Kerjasama Regional TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI

Corak politik luar negeri suatu negara sebenarnya dapat terlihat dari pola diplomasinya. Kecenderungan negara dengan pola diplomasi menekan hanya dapat dilakukan ketika bargaining position negara tersebut di atas atau lebih kuat dari negara lainnya. Karena itu dalam hubungan internasional akan selamanya membentuk konstelasi dari tipologi-tipologi negara kuat-negara lemah, negara maju-negara berkembang, Utara-Selatan dan pola-pola dikotomistis lainnya. Berdasar paparan tersebut, di sinilah letak diplomasi memainkan peran penting dari suatu negara. Bagaimana sebuah negara dengan berbagai perbedaannya dengan negara lain mampu memajukan kepentingan nasionalnya melalui kekuatan diplomasi. Jika mengacu pada pemaparan ini, akan terlihat bahwa implementasi diplomasi yang dilakukan Indonesia terhadap negara anggota ASEAN dalam upaya pembentukkan ASEAN Community sangat kompleks, sebagaimana akan dibahas pada BAB IV penelitian ini.

D. Kerjasama Regional

Dalam melakukan kerja sama internasional, sekurang kurangnya harus dimiliki dua syarat utama. Pertama, adanya keharusan untuk menghargai kepentingan nasional masing-masing anggota yang terlibat. Tanpa adanya penghargaan, tidak mungkin dapat dicapai suatu kerjasama seperti yang diharapkan semula, bahkan sebaliknya akan menimbulkan konflik yang tidak diharapkan. Kedua, adanya keputusan bersama dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul. Untuk mencapai keputusan bersama komitmen diperlukan komunikasi dan konsultasi secara berkesinambungan. Bahkan, kedua hal itu lebih penting daripada komitmen yang biasanya dilakukan sewaktu-waktu saja bila diperlukan. 40 Dahlan Nasution, Perang Atau Damai Dalam Wawasan Politik Internasional, Bandung: Remaja Karya, 1981, h. 215. Pada dasarnya, kerjasama regional merupakan bentuk saling ketergantungan yang diatur berdasarkan kedekatan geografis yang bisa berkembang menjadi berbagai kepentingan bersama. Oleh karena itu, regionalisme merupakan tahap yang diperlukan masyarakat internasional dalam menuju globalisme yang di cita-citakan. 41 Tahap-tahap kerjasama regional dan subregional biasanya dibagi kepada dua bagian: 1 tahap vertikal dan 2 tahap horisontal. Yang dimaksud dengan tahap vertikal adalah tiga tahap sebagai berikut: 1. Tahap kerjasama cooperation, yang didalamnya negara-negara anggota masih belum dihadapkan kepada penyerahan kedaulatan apapun. Meskipun demikian dalam tahap ini sudah diperlukan kebulatan tekad dan kesungguhan niat untuk menuju cita-cita kerjasama regional serta perlu menyingkirkan hambatan intra regional serta rumusan bidang kerjasama. 2. Tahap koordinasi coordination di mana sudah diharuskan penyerahan sebagian dari kedaulatan demi mencapai tingkat interdependensi yang lebih tinggi dan lebih teatur. Koordinasi sama artinya dengan harmonisasi usaha- usaha nasional yang menyangkut kepentingan bersama seperti kebijaksanaan ekonomi, rencana pembangunan dan lainnya 3. Tahap integrasi integration merupakan tahap akhir dalam proses perkembangan kerjasama regional. Apabila suatu kerjasama regional telah sampai pada puncaknya, maka tahap itu disebut tahap integrasi, di mana negara-negara anggota telah menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada 41 Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995, h. 17 suatu badan supranasional yang mempunyai yuridiksi mengatur kepentingan bersama. 42 Adapun tahap horisontal adalah mencakup bidang ekonomi dan kebudayaan. Kedua bidang ini merupakan pilihan yang biasanya dijadikan starting point dalam pembentukkan dan pertumbuhan sebuah kerjasama dan organisasi regional. Bahkan, seringkali kedua bidang tersebut dijadikan landasan utama bagi kerjasama yang dibangun. Mengingat kedua bidang inilah yang memiliki efek perbedaan dan sensitifitas yang lebih rendah dibanding bidang politik. 42 M. Sabir, Politik Bebas Aktif, Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1987, h. 221-222.

BAB III GAMBARAN UMUM ASEAN DAN ASEAN COMMUNITY