Pengertian Anak tunarungu Klasifikasi Ketunarunguan

d. Verifikasi Verification. Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas. 46

C. Anak Tunarungu

1. Pengertian Anak tunarungu

Istilah anak tunarungu di ambil dari kata tuna dan rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mapu mendengar atau kurang mendengar. Andreas dwidjosumarno, seperti yang dikutip Permanarian dan Tati Hernawati mengemukakan: “Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorrang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama melalui indera pendengaran.” 47 Heward dan Orlansky yang dikutip oleh Soedjadi berpendapat bahwa tuli didefinisikan sebagai : “Kerusakan yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai salah satu kondisi dimana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan tidak mempunyai arti untuk sehari-hari.” Menurut Moores definisi dari ketunarunguan adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam derajat frekensi dan intensitas. 48

2. Klasifikasi Ketunarunguan

Ada beberapa klasifikasi ketunarunguan sesuai dengan dasanya yaitu : klasifikasi etiologis, klasifikasi anatomis-fisiologis, klasifikasi menurut nada yang tak dapat di dengar, klasifikasi menurut saat terjadinya ketunarunguan dan klasifikasi menurut taraf ketunarunguan. 46 Ibid. h. 51. 47 Permanarian Somad, Tati Hernawati, Ortopedagogik anak Tunarungu, Jakarta : DepDikBud, 1995, h.27. 48 Frieda Mangunsang dkk, Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi, 1998. Cet. 1, h.68. Secara etiologis ketunarunguan dapat dibedakan atas ketunarunguan endogen dan eksogen. Ketunarunguan endogen ialah ketunarnguna kongenital yang diturunkan dari orangtuanya. Ketunarunguan eksogin ialah ketunarunguan yang diperoleh karena penyakit atau kecelakaan. Secara anatomi fisiologi ketunarunguandapat dibagi menjadi ketunarunguan hantaran konduksi dan ketunarunguan syaraf perseptip. Ketunarunguan hantaran ialah ketunarunguan yang disebabkan oleh kerusakan dan ketidak fungsian alat-alat penghantar getaran pada telinga tengah. Ketunarunguan syaraf ialah ketunarunguan yang disebabkan oleh kerusakan dan ketidak fungsian alat-alat pendengaran pada telinga bagian dalam. Menurut nada yang tidak dapat didengar, ketunarunguan dapat dibedakan atas ketunarunguan nada rendah, ketunarunguan nada tinggi, dan ketunarunguan total. Menurut terjadinya ketunarunguan dapat dibedakan atas 3 saat, yaitu ketunarunguan yang terjadi saat dalam kandungan prenatal, saat kelahiran natal, dan setelah kelahiran paost natal. 49 Klasifikasi ketunarunguan yang lebih bermanfaat bagi pendidikan ialah klasifikasi menurut tarafnya, atas dasar pengukuran audiometris. Menurut klasifikasi ini dapat dibedakan : a. Ketunarunguan pada taraf 15-25 db, yaitu ketunarunguan taraf ringan. Anak tunarungu pada taraf ini masih dapat belajar bersama-sama anak-anak pada umumnya dengan pemakaian alat pembantu mendengar, penempatan yang tepat dan pemberian-pemberian bantuan lain. b. Ketunarunguan pada taraf 26-50 db, yaitu ketunarunguan taraf sedang. Anak tunarungu pada taraf ini sudah memerlukan pendidikan khusus dengan latihan bicara, membaca ajaran dan latihan mendengar dengan memakai alat pembantu mendengar. c. Ketunarunguan pada taraf 51-75 db, yaitu ketunarunguan taraf berat. Anak tunarung pada taraf ini sudah harusmengikuti program pendidikan di Sekolah Luar Biasa dengan mengutamakan pelajaran bahasa, bicara dan membaca ajaran. Penggunaan alat pembantu mendengar baginya tidak banyak berguna dalam pelajaran bahasa, tetapi masih dapat dipakai di jalan-jalan raya untuk bunyi klakson, dan suara-suara bising yang lain. 49 Emon Sastrawinata, Pendidikan Anak Tunarungu, Jakarta : Pendidikan dan Kebudayaan, 1977, h. 10-11. d. Ketunarunguan pada taraf 75 db ke atas, yaitu ketunarunguan taraf sangat berat. Anak tuarungu pada taraf ini lebih memerlukan program pendidikan kejuruan, meskipun pelajaran bahasa dan bicara masih dapatdiberikan kepadanya. Penggunaan alat pembantu mendengarbiasa tidak memberikan manfaat baginya. 50

3. Faktor Penyebab Anak Tunarungu