Bimbingan bagi anak tunarungu

Anak tuna rungu mempunyai karakteristik yang khas dan sukar untuk diuraikan satu persatu secara mendetail. Walaupun demikian ada beberapa cirri khusus pada anak tunarungu yang dapat dilihat melalui aktivitasnya sehari-hari. Emon Sastrawinata mengemukakan pendapatnya diantaranya: a. Cara berjalannya agak kaku dan membungkuk b. Gerakan matanya cepat, agak beringas c. Gerakan kaki, tangannya sangat cepat dan lincah d. Emosinya selalu bergejolak e. Kurang dapat bergaul, mudah marah dan berlaku agresif. Sedangkan menurut Drs Mardiati Busono antara lain: a. Mereka lebih egosentris daripada anak normal b. Mempunyai perasaan takut akan keluasaan dan hidup yang lebih besar c. Kelekatan yang berlebih terhadap orang lain dan apa yang sudah dikenal d. Jika asyik bekerja atau bermain, perhatian mereka sukar dialihkan e. Lebih memperhatikan yang konkrit f. Mereka umumnya mempunyai sifat polos, kelakuannya sederhana dan jarang mempunyai persoalan atau tanpa banyak masalah

5. Bimbingan bagi anak tunarungu

Banyak masalah yang dihadapi anak tunarungu dan mereka memerlukan bimbingan agar dapat mengikuti pendidikan secara memadai. Sesuai dengan masalah yang mereka hadapi mereka memerlukan bimbingan komunikasi, bimbingan kepribadian dan bimbingan pekerjaan. 53 a. Bimbingan Komunikasi Tujuan bimbingan komunikasi kepada anak tunarungu adalah untuk membuka dan memperlancar komunikasi mereka, sebagai langkah pertama dan utama dalam pendidikan mereka. Pendidikan hanya mungkin terjadi jika ada komunikasi, ada interaksi. Anak tunarungu yang 53 Ibid., h. 116. menurut kodratnya tidak mempunyai media komunikasi perlu mendapatkan media tersebut agar pada mereka dapat diberikan pendidikan. Pengertian komunikasi cukup jelas dan luas, tetapi persyaratan pokok dalam komunikasi ialah kemampuan untuk menerima pikiran atau pendapat orang lain. Dan kemampuan untuk mengekspresikan pikiran atau pendpatnya sendiri dengan baik agar dapat diterima oleh oranglain. Persyaratan pokok ini sudah tidak dapat dipenuhi oleh anak tunarungu, apalagi persyaratan- persyaratan yang lain sebagai akibat adanya saling hubungan tersebut yaitu yang menyangkut aspek-aspek yang lebih luas, misalnya : saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dan sebagainya. 54 b. Bimbingan Pribadi Bimbingan pribadi ialah bimbingan kepada seseorang yang mempunyai masalah pribadi agar ia dapat mengatasi masalahnya. Masalah dapat diatasi jika ia mengenal dirinya sendiri, jika ia mengenal kemampuan dan kelemahannya. Masalah pribadi dapat bersumber pada dirinya sendiri, lingkungan keluarganya, taraf ketunarunguannya, dan dapat juga bersumber pada masyarakat sekitarnya. 55 c. Bimbingan Pekerjaan Pendidikan kepada anak tunarungu berpuncak pada tersalurnya mereka dalam lapangan kerja, sehingga mereka ikut aktif membangun masyarakat, tidak menjadi beban anggota masyarakat yang lain. Jika anak tunarungu dapat bekerja dan menerima nafkah dari pekerjaan itu, maka tercapailah efisiensi ekonomis. 56 Langkah pertama dalam bimbingan pekerjaan kepada anak tunarungu ialah analisa kepribadian, bakat dan minat mereka. Hal ini perlu untuk mengarahkan dan memilih langkah selanjutnya, karena penyuluh harus memilih dan melatih pekerjaan yang sesuai dengan anak. 54 Ibid., h.116. 55 Ibid. h.124. 56 Ibid. h.129. Langkah coba-coba, kecuali tidak efisien, mungkin juga merusak jiwa anak kalau ia dipaksa untuk melatih diri dan menyelesaikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan jiwanya. 57 57 Ibid. h.130.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Latar belakang

Panti Sosial Bina Rungu Wicara PSBRW “ Melati “ adalah salah satu panti yang ditetapkan sebagai unit pelaksanaan teknis milik Departemen Sosial yang dikhususkan untuk pelayanan Rehabilitasi dan Vokasi bagi penyandang cacat rungu wicara. Salah satu penyandang masalah kesejahteraaan social yang perlu mendapatkan pelayanan Rehabilitasi Sosial adalah penyandang cacat rungu wicara. Menurut ilmu kedokteran, penyandang cacat rungu wicara memiliki kelainan atau gangguan pada alat pendengaran yang mengakibatkan mereka tidak dapat berbicara, hal ini menyebabkan mereka tidak dapat melakukan komunikasi secara wajar. Pelaksanaan program Rehabilitasi Sosial di PSBRW “Melati” merupakan salah satu pelaksaan program pembangunan dibidang kesejahteraan social, yang diarahakan pada perlindungan, pemulihan dan kemandirian dalam mencapai taraf hidup kesejahteraan social yang layak, normative dan manusiawi guna mengembalikan dapat meningkatkan kemampuan penyandang masalah kesejahteraan sosial, agar mereka dapat memulihkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan dan kemandirian secara di tengah-tengah masyarakat. Pada dasarnya penyandang cacat rungu wicara masih mempunyai potensi, kemempuan dan kemauan yang dapat dikembangkan, dan untuk mengembangkan potensi tersebut diperlukan pemberdayaan kelayan melalui program rehabilitasi social dengan sosialisai proses komunikasi khusus pembelajaran bahasa isyarat. Penyandang cacat rungu wicara juga merupakan bagian dari anggota masyarakat, oleh sebab itu mereka juga mempunyai hakkesempatan yang sama di masyarakat, mereka tidak boleh di isolir atau dibeda-bedakan. Masyarakat juga hendaknya dapat menerima keberadaan mereka, oleh karena itu masyarakat juga perlu meningkatkan kepeduliannya serta ikut mendukung dan memfasilitasi