Pengawasan Internal Persediaan TINJAUAN PUSTAKA

Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. Persediaan barang dagang merchandise inventory adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi. Dari uraian diatas diketahui bahwa jenis persediaan yang dimiliki perusahaan dapat digolongkan menjadi 3 tiga yaitu; 1. Persediaan bahan baku raw material 2. Persediaan barang dalam proses work in proses 3. Persediaan barang jadi finish good Hal yang juga menentukan apakah suatu barang termasuk dalam kelompok persediaan adalah status kepemilikannya. Persediaan barang ada kalanya masih dalah perjalanan, yang disebut juga barang dalam perjalanan sehingga perlu diperhatikan persyaratan jual beli sebelum barang tersebut dikelompokkan sebagai persediaan. Ada dua syarat pernyerahan barang, yaitu Fob Free on Board Destination dan Fob Free on Board Shipping Point. Dalam Free on Board Destination, pemindahan hak milik terjadi bila barang telah diserahkan ditempat pembeli. Pada Free on Board Shipping Point, perpindahan hak milik terjadi saat penyerahan ditempat penjual.

C. Pengawasan Internal Persediaan

Pengawasan internal persediaan terdiri dari: 1. Lingkungan Pengawasan 2. Penilaian Resiko Persediaan 3. Informasi dan Komunikasi atas Persediaan 4. Aktivitas Pengawasan atas Persediaan Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. ad. 1. Lingkungan Pengawasan Lingkungan pengawasan merupakan fondasi dari semua unsur pengawasan internal. Lingkungan pengawasan merupakan efek kumpulan dari beragam faktor pada pembuatan, penguatan atau mengurangi efektifitas dari kebijakan dan prosedur khusus. Dengan kata lain, lingkungan pengawasan mengurut keseluruhan kegiatan dari organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengawasan dan karyawan. Dalam lingkungan pengawasan, faktor yang berpangaruh adalah nilai integritas dan etika, komitmen kepada kompetisi, filosofi manajemen dan gaya operasional, perhatian dan arahan yang diberikan oleh dewan direksi dan komitmennya, cara memberi otoritas dan tanggung jawab, serta kebijakan dan prosedur sumber daya manusia. Lingkungan pengawasan terhadap persediaan dapat dilihat, dari beberapa hal, yaitu integritas dan etika dalam penanganan persediaan yang tercermin dari pandangan dan sikap budaya perusahaan dalam mengani persediaan, sikap pimpinan perusahaan dalam pemberian keputusan terhadap persediaan, struktur organisasi dalam mempengaruhi pelaksanaan pengawasan persediaan dimana dilakukan pemisahan fungsi dan tugas yang menunjukkan pembagian kerja. Salah satu kelemahan dalam lingkungan pengawasan adalah faktor individu karyawan perusahaan tersebut, artinya yanag melaksanakan pengawasan persediaan adalah individu karyawan yang mengalami keterbatasan sebagai manusia. Jadi, masalah mutu dan mental karyawan sangat penting dalam lingkungan pengawasan persediaan, sehingga diperlukan etika dan integritas karyawan. Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. Dalam lingkungan pengawasan terhadap persediaan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu integritas dan etika dalam penanganan persediaan yang tercermin dari pandangan dan sikap budaya perusahaan dalam menangani persediaan, sikap pimpinan perusahaan dalam pemberian keputusan terhadap persediaan, struktur organisasi dalam mempengaruhi pelaksanaan pengawasan persediaan dimana dilakukan pemisahan fungsi dan tugas yanag menunjukkan pembagian kerja. Tanggung jawab dan wewenang yang diberikan karyawan haruslah seimbang dengan kemampuan karyawan tersebut. Hal ini akan mendukung kesehatan praktik dilapangan. ad. 2. Penilaian Resiko Persediaan Penilaian resiko adalah proses mengidentifikasi, menganalisa dan mengatur resiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan. Resiko tersebut biasanya berasal dari dalam dan luar perusahaan berupa tindakan yang terkait yang mungkin diperlukan. Kemudian resiko dapat timbul apabila elemen pemerosesan transaksi persediaan tidak dirancang dengan baik, tanggung jawab organisasi dilimpahkan dengan tidak tepat karena manajemen perusahaan menerima informasi yang tidak akurat atau data tidak lengkap. Perkembangan dan penggunaan teknologi komputer juga dapat melakukan penilaian resiko persediaan dalam mempengaruhi tujuan perusahaan. Perkembangan teknologi akan membawa pada penganalisaan, pengidentifikasian dan mengatur resiko perusahaan kepada yang lebih baik. ad. 3. Informasi dan Komunikasi atas Persediaan Informasi dan komunikasi atas persediaan merupakan kegiatan dari sistem akuntansi organisasi perusahaan. Ini berarti kegiatan akuntansi merupakan sumber dari informasi dan menghasilkan komunikasi atas persediaan. Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. yang dibuat untuk mengenal, menyusun, menganalisa, menggolongkan, mencatat dan melaporkan transaksi organisasi dan untuk mempertahankan akuntabilitas yang berhubungan dengan harta kewajiban dan modal. Suatu informasi dirancang dan dipasang bukan hanya untuk menghasilkan saldo buku besar dimana pernyataan keuangan disiapkan, tetapi juga untuk menghasilkan pengendalian manajemen dan informasi operasional. Jadi, sistem informasi dan komunikasi sangatlah berdekatan dalam sebuah perusahaan sehingga menghasilkan suatu informasi dan komunikasi yang baik dalam perusahaan. Informasi dan komunikasi atas persediaan dimulai dari dokumentasi. Prosedur akuntansi harus diutamakan pada manual prosedur akuntansi hingga kebijakan dan instruksi bisa secara tegas diketahui dan diterapkan secara seragam hingga tidak dirancang dengan baik, dimulai dengan perancangan formulir yang rinci dan ditegaskan kedalam buku besar sehingga menghasilkan laporan yang dapat dijadikan informasi. Informasi yang dihasilkan dapat menjadi sumber pengambilan keputusan bagi pihak manajemen perusahaan untuk dikomunikasi kepada lingkungan pengawasan internal persediaan. Informasi dan komunikasi atas persediaan dibagi atas dua bagian menurut jenis perusahaan, yaitu jenis perusahaan dagang dan manufaktur. Persediaan menurut perusahaan dagang hanya berupa persediaan barang jadi tanpa dilakukan pengubahan lebih lanjut secara fisik persediaan tersebut, akan tetapi untuk dijual kembali. Sedangkan menurut perusahaan manufaktur, persediaan terdiri atas bahan baku, barang dalam proses, barang jadi dan bahan penolong. Dalam akuntansi persediaan, terdapat dua macam metode pencatatan persediaan yaitu: a. Metode mutasi persediaan perpetual method Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. b. Metode fisik periodik physical method Untuk menghitung nilai persedaiaan terlebih dahulu harus dihitung jumlah kuantitas fisik maupun penentuan harga dari tiap jenis persediaan. Perhitungan kuantitas sama pentingnya dengan penentuan nilai-nilai satuan. Untuk mengetahui jumlah kuantitas persediaan pada sebuah perusahaan, dapat dilihat dari pencatatan persediaan yang digunakn oleh perusahaan yang bersangkutan. Menurut Zaki Baridwan 2000 : 67 membagi sistem pencatatan persediaan menjadi dua, Yaitu sistem fisik periodical dan sistem buku perpetual: 1. Sistem fisik adalah sistem pencatatan persediaan yang tidak mengikuti mutasi persediaan sehingga untuk mengetahui jumlah persediaan pada suatu saat tertentu harus diadakan perhitungan fisik atas persediaan barang stock opname. 2. Sistem buku adalah sistem pancatatan persediaan yang mengikuti mutasi persediaan, baik kuantitasnya maupun harga pokoknya, oleh karena itu jumlah persediaan barang setiap saat dapat diketahui dari rekening persediaan. Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan, pada metode fisik periodik, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui besar harga pokok persediaan yang dipakai atau dijual, maka harus dilakukan dengan penghitungan fisik terhadap sisa persediaan yang masih terdapat digudang pada akhir periode akuntansi. Mengenai sistem pencatatan persediaan ini, Bambang Subroto dan Bambang Hartadi 1999 : 90 menerangkang tentang ayat jurnal yang digunakan dalam sistem periodikal, yakni: 1. Pembelian barang Pembelian……………………………… xxx Utang kas…………………………………………….. xxx Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. 