Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelahiran anak dalam suatu keluarga adalah harapan yang dinantikan oleh kedua orangtua. Dan merupakan salah satu anugrah yang tidak ternilai harganya dari Allah SWT. Anak yang lahir tersebut menyandang harapan dan cita-cita yang tidak kecil dari orang tuanya dan lebih dari itu orangtua beranggapan anak-anak mereka merupakan perluasan dari diri mereka dan memiliki warisan genetik. Namun kadang-kadang kegembiraan, harapan-harapan dan cita-cita yang besar atas kehadiran anak tersebut menjadi sirna, bahkan jadi beban fisik dan psikis bagi kedua orangtua maupun keluarga, bila anak tersebut hadir di tengah-tengah keluarga dalam keadan cacat. Sehingga orangtua merasa malu dengan keadaan yang dialami anak-anaknya. Apalagi bila ada orang-orang disekitarnya yang memperlihatkan keadaan tidak simpatik pada anaknya. Akan tetapi dalam konsep ajaran Islam anak merupakan rahmat Allah yang diamanatkan kepada orangtuanya, ia membutuhkan kasih sayang, perhatian dan pendidikan yang baik. Kesemuanya ini menjadi tanggung jawab setiap orangtua. Dan selanjutnya juga tidak terlepas dari pengawasan guru di sekolah dan masyarakat dimana ia tumbuh dan dibesarkan. Pada saat orangtua menyadari bahwa anaknya menyandang cacat, pada umumnya mereka mendapat pukulan berat. Kemudian timbul pertanyaan dalam hatinya cara mengajar anaknya, apa yang dapat diajarkan kepadanya, dan bagaimana menggali kemampuan yang ada serta mengembangkannya secara optimal. Mereka mempertanyakan hal ini karena menyadari bahwa akibat cacat itu, proses belajar pada anaknya akan mengalami gangguan. Ini berarti mereka memerlukan proses belajar mengajar yang khusus. 1 1 Phylis B, Doyle, John F Goodman, Membantu Anak Yang Mennderita Cacat Berat, Edisi Indonesia pada Binacipta, 1986, h.1. Interaksi lingkungan keluarga kepada penyandang cacat haruslah diperlakukan seperti anak yang lainnya sebab ada sebagian keluarga yang memperlakukan anak-anak yang cacat tidak seperti anak yang lainnya sehingga si anak merasa tersisih dalam keluarganya. Oleh karena itu keluarga perlu diajak dan diberi petunjuk bagaimana memperlakukan anak penyandang cacat didalam lingkungan keluarga. Khususnya adalah anak penyandang tuna rungu. Mengenai perkembangan kognitif anak-anak tunarungu secara umum baik, khususnya dalam segi berfikir dan pemahaman. Artinya bahwa mereka mempunyai perkembangan kognisi dikarenakan ada hubungan yang erat antara perkembangan berbahasa dengan berpikir. Menurut Watson bahwa proses berpikir anak-anak tuna rungu hendaya pendengaran sebenarnya merupakan kebiasan- kebiasaan gerak yang ada pada pangkal tenggorokan larynx. 2 . Penelitian terhadap anak tuna rungu berkaitan dengan hubungan antara kemampuan berbahasa dan kognisi, diperoleh hasil bahwa “ Jika anak dengan kekurangan pendengaran tidak mempunyai kemampuan berbahasa , yang sesungguhnya bahwa bahasa merupakan prasyarat dari kemampuan kognisi maka anak dengan kekurangan pendengaran akan mendapatkan kesulitan dalam kemampuan berpikirnya bahkan dimungkinkan kemampuan bepikir yang sudah ada pun akan menghilang.” 3 Dari keterangan diatas bahwasanya kemampuan berfikir sangat berhubungan sekali dengan kreativitas seseorang. Dengan demikian kemampuan berfikir atau kogitif sangatlah mempengaruhi kreativitas seseorang. Begitupun dengan anak tuna rungu. Walaupun begitu, bukan berarti mereka tidak mempunyai kreativitas yang tinggi. Kadang-kadang ada laporan tentang orang yang berbakat kreatif yang tinggi sedangkan tingkat kecerdasannya rendah dan telah diketahui bahwa tidak semua orang dengan kecerdasan yang tinggi merupakan pencipta. 4 Adapun pengertian kreativitas itu sendiri adalah sesuatu yang khas pada setiap individu. Ahli kreativitas Conny Semiawan dkk mengungkapkan bahwa kreatifitas adalah potensi yang pada 2 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: Refika Aditama 2006 cet. Pertama, h. 106. 