sosok penting dengan memaksimalkan kepemimpinan di kawasan
ASEAN. Pencapaian itu dibuktikan dengan lebih produktif menghasilkan pemikiran
dan berbagai konsep baru, nyata dan realistis sehingga ASEAN bukan hanya sekedar simbol saja. Namun, konsep yang akan menghasilkan akselerasi demi kemajuan
ASEAN. Terlebih dalam hal ini Indonesia mendapat otoritas lebih luas dengan jabatan resminya tersebut. Pada momentum ini pula menjadi sarana penegasan bagi Indonesia
untuk menempatkan ASEAN sebagai pilar utama politik luar negerinya. Setelah mengkaji perjalanan ASEAN sejak berdiri hingga saat Indonesia
menjabat Ketua Standing Committtee ASEAN, beberapa persoalan utama yang diinventarisir oleh Indonesia adalah persoalan kerjasama politik dan keamanan yang
masih harus di tingkatkan, kerjasama di bidang ekonomi yang belum begitu kuat serta penguatan proses integrasi masyarakat ASEAN yang masih terhalang oleh kurangnya
kerjasama di bidang sosial dan budaya. Secara khusus telah dicatat oleh Indonesia, bahwa permasalahan politik dan keamanan di antara negara anggota ASEAN selalu
tidak pernah berhasil diselesaikan secara terbuka, dikarenakan adanya kecenderungan ASEAN selama ini bersifat ”swept the issues under the carpet” antara sesama negara
anggota.
Selain itu fokus kerjasama ASEAN selama ini cenderung pada masalah bidang ekonomi, padahal menurut Indonesia perekonomian dan keamanan adalah terkait satu
sama lain. Sehingga jika salah satu itu tidak ada maka kedua-duanya tidak akan tercapai. Artinya memperkuat keamanan tanpa memperkuat perekonomian akan sia-
sia.
74
Oleh karena itu, diplomasi Indonesia dengan mendorong pembentukkan ASC sebagai pilar penguatan kerjasama menuju ASEAN Community yang kemudian diikuti
dengan pembentukkan AEC dan ASCC sebagai pilar penopang lainnya, merupakan sebuah terobosan penting dan maju bagi ASEAN.
Gagasan dan diplomasi Indonesia tersebut menjadikan negeri ini semakin diakui perannya, terlebih lagi jika ASEAN telah mampu menjadi motor kelembagaan
yang solid untuk menggerakkan iklim demokratisasi di kawasan. Selain itu gagasan ini merupakan hal luar biasa dialami oleh ASEAN pada perkembangannya, karena
dibalik ide tersebut ASEAN dapat kembali memformulasikan ulang kebijakannya dan menyegarkan kembali kerjasamanya melalui proses pembangunan politik di kawasan
guna mengatasi perbedaan sistem politik. Dengan pembentukkan ASEAN Community, Indonesia mendorong ASEAN yang demokratis, pengelolaan pemerintahan yang
bersih yang menghargai dan melindungi HAM, serta memiliki norma-norma pergaulan antar negara yang lebih terbuka dan maju namun juga dihormati bersama.
75
Oleh karena itu, melalui konsep besar ASEAN Community yang digagas Indonesia menjadikan negeri ini mampu meraih kembali kepemimpinannya di
kawasan regional. Sebagaimana yang diakui oleh Menlu Hasan Wirayuda,
76
bahwa pembentukkan ASEAN Community merupakan lompatan sejarah bagi ASEAN yang
akan menjadi cetak biru integrasi regional hingga tahun 2020, karena di dalamnya
74
“Peringatan untuk KTT ke-9 ASEAN di Bali,” Kompas, 5 Oktober 2003.
75
“ ASEAN’s Collective Leadership,” The Jakarta Post, 1 Oktober 2003.
76
“Peringatan untuk KTT ke-9 ASEAN di Bali.”
terdapat kerangka komperhensif untuk kerjasama politik dan keamanan, ekonomi dan sosial budaya. Sehingga kepentingan Indonesia pada skala regional sudah dapat
tercapai dan diperkuat dengan diterimanya usulan pembentukkan ASEAN Community, khususnya ASC.
Perlu juga dicatat bahwa terobosan Indonesia dan ASEAN dengan melahirkan ASEAN Community
menjadi pintu utama dalam memuluskan langkah organisasi tersebut menyepakati Piagam ASEAN ASEAN Charter yang disepakati pada tahun
2007. Piagam ASEAN ini merupakan landasan hukum yuridiksi kelembagaan ASEAN pertama yang menjadikan organisasi ini memiliki pijakan hukumnya.
3. Pengembalian Citra