2. Pengembalian pembelian barang Utang kas…………………………….. xxx Pengembalian barang dan potongan pembelian………. xxx 3. Penjualan barang Piutang kas………………………….... xxx Penjualan………………………………………………. xxx 4. Pengembalian penjualan barang Penjualan………………………………. xxx Piutang kas…………………………………………… xxx Bambang Subroto dan Bambang Hartadi 1999 : 90 juga menerangkan tentang ayat jurnal yang digunakan dalam sistem perpetual, yakni: 1. Pembelian barang Persediaan barang……………………..... xxx Utang kas……………………………………………... xxx 2. Pengembalian pembelian barang Utang kas………………………………. xxx Persediaan barang…………………………………….... xxx 3. Penjualan barang Piutang kas………………………………. xxx Penjualan……………………………………………….. xxx Harga pokok penjualan…………………… xxx Persediaan barang………………………………………. xxx 4. Pengembalian penjualan barang Persediaan barang………………………… xxx Piutang kas……………………………………………. xxx Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut: a. 1 Juli 2004 dibeli barang secara kredit Rp.20.000 b. 4 Juli 2004 dijual barang Rp.15.000 HPP Rp.10.000 secara tunai c. 5 Juli 2004 barang yang dibeli tanggal 1 Juli dikembalikan karena rusak Rp.2000 d. 7 Juli 2004 dijual barang secara kredit Rp.5000 HPP Rp.4000 e. 9 Juli 2004 barang yang dijual tanggal 4 Juli diterima lagi karena rusak Rp.1000 Maka jurnal pencatatannya adalah sebagai berikut: Tgl Transaksi Sistem Perodik Sistem Perpetual 17 Pembelian pembelian Rp20.000 persediaan barang Rp20.000 utang Rp20.000 Utang Rp20.000 47 Penjualan kas Rp15.000 kas Rp15.000 penjualan Rp15.000 penjualan Rp15.000 hpp Rp10.000 persediaan barang Rp10.000 57 pengembalian pembelian utang Rp2.000 utang Rp2.000 retur pembelian Rp2.000 persediaan barang Rp2.000 77 Penjualan piutang Rp5.000 Piutang Rp5.000 penjualan Rp5.000 penjualan Rp5.000 97 pengambalian penjualan retur penjualan Rp1.000 persediaan barang Rp1.000 piutang Rp1.000 Piutang Rp1.000 Terdapat empat metode penilaian terhadap persediaan, yaitu: a. Metode FIFO b. Metode LIFO c. Metode Rata-Rata d. Metode Identifikasi Fisik Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. Keempat metode diatas merupakan metode penilaian terhadap persediaan, namun yang sering digunakan adalah metode FIFO dan LIFO. Dalam sistem akuntansi persediaan, pencatatan dilakukan pada dua fungsi utama dalam struktur organisasi perusahaan, yaitu fungsi gudang dan fungsi akuntansi Fungsi gudang menyelenggarakan pembuatan kartu gudang untuk mencatat kuantitas persediaan dan mutasi jenis barang yang disimpan digudang. Biasanya kartu gudang tidak berisi tentang data harga pokok tiap jenis persediaan barang, namun hanya berisi informasi kuantitas tiap jenis persediaan. Kartu gudang di simpan di kantor gudang untuk mencatat mutasi kuantitas fisik barang digudang. Disamping kartu gudang, bagian gudang juga menyelenggarakan kartu gudang yang ditempelkan pada tempat penyimpanan barang. Kartu ini berfungsi sebagai identitas barang yang disimpan, untuk memudahkan pencarian barang dan sekaligus untuk mencatat mutasi kuantitas barang. Fungsi akuntansi menyelenggarakan kartu persediaan yang digunakan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok barang yang menjadi persediaan perusahaan yang disimpan di gudang. Kartu persediaan ini berfungsi sebagai alat pengawasan terhadap catatan akuntansi kuantitas barang yang diselenggarakan oleh bagian gudang. Disamping itu, kartu persediaan ini merupakan rincian rekening kartu persediaan yang bersangkutan dalam buku besar. ad. 4. Aktivitas Pengawasan atas Persediaan Aktivitas pengawasan meliputi kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa kebijakan manajemen telah dilaksanakan. Kebijakan dam prosedur diitujukan untuk mengawasi dan mendalikan resiko yang mungkin terjadi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. a. Rencana organisasi meliputi pemisahan kewajiban untuk mengurangi kesempatan untuk mengizinkan seseorang berada dalam suatu posisi baik untuk melakukan atau menutupi kesalahan atau hal tidak biasa dalam tindakan normal kewajibannya. b. Prosedur meliputi rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai untuk membantu menjamin transaksi dan kejadian yang tepat. c. Akses kepada harta hanya diizinkan bila sesuai dengan otorisasi manajemen. d. Pemeriksaan dan ulasan independen dibuat atas akuntabilitas harta dan prestasi. e. Pengawasan pemrosesan informasi diterapkan tunruk memeriksan otorisasi yang tepat, akurat dan kelengkapan dari transaksi