3 Phylis B, Doyle, John F Goodman, h.5. 4 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jakarta: Erlangga, 1978, edisi ke-6, hal.4. dasarnya dimiliki setiap orang dalam derajat yang berbeda-beda. Setiap orang memilikinya, tetapi dengan tingkatan berbeda antara yang satu dengan yang lain. 5 Pengertian lain mengenai kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Ditinjau dari aspek kehidupan manapun kebutuhan akan kreativitas sangatlat penting, dalam menghadapi berbagai macam tantangan, baik bidang ekonomi, politik, lingkungan, kesehatan, maupun dalam bidang budaya dan sosial. 6 Kreativitas dalam individu sangatlah bermakna di dalam kehidupan antara lain: pertama, kreativitas orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya. Kedua, kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan. Ke empat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatnya kualitas hidupnya. 7 Kreativitas dapat memberikan suatu dampak yang positif bagi perkembangan anak dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya, dan terkadang memberikan inspirasi terhadap perkembangan psikomotor serta kognitif anak dalam menjalankan aktivitas kehidupannya sehari-hari. 8 Kreatifitas merupakan sesuatu yang khas pada setiap individu. Ahli kreativitas Conny Semiawan dkk mengungkapkan bahwa kreatifitas adalah potensi yang pada dasarnya dimiliki setiap orang dalam derajat yang berbeda-beda. Setiap orang memilikinya, tetapi dengan tingkatan berbeda antara yang satu dengan yang lain. 9 Untuk menumbuh kembangkan kreativitas tersebut maka dibutuhkan bimbingan. Adapun bimbingan disini adalah proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan secara 5 Fuad Nashori, Rochmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif psikologi Islam, Jogjakarta: Menara Kudus, 2002, cet.ke-1, hal.36. 6 Utami Munandar,Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujdkan Potensi Kreativ dan Bakat Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1999, h.48. 7 Utami Munandar, Kreativitas Sepanjang Masa Jakarta: Sinar Harapan, 1998, h.43. 8 Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga, 1988, h.43. 9 Fuad Nashori, Rochmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif psikologi Islam, Jogjakarta: Menara Kudus, 2002, cet.ke-1, hal.36. berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan keluarga serta masyarakat. 10 Dengan bimbingan anak penyandang tunarungu maka mereka dapat terlatih dan menghasilkan kreativitas yang jauh lebih baik dari anak normal lainnya. Untuk menjadikan anak tunarungu dalam meningkatkan kreativitasnya, prestasi belajarnya maupun pekerjaannya. Maka seorang pembimbing dalam melakukan bimbingan harus dapat memberikan motivasi yang sesuai untuk mereka. Pada pelaksanaan bimbingan terhadap anak tunarungu ini sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah dan para pendidik. Salah satu lembaga pemerintahan yang menangani dan melaksanakan bimbingan terhadap anak tuna rungu adalah Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati milik Departemen Sosial yag ada di daerah Jakarta Timur. Kegiatan Bimbingan yang ada di Panti Sosial Binarungu Wicara Melati ini diupayakan terhadap anak tuna rungu kurang pendengaran dan terganggunya dalam bicarayang secara kejiwaan pada umumnya tuna rungu mengalami keminderan, pesimis dalam dirinya yang disebabkan oleh fisik mengalami gangguan, sehingga anak tuna rungu merasa kurang mampu dalam meningkatkan kreatifitas. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan dalam meningkatkan kreatifitas anak tuna rungu di Panti Sosial Binarungu Wicara Melati. Untuk itu skripsi ini penulis beri judul Pelaksanaan Bimbingan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Tuna Rungu Di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah