xi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam adalah agama yang bersifat universal yang memuat berbagai persoalan kehidupan manusia, baik diungkapkan secara global maupun secara
rinci. Adapun substantif dari ajaran Islam yang diturunkan Allah S.W.T. kepada Rasulullah S.A.W., terbagi kepada tiga pilihan, yakni aqidah, syariah
dan akhlak. Selain itu, ajaran Islam juga mengatur perilaku manusia, baik dalam
kaitannya sebagai mahluk dengan Tuhannya maupun kaitannya sebagai sesama mahluk, maka sebagai konsekuensi logis dari hal ini adalah bahwa
fiqih pun terbagi menjadi dua, yakni fiqih ibadah dan fiqih mu’amalah. Jadi fiqih ibadah adalah tafsiran ulama atas perintah dan larangan dalam bidang
ibadah, sedangkan fiqih mu’amalah adalah tafsiran ulama atas perintah dan larangan dalam bidang mu’amalah. Ibadah adalah syariah yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, sedangkan mu’amalah adalah syariah yang mengatur hubungan antara antar sesama manusia.
1
1
Adiwarman Karim,Bank Islam : Analis Fiqih dan Keuangan, Jakarta , PT Raja Grafindo Persada, 2004, Ed. 2, Cet. 2, h.10
xii Islam merupakan agama yang amat mengedepankan kemaslahatan.
Sebagai al – din way of life yang datang dari Allah, Pencipta manusia, tentunya syariah Islam yang diturunkan-Nya memperhatikan keperluan dan
maslahat kehidupan manusia dan seluruh mahluknya. Dalam merealisasikan pelaksanaan syariah Islam ini, para ulama dan cendekiawan muslim
memainkan peranan yang amat penting agar ajaran Islam itu benar- benar dapat dilaksanakan sebagaimana yang dikehendaki oleh pencipta syariah
tersebut. Sebab semua tindakan manusia dalam tujuannya mencapai kehidupan yang baik didunia ini, harus tunduk kepada Allah dan Rasulnya.
2
Dewasa ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai Islam terbagi faktor penghambat
pembangunan an obstacle to economic growth. Pandangan ini berasal dari para pemikir Barat. Meskipun demikian, tidak sedikit intelektual muslim yang
juga meyakininya. Kesimpulan yang agak tergesa-gesa ini hampir dapat dipastikan
timbul karena kesalahan ritual, bukan sebagai suatu sistem yang komprehensif dan mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk masalah pembangunan
ekonomi serta industri perbankan sebagai salah satu mayor penggerak roda perekonomian.
Manusia adalah khalifah dimuka bumi. Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah kepada sang khalifah
agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama.
2
Drs. H.M.Hasbi Umar, MA, Ph.D, Nalar Fiqih Kontemporer, Gaung Persada Press Jakarta,Cet.I,2007,H.1
xiii Oleh karena itu, syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa
oleh rasul terakhir, mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau komprehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini
diperlukan sebab tidak akan ada syariah lain yang datang untuk menyempurnakannya.
Komprehensif berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual ibadah maupun sosial mu’amalah. Ibadah diperlukan
untuk menjaga ketaatan dan keharmonisan hubungan manusia dengan khaliq- Nya. Ibadah juga merupakan sarana untuk mengingatkan secara kontinu tugas
manusia sebagai khalifah-NYA dimuka bumi ini. Adapun muamalah diturunkan untuk menjadi rules of the game atau aturan main manusia dalam
kehidupan sosial. Universal bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat sampai masa yang akan datang. Universal ini tampak jelas terutama pada bidang mu’amalah. Selain mempunyai cakupan luas dan
fleksibel, mu’amalah tidak membeda-bedakan antara muslim dan non muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh
Sayyidina Ali : “Dalam bidang mu’amalah, kewajiban mereka adalah kewajiban kita
dan mereka adalah hak kita”.
3
Analisa yang dikemukakan oleh banyak pihak, terutama para pengamat ekonomi mengungkapkan bahwa krisis ekonomi yang mendera
3
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah : Dari teori ke praktekJakarta:Gema Insani Press,2001,Cet.I,H.3-4
xiv perekonomian nasional adalah akibat kegagalan sektor usaha besar yang
selama ini banyak mendapat proteksi dari pemerintah. Perusahaan – perusahaan besar, tidak cukup untuk kuat fondasinya untuk bertahan dari
terpaan badai krisis yang terjadi. Mereka mengalami kebangkrutan karena memang selama ini mereka menggantungkan sumber pendanaan pada faktor
eksternal.
4
Dengan semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula permintaan kebutuhan pendanaan untuk membiayai
proyek-proyek pembangunan. Namun, dana pemerintah yang bersumber dari APBN sangat terbatas untuk menutup kebutuhan dana diatas, karenanya
pemerintah menggandeng dan mendorong pihak swasta untuk ikut serta berperan dalam membiayai pembangunan potensi ekonomi bangsa.
Indonesia, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragam Isalm, telah lama mendampakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang
sesuai tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga tuntutan moralitasnya.
5
Dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan serta dikeluarkannya fatwa bunga bank haram
dari Majelis Ulama Indonesia MUI Tahun 2003 menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Baik dengan melakukan konversi system
perbankan dari konsep konvesonal menjadi syariah, ataupun pembukuan
4
Muhammad, Bank Syariah : Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005, Ed. I, h. 109
5
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, EKONISIA : Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004 , Cet.I.,h.195
xv cabang syariah oleh bank-bank konvensional maupun pendirian BPRS. Hal ini
dilakukan karena bank syariah terbukti memiliki berbagai keunggulan dalam mengatasi dampak krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu, serta mempunyai
potensi pasar yang cukup besar, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim dan masih banyaknya kalangan umat Islam yang enggan
berhubungan dengan perbankan yang menggunakan sistem ribawi. Visi perbankan Islam umumnya adalah menjadi wadah terpercaya
bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan sistem bagi hasil secara adil sesuai prinsip syariah. Memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak
dan memberikan maslahat bagi masyarakat luas adalah misi utama perbankan Islam.