individual. Aktivitas pengawasan persediaan dapat dijabarkan dalam empat unsur yang meliputi: a. Pengawasan Pemrosesan Informasi b. Pemisahan Tugas yang Memadai c. Pengawasan Fisik atas Persediaan dan Catatan d. Telaah Kinerja ad. a. Pengawasan Pemrosesan Informasi Setiap transaksi persediaan harus diotorisasi dengan tepat dan jelas. Jika setiap transaksi persediaan dapat dilakukan dengan tidak mengikuti peraturan dan informasi yang diberikan, tanpa adanya otorisasi yang jelas dan tepat, maka akan terjadi kekacauan pencatatan akan prosedur transaksi. Otorosasi dapat berlaku secara umum dan secara khusus. Otorisasi secara umum berarti manajemen kebijakan bagi seluruh bagian organisasi untuk ditaati. Otorisasi secara Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. khusus dilakukan terhadap transaksi individual. Otorisasi umum biasanya tercermin dalam dokumen transaksi yang bersifat umum. Persetujuan merupakan kebijakan dalam pengawasan pemrosesan informasi setelah otorisasi diberikan. Persetujuan dilakukan setelah otorisasi diberikan dan digunakan untuk mendeteksi transaksi dan aktivitas yang tidak sah. Persetujuan diperlukan untuk menjamin bahwa karyawan beroperasi didalam bidang otorisasai mereka. Dalam melakukan pengawasan pemrosesan informasi terhadap persediaan, maka perlu diketahui sistem dan prosedur dan akuntansi persediaan. Menurut Mulyadi 2001 : 559 dikatakan bahwa sistem dan prosedur akuntansi persediaan yaitu: 1. Prosedur pencatatan produk jadi yang dijual 2. Prosedur pencatatan harga pokok barang jadi yang dijual 3. Prosedur pencatatan harga pokok barang jadi yang diterima kembali dari pembeli 4. Prosedur pencatatan tamabahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam proses 5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan pemasok 6. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang 7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang 8. Prosedur dan pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang 9. Sistem penghitungan fisik persediaan Semua prosedur dan sistem dia atas dimulai dengan catatan dokumen yang menggambarkan aktivitas sistem akuntansi persediaan. Catatan dan dokumen merupakan objek fisik, dimana dimulainya suatu transaksi kegiatan sistem persediaan yang dimasukkan dan diikhtisarkan serta merupakan sumber awal dalam suatu informasi dan dikomunikasikan sebagai pengawasan persediaan. Ini semua mencakup bukti transaksi dan catatan berupa laporan-laporan mulai dari pengadaan persediaan, baik itu pembelian hingga dijual kembali. Dokumen sebagai bukti transaksi harus memadai untuk memberikan keyakinan yang memadai pula bahwa seluruh transaksi diotorisasi dengan tepat dan jelas, yang kemudian Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. akan dicatat. Dokumen dan catatan sebaiknya disiapkan pada saat terjadinya transaksi atau segera sesudahnya agar lebih dipercaya dan menghindari kekeliruan, cukup sederhana dan jelas untuk dimengerti, multiguna dan dirancang dalam bentuk yang mendorong penyajian yang benar. Misalnya, dokumen harus berisi petunjuk arah yang tepat, ruang kosong untuk diotorisasi dan persetujuan serta ruang khusus yang dirancang untuk data numeris. Agar dokumen dapat berfungsi multiguna, maka harus dirancang agar setiap penyiapan satu dokumen asli akan langsung menghasilkan sejumlah salinan yang dibutuhkan. Digunakannya dua lembar atau lebih dokumen asli akan menciptakan penyelewengan. Setiap bukti transaksi harus didukung satu atau lebih dokumen pendukung. Misalnya bukti pembelian persediaan harus diikuti dengan bukti faktur pembelian dan didukung dengan dokumen surat pemesanan, surat order pembelian, bukti permintaan pembelian dan surat pendukung lainnya. Kegiatan lain dari pengawasan pemrosesan informasi yang harus dilakukan adalah pengecekan independen yang dapat dilakukan setiap hari atau secara periodikal terhadap catatan-catatan yang dipegang oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Pengecekan independen meliputi verifikasi atau pembuktian pekerjaan yagn telah dilakukan oleh bagian tersebut dan pengecekan kesesuaian dokumen-dokumen. Pengecekan harus dilakukan setiap pihak yang terlibat dalam suatu transaksi atau kejadian yang terjadi dalam pengelolaan persediaan. Bentuk pengecekan terhadap persediaan yang umumnya dilakukan adalah pemeriksaan secara fisik terhadap persediaan itu sendiri lalu dibandingkan dengan kartu gudang dan kartu persediaan yang tersimpan dalam masing-masing bagian. Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. ad. b. Pemisahan Tugas yang Memadai Pemisahan tugas dilakukan dengan alasan untuk memberikan pengecekan silang atas pekerjaan pihak lain. Selain itu untuk menghindari karyawan melakukan tugas yang saling bertentangan. Pemisahan tugas juga merupakan kegiatan yang mendukung pengawasan internal. Pemisahan tugas yang memadai untuk pengawasan persediaan dapat dilihat dari pencatatan yang dilakukan oleh bagian gudang maupun bagian akuntansi. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penyelewengan ataupun penggelapan terhadap persediaan. Fenomena yang terjadi dilapangan sering terjadi pelanggaran terhadap standar operasional perusahaan, seperti pemesanan suku cadang oleh petugas gudang langsung kepemasok barang tanpa adanya persetujuan atasan terlebih dahulu dan tidak adanya tindakan stock opname per akhir bulannya yang mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan wewenang sehingga terjadinya manipulasi oleh petugas gudang, sehingga menjadi kecurangan yang merugikan perusahaan. Berdasarkan pernyataan diatas diharapkan adanya perubahan kearah yang lebih baik sehingga data dan kenyataan yang ada lebih akurat. Persediaan merupakan salah saru unsur aktiva dimana perusahaan menginvestasikan dana yang cukup besar untuk pengadaannya. Dalam kegiatan operasional perusahaan, persediaan mengalami peningkatan dan penurunan jumlah disetiap waktunya, oleh sebab itu diperlukan suatu pengendalian internal agar dapat mengawasi jumlah persediaan baik yang masuk maupun yang keluar dari gudang, sehingga akan mengurangi dan mengindari terjadinya penyelewengan terhadap persediaan tersebut. Selain itu dengan adanya Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. pengendalian internal terhadap persediaan, maka informasi yang disajikan akan efisien dan efektif bagi perusahaan. ad. c. Pengawasan Fisik atas Persediaan dan Catatan Bentuk pengawasan fisik maksudnya adalah tidak hanya terletak pada pengawasan terhadap fisik persediaan saja, tetapi juga terhadap dokumen-dokumen yang mendukungnya. Bentuk pengawasan terhadap persediaan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan secara langsung, dengan menghitung kuantitas serta jenis persediaan yang da digudang. Kemudian disesuaikan dengan catatan-catatan atau dokumen-deokumen pendukung persediaan tersebut, baik penerimaan maupun penjalan, melalui kartu gudang, kartu persediaan, kartu order permintaan pembelian maupun order penjualan. Mulyadi 2001 : 581 berpendapat bahwa “Pengawasan akan penghitungan fisik persediaan digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu: 1 Organisasi yang melaksanakan penghitungan fisik, 2 Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, dan 3 Praktik yang sehat”. ad. d. Telaah Kinerja Telaah kerja meliputi telaah dan analisa oleh manajemen perusahaan terhadap laporan- laporan yang memuat perincian terhadap item-item neraca, laporan laba rugi, atau laporan yang menyangkut pelaporan persediaan. Seorang manajer ditunjuk untuk menelaah laporan yang mengikhtisarkan secara rinci saldo-saldo perkiraan persediaan. Selanjutnya dari laporan-laporan yang dirinci berdasarkan jenis persediaan, manajer penerima laporan harus mengadakan analisis untuk menaksir pemanfaatan persediaan tersebut, apakah telah digunakan sesuai dengan kapasitas yang ada dan bagaimana tindakan selanjutnya. Apabila kuantitas persediaan yang ada terlalu besar, maka akan menunjukkan tidak afektifnya persediaan tersebut. Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010. Pada akhirnya, telaah kinerja merupakan penilaian kinerja pada tiap-tiap bagian, yang menilai apakah tiap bagian telah bekerja secara optimal sehingga tujuan dari perusahaan tersebut tercapai. Andrew Budi Isnaini : Pengawasan Internal Persediaan Suku Cadang Pada Auto 2000 Sm Raja PT. Astra Internasional Medan, 2010.