negara. Namun, hal ini seringkali tersingkirkan oleh basis moralitas-legalitas elit politik pembuat kebijakan yang kemudian menentukan kapentingan nasional
negaranya. Kepentingan nasional terkandung di dalam cita-cita, aspirasi dan tujuan
bangsa dan negara serta menetukan sikap satu bangsa terhadap bangsa-bangsa lain di dunia. Kepentingan nasional ini pulalah yang menentukan cara untuk menerjemahkan
cita-cita dan wawasan suatu bangsa ke dalam bentuk-bentuk yang nyata, baik secara bilateral, maupun secara regional ataupun internasional. Identifikasi kepentingan
nasional merupakan langkah pertama dalam penentuan politik luar negeri suatu negara. Setelah itu barulah ditentukan tingkat atau derajat intensitas kepentingan itu
dalam bentuk strategi dan terakhir kepentingan tersebut dicapai melalui tindakan nyata atau langkah-langkah dalam bentuk foreign policy.
31
C. Peran dan Diplomasi
Peran merupakan implementasi dari perumusan kebijakan politik luar negeri suatu negara. Beberapa peran yang dimainkan oleh suatu negara dalam politik luar
negeri seperti pelopor pembentukan organisasi regional, multilateral, sanksi-sanksi, mediator konflik negara vis a vis negara, negara vis a vis separatis, serta aksi militer
atau invasi. Keseluruhan peran tersebut termasuk dalam konteks diplomasi dalam aspek luasnya.
Adapun diplomasi, merupakan kata kunci dalam studi hubungan internasional. Kata tersebut merupakan hal yang signifikan yang tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan politik luar negeri. Diplomasi diyakini berasal dari kata Yunani “diploun” yang berarti “melipat”. Hal ini berhubungan dengan pola yang digunakan
dalam memberlakukan surat jalan lintas wilayah di masa Kekaisaran Romawi masa
31
C.P.F. Luhulima, ASEAN Menuju Postur Baru, Jakarta: CSIS, 1997, h. 217.
itu. Adapun surat jalan tersebut disebut sebagai ‘diplomas’.
32
Kata ini kemudian berkembang dalam hubungan antar negara pada saat itu, kemudian menjadi kata baku
yang terkandung dalam hubungan internasional. Terdapat banyak definisi tentang diplomasi, salah satunya adalah The Oxford
English Dictionary memberikan konotasi diplomasi adalah; “manajemen hubungan
internasional melalui negosiasi; yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh duta besar dan para wakil bisnis atau seni para diplomat.
33
Namun, dalam konteks hubungan internasional, definisi KM. Panikkar dalam bukunya The Principle and
Practice of Diplomacy terasa lebih tepat. Ia menyatakan, “diplomasi, dalam
hubungannya dengan politik internasional, adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain.
34
Dari pendapat di atas tersebut sebenarnya ada elemen-elemen pokok dalam definisi diplomasi ini yakni, negosiasi, kepentingan nasional, seni. Tetapi juga patut
dikedepankan di sini bahwa diplomasi ada untuk tujuan damai maupun perang. Hal ini mengingat faktor terpenting dalam diplomasi adalah kepentingan nasional. Maka
apabila kepentingan nasional suatu negara merasa terancam, pilihan kebijakan ancaman maupun perang besar kemungkinan akan diambil.
Dengan demikian, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa diplomasi adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi, dengan cara-cara damai
dalam berhubungan dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal untuk memperoleh tujuan yang diinginkan, diplomasi mengizinkan penggunaan ancaman
atau kekuatan sebagai cara untuk memperoleh tujuan-tujuan itu.
35
Berbagai pilihan
32
S.L.Roy, Diplomasi, h. 1.
33
Ibid., h. 2.
34
Ibid., h. 3.
35
Ibid., h. 5.
tersebut diambil jika kemudian kepentingan nasional menggariskan ketentuan pilihan- pilihan tersebut dalam kebijakan politik luar negeri suatu negara.
Bagi negara manapun, tujuan utama diplomasinya adalah pengamanan kebebasan politik dan integritas teritorialnya. Ini bisa dicapai dengan memperkuat
hubungan dengan negara sahabat, memelihara hubungan erat dengan negara-negara yang sehaluan dan menetralisir negara yang memusuhi. Persahabatan bisa dibina dan
sahabat-sahabat baru diperoleh melalui negosiasi yang bermanfaat. Ini akan lebih mudah apabila terdapat persamaan kepentingan. Namun demikian tujuan-tujuan
politik diplomasi suatu negara harus seimbang dengan sumber daya dan power nya. Hal ini mengingat daya bargaining position dari diplomasi sangat ditentukan kedua
faktor tersebut. Oleh karena itu, efektifitas diplomasi suatu negara bergantung pada sejauh
mana kekuatannya. Sebaliknya sebuah negara besar dan kuat yang dilanda pertentangan sipil, ketidakstabilan pemerintah yang kronis atau kebangkrutan
keuangan, dan sebagainya akan gagal untuk menimbulkan kepercayaan dari negara lain. Dalam kasus seperti itu diplomasi jarang menghasilkan tujuan yang diinginkan.
36
Faktor ekonomi ternyata juga tidak kalah penting dibanding dengan pertimbangan politik yang menjadi faktor determinan dalam diplomasi. Selama
ratusan tahun diplomasi komersial sebagai tujuan kebijaksanaan nasional telah memperoleh landasannya yang kuat. Negara-negara yang secara teknologi maju telah
berusaha mengeksploitasi negara-negara yang secara ekonomi lemah dan terbelakang. Penggunaan sebutan seperti ‘imperialisme ekonomi’, diplomasi dollar dan sebagainya
membuktikan kenyataan ini.
36
Ibid., h. 8.
Dengan lahirnya laissez faire dan sistem perdagangan bebas serta menimbulkan dampak atas penekanan ekonomi nasional, negara-negara maju maupun
terbelakang telah menjumpai kenyataan bahwa perdagangan dan keuangan bisa digunakan sebagai alat utama kebijaksanaan nasional. Akibatnya, pencapaian
perolehan-perolehan ekonomi telah menjadi tujuan penting dari diplomasi.
37
Dalam konteks ini sebenarnya merupakan penggambaran dari dimensi lain mengenai
keterkaitan erat antara politik dengan ekonomi. Artinya, aktivitas politik selalu memiliki dampak ekonomi.
Selain kedua faktor determinan di atas, faktor sosial dan kebudayaan menempati posisi yang cukup penting dalam diplomasi. Untuk menggambarkan betapa sisi
kerjasama sosial budaya menjadi faktor diplomasi dapat dilihat dari meningkatnya aktivitas pertukaran budaya antar negara. Kekuatan utama diplomasi sosial budaya
terletak pada nilai politiknya yang cenderung lebih rendah daripada diplomasi politik dan ekonomi.
Penawaran dan negosiasi merupakan bagian utama dari diplomasi. Adapun kedua hal tersebut adalah bagian dari sebuah proses yang kompeks, begitu rumitnya
sehingga ditandai dengan adanya dua faktor. Pertama, banyak negara yang melalui dua level dalam penawaran yang ingin berlanjut; penawaran internasional antar
negara dan penawaran harus sesuai dengan keinginan perunding, wakil negara dan begitu beragamnya konstituen domestik, keduanya harus menerima posisi negosiasi
dan harus “mengakui” kesepakatan antar dua negara. Kedua, penawaran dan negosiasi, dalam konteks ini, sebuah kegiatan batas
budaya.
38
Artinya dua komponen negara yang berbeda kultur menegaskan pentingya
37
Ibid., h. 10.
38
Karen Mingst, Essentials of International Relations, New York: W.W. Norton Company,1999, h. 122.
pendekatan kultural dalam proses diplomasi. Dalam hal inilah, batas budaya seringkali menjadi halangan dalam menghasilkan satu persepktif bersama dari hasil
yang diinginkan. Jika melihat proses umum dari diplomasi tersebut, memang terlihat diplomat sebagai
aktor dari proses diplomasi dituntut untuk memainkan peran besar dalam proses penawaran dan negoisasi. Banyak faktor yang kemudian berperan dalam mendukung
hal tersebut. Dalam hal ini kerangka tugas menjadi penting. Adapun kerangka diplomasi memiliki empat tugas, di antaranya:
1. Diplomasi harus menentukan tujuannya selaras dengan kemampuan yang ada.
2. Diplomasi harus menilai tujuan-tujuan negara lain dan kemampuannya untuk
mencapai tujuan-tujuan itu. 3.
Diplomasi harus menentukan sampai sejauh mana tujuan-tujuan yang berlainan itu cocok satu sama lain, dan
4. Diplomasi harus menggunakan cara-cara yang selaras dengan pencapaian
tujuan-tujuannya.
39
Diplomasi juga memiliki peraturan-peraturan yang bisa menjadi acuan dalam melakukan interaksi dengan negara-negara lain baik yang bersifat bilateral maupun
multilateral. Peraturan-peraturan tersebut adalah: a.
Diplomasi harus didasarkan kepada semangat juang yang tinggi. b.
Tujuan-tujuan politik luar negeri haruslah di dasarkan kepada kepentingan nasional dan perlu didukung oleh kekuatan yang memadai.
c. Diplomasi harus memandang pentas politik itu dari sudut pandang bangsa lain.
d. Bangsa-bangsa harus bersedia melakukan kompromi terhadap isu yang
dianggap vital bagi mereka.
40
39
Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa, h. 256.
Corak politik luar negeri suatu negara sebenarnya dapat terlihat dari pola diplomasinya. Kecenderungan negara dengan pola diplomasi menekan hanya dapat
dilakukan ketika bargaining position negara tersebut di atas atau lebih kuat dari negara lainnya. Karena itu dalam hubungan internasional akan selamanya membentuk
konstelasi dari tipologi-tipologi negara kuat-negara lemah, negara maju-negara berkembang, Utara-Selatan dan pola-pola dikotomistis lainnya.
Berdasar paparan tersebut, di sinilah letak diplomasi memainkan peran penting dari suatu negara. Bagaimana sebuah negara dengan berbagai perbedaannya dengan
negara lain mampu memajukan kepentingan nasionalnya melalui kekuatan diplomasi. Jika mengacu pada pemaparan ini, akan terlihat bahwa implementasi diplomasi yang
dilakukan Indonesia terhadap negara anggota ASEAN dalam upaya pembentukkan ASEAN Community
sangat kompleks, sebagaimana akan dibahas pada BAB IV penelitian ini.
D. Kerjasama Regional