6
Dalam ilmu ekonomi konvensional, motif aktivitas ekonomi mengarah kepada pemenuhan keinginan wants individu manusia yang tak
terbatas dengan menggunakan faktor – faktor produksi yang terbatas. Akibatnya, masalah utama ekonomi konvensional adalah kelangkaan
scarcity dan pilihan choices. Dalam Islam, motif aktivitas ekonomi lebih diarahkan pada
pemenuhan kebutuhan dasar needs yang tentu ada batasnya, meskipun bersifat dinamis sesuai tingkat ekonomi masyarakat pada saat itu. Selain itu,
kepuasaan dalam Islam tidak hanya terbatas pada benda – benda konkret materi, tetapi juga tergantung pada sesuatu yang bersifar abstrak, seperti
amal saleh yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, perilaku ekonomi dalam
6
Wirdaningsih, SH.MH,et al,Bank dan Asuransi di IndonesiaJakarta:Kencana,2005 Ed.I,Cet. 2,H.15
xvi Islam tidak didominasi oleh nilai alami yang dimiliki oleh setiap individu
manusia, tetapi ada nilai diluar diri manusia yang kemudian membentuk perilaku ekonomi mereka, yaitu Islam itu sendiri yang diyakini sebagai
tuntunan utama dalam hidup dan kehidupan manusia.
7
Para pelopor pemikiran ekonomi Islam mengembangkan berbagai aturan untuk menjalankan perbankan dan keuangan menurut prinsip syariah.
Salah satu keistimewaan hukum Islam adalah bahwa ia menjadi manifestasi kehendak Tuhan yang pada waktu tertentu dalam sejarah, disampaikan kepada
umat manusia melalui Nabi Muhammad S.A.W., karena itu hukum Islam tidak bersandar pada otoritas pembuat hukum dunia manapun.
8
Definisi akad ijarah adalah pemanfaatan sesuatu yang dikehendaki dan diketahui, dengan memungut imbalan uang sewa yang ditentukan, dan
penyewa boleh menggantikan pemanfaatan tersebut kepada orang lain. Ada beberapa ketentuan dalam ijaroh, pemanfaatan yang berupa
pengambilanperusahaan bendanya adalah tidak termasuk ijarah yang sah, seperti menyewa kebun untuk diambil buahnya, menyewa kambing untuk
diambil air susunya, dan lain sebagainya yang sepadan, juga menyewa kambing untuk diambil bulu dan anaknya, semua itu termasuk ijarah yang
batal tidak sah. Disamping itu, karena ijarah itu merupakan suatu akad, maka segala
hal yang disyaratkan yang menyangkut upahuang sewa harus dipenuhi,
7
Ascarya , Akad dan Produk Bank Syariah ,Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007, Ed. I, h. 6
8
Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah, PT. Serambi Ilmu Semesta,2007, Cet. I, h. 33
xvii apakah ditentukan dengan pembayaran kontan ditentukan dengan
pembayaran bertempo. Sebab orang-orang mukmin itu harus menepati syarat- syarat yang mereka tentukan sendiri.
9
Ijarah didefinisikan sebagai hak memanfaatkan asset dengan membayar imbalan tertentu. Hak kepemilikan tidak berubah, hanya hak guna
saja yang berpindah dari yang menyewakan kepada penyewa.
10
Para ulama fiqih sepakat bahwa akad ijarah merupakan akad yang bersifat mengingat lazim karena ijarah merupakan akad tukar menukar
mu’awadlah antara harta dengan manfaat. Sifat mengikat luzumtersebut menurut para ulama fiqih merupakan prinsip dasar dari akad tukar menukar.
Mereka mendasarkan pendapat tersebut pada firman Allah S.W.T: “ Hai orang-orang yang beriman penuhilah atau laksanakan akad-akad kalian “.
Ayat ini menunjukkan wajibnya memenuhi akad, karenanya apabila salah satu pihak membatalkan akad maka berarti tidak terlaksananya akad tersebut.
Walaupun demikian para ulama berpendapat bahwa ijarah bisa dibatalkan secara umum karena adanya cacat atau halangan-halangan al-’a’dzar.
11
Dalam transaksi ijarah, bank menyewakan suatu asset yang sebelumnya telah dibeli oleh bank kepada nasabahnya untuk jangka waktu
tertentu dengan jumlah sewa yang telah disetujui di muka. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah lease contract
dimana suatu bank lembaga keuangan menyewakan peralatan equipment
9
Wiroso,SE,MBA,Jual Beli MurabahahYogyakarta:UII Press,2005,H.1
10
Al-imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini,Kifayatul AkhyatPT Bina Ilmu Surabaya,terjemahan II,H.183-189
11
IrH.Adiwarman A. Karim,SE,M.BA,M,A.E.P,Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer Jakarta: Gema Insani Press,2001,Cet.I,H.100
xviii kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah
pasti ditentukan secara pasti sebelumnya fixed charge. Transaksi ijarah ditandai adanya pemindahan manfaat. Jadi dasarnya
prinsip ijaroh sama saja dengan prinsip jual beli. Namun perbedaan terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang,
maka pada ijaroh objek transaksinya adalah jasa.
12
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka topik ini jadi menarik dibahas, alasan inilah yang mendorong penulis untuk mengajukan penulisan
skipsi dengan judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN IJARAH PADA PT. AL-IJARAH
INDONESIA FINANCE.
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH