xxxix
G. BERAKHIRNYA AKAD IJARAH :
Pada prinsipnya ijarah merupakan akad yang mengikat lazim kedua belah pihak yang melakukannya. Artinya ketika akad terjadi, masing-masing
pihak harus menunaikan kewajiban dan menerima hak masing-masing serta tidak boleh membatalkannyafasakh kecuali ada hal-hal yang menurut
ketentuan hukum syara’ dapat dijadikan alasan pembatalan. Adapun hal-hal yang bisa menyebabkan batalnya akad ijaroh yaitu:
1. Salah satu pihak meninggal dunia. Ini merupakan pendapat ulama mazhab
hanafi. Bagi mazhab ini, waris hanya berlaku pada sesuatu yang ada wujud fisiknya dan menjadi hak milik. Sementara, manfaat yang
diperoleh dari ijaroh adalah sesuatu yang terjadi secara bertahap dan ketika meninggalnya salah satu pihak manfaat tersebut tidak ada ma’dum dan
tidak sedang dimilikinya. Maka sesuatu yang dimuliki mustahil bisa diwariskan. Oleh karena itu, akad ijaroh harus diperbaharui dengan ahli
waris, sehingga akad berlangsung dengan pemilikannya yang baru. Sedangkan menurut jumhur ulama, akad ijaroh tidak batal dengan
wafatnya salah seorang yang berakad, karena menurut jumhur ulama manfaat itu boleh diwariskan dan ijaroh sama dengan jual beli, yaitu
mengikat kedua belah pihak. 2.
Terjadinya kerusakan pada barang sewaan seperti rumah terbakar atau mobil hilang.
3. Menurut ulama hanafiyyah, apabila ada udzur dari salah satu pihak seperti
rumahnya disewakan disita negara karena terkait utang yang banyak, maka
xl akad ijaroh batal. Udzur-udzur yang dapat membatalkan akad ijaroh itu
menurut ulama hanafiyyah adalah, salah satu pihak mengalami kepailitan, dan berpindah tempatnya penyewa, misalnya seorang digaji untuk
menggali sumur disuatu desa, sebelum sumur itu selesai penduduk desa itu pindah kedesa lain. Akan tetapi menurut jumhur ulama, udzur yang dapat
membatalkan akda ijatoh hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan
dilanda banjir. 4.
Berakhir dengan ’ikolah, yaitu pembatalan akad atas dasar kesepakatan antara kedua belah pihak. Hal ini karena ijaroh merupakan akad pertukaran
mu’awadloh harta dengan harta. Oleh karena itu diperbolehkan adanya ikolah sebagai mana dalam jual beli.
28
5. Habisnya tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah, apabila yang
disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya dan apabila yang disewa itu jasa seseorang, maka ia berhak menerima
upah.
29
Jika ijarah telah berakhir, penyewa berkewajiban mengembalikan barang sewaan. Jika barang itu berbentuk barang bergerak, ia wajib
menyerahkannya kepada pemiliknya. Dan jika berbentuk barang tidak
28
Nazih Hammad, Mu’jam al-mustahahat al-iqtishodiyyah fi al-Lughot al-Fuqoha al-ma’had’Ali lil al-fikri
al-islamy,1995 Cet ke 3, h.354
29
Abdul Aziz Dahlan editor , ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996,
Cet. Ke I, Jilid 2, h.660
xli bergerak, ia berkewajiban menyerahkan kepada pemiliknya dalam keadaan
kosong tidak ada harta si penyewa.
30
H. PEMBAYARAN UPAH DAN SEWA