Wanita sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan yang berasal dari sikap budaya masyarakat yang keberatan, mengingat bahwa laki-laki
berfungsi sebagai pelindung bagi perempuan. Selain itu, banyak anggapan yang mengatakan bahwa jika perempuan menjadi seorang pemimpin, maka akan
mendapatkan banyak tantangan, baik itu dari faktor fisiknya maupun
psikologisnya. Perempuan dibebani tugas kontrak untuk mengandung, melahirkan dan menyusui, sehingga hal tersebut dapat mengurangi keleluasan perempuan
untuk aktif terus dalam berbagai bidang. Di samping itu, banyak pula yang mengatakan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan mudah menyerah.
Selain itu, ketika penulis sedang melakukan tugas dari Lemabaga Survey Indonesi di daerah Tasikmalaya untuk menjadi surveyor terkait tentang pemilihan
umum, penulis juga mendapatkan pemahaman responden yang serupa dengan pemaparan di atas bahwasannya dalam dunia kepemimpinan, perempuan tidak
diperbolehkan untuk ikut terjun ke dalamnya. Perempuan lebih pantas untuk bekerja di dalam rumah, mendidik seorang anak dan melayani suami. Maka tidak
aneh bila kebanyakan orang tua di kampung tersebut menikahkan anak perempuannya dalam usia dini. Hal ini dikarenakan agama melarangnya untuk
menjadi pemimpin. Dari kasus tersebut, penulis tertarik untuk meneliti apakah pandangan
mereka tersebut itu benar-benar dari pemahamannya tentang dalil agama yang melarangnya yang dalam hal ini acuannya ialah hadis Nabi saw :
12
“Dari Abu Bakrah ia berkata, Allah telah memeliharaku dengan sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah saw. saat Kisra hancur, beliau bertanya: Siapa
yang mereka angkat sebagai raja? para sahabat menjawab, Puterinya. Beliau lalu bersabda: Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan perkaranya
kepada seorang wanita.
Hadis di atas seringkali dipahami bahwa kepemimpinan hanya untuk kaum laki-laki dan menegaskan bahwa perempuan harus mengakui kepemimpinan dari
laki-laki.
13
Meski banyak pendapat yang mengatakan hadis larangan kepempimpinan perempuan itu dinilai sahih, ternyata masih dapat didiskusikan. Ada kelompok
yang menggunakan hadis tersebut sebagai argumen untuk menggusur kaum perempuan dari dunia kepemimpinan. Ada pula kelompok yang menolak terhadap
pemakaian hadis tersebut dengan alasan bahwa perempuan berhak terjun ke dunia kepemimpinan.
Berdasarkan pemaparan penelitian di atas, penulis merasa berkepentingan untuk mengkaji pemahaman masyarakat Babakan terhadap kepemimpinan
perempuan dengan menganalisis hadis Nabi saw. yang di anggap sebagai rujukannya. Oleh karena itu, penulis
mengangkat judul “Kepemimpinan
12
Sunan an-Nasai bi Syarh al-Hafidz Jalal al-Din al-Suyuthi Beirut: Daar al-Fikr, 2005, Juz. 7-8, h. 241.
13
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur an : Tafsir Maudhu i Atas Berbagai Persoalan Umat Bandung: Mizan, 1996, Cet. 13, h. 313.
Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya ; Analisis Terhadap Hadis
Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini berangkat dari realitas bahwa doktrin agama sering dijadikan legitimasi untuk mengkooptasi hak dan peran
perempuan, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan perempuan. Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi pembahasannya tentang
kepemimpin perempuan dengan merujuk kepada pandangan masyarakat Babakan Tasikmalaya.
Perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : -
Bagaimana pengetahuan masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis Lan Yufliḥ a Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan serta kaitannya dengan
kepemimpinan perempuan ??
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kualitas hadis Lan Yufliḥ a Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan yang kerap kali digunakan sebagai senjata untuk
melarang perempuan untuk berkreasi di dunia kepemimpinan. 2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan pemahaman masyarakat
Babakan Tasikmalaya terhadap hadis tersebut. 3. Untuk menambah khazanah keilmuan penulis dalam memahami
sebuah hadis, terutama hadis tentang kepemimpinan perempuan.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut: -
Dari Segi Akademis: Untuk memperkaya dinamika wacana kepemimpinan perempuan dalam kesetaraan jender.
- Dari Segi Teoretis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi sebagai acuan pengembangan wawasan keilmuan yang berkaitan dengan kepemimpinan perempuan.
- Sebagai ajang latihan untuk melatih daya nalar dan mengasah
intelektualitas penulis, disamping sebagai bukti dan implimentasi dari ilmu yang diterima di bangku kuliah, sekaligus untuk memenuhi persyaratan
dalam memperoleh gelar sarjana strata satu S1 pada Program Studi Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian
lapangan Field Research dan kepustakaan Library Research. Penelitian lapangan Field Research yaitu penelitian dengan terjun secara langsung
ke lokasi yang menjadi objek penelitian, dimana dalam memperoleh data- data penulis melakukan wawancara secara langsung guna memperoleh
data yang otentik.
Sedangkan penelitian kepustakaan Library Research yaitu penelitian dengan cara mencari bahan pengetahuan dari buku, kitab, atau bahan
bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam sumber data, yaitu :
a. Sumber Data Primer. Dalam sumber ini, penulis mengacu kepada dua sumber, yaitu pengumpulan data yang didapat ketika penelitian
di lapangan, seperti data yang didapat dari responden yang diwawancarai, data dari kantor Kelurahan, data dari ketua Rumah
Warga RW dan ketua Rumah Tangga RT, serta data dari pihak yang bersangkutan. Kemudian pengumpulan data yang diperoleh
dari referensi buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang telah dipaparkan di atas, yakni Kitāb al-Mu’jam al-Mufahras li
Alfāẓ al-Ḥ adīṡ al-Nabawī dan Setara Di Hadapan Tuhan. b. Sumber Data Sekunder, yaitu pengumpulan data yang diperoleh
dari buku-buku, skripsi, artikel, majalah, dan yang lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang sedang penulis teliti.
3. Teknik Pengumpulan Data Tehnik Pengumpulan Data adalah prosedur yang sistematik dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
14
Dalam penelitian ini
14
Muhammad Nazir, Metode Penelitian Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, h. 211
ada beberapa tehnik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Tehnik Angket Tehnik angket ini merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam
penelitian ini, tehnik angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap
hadis Lan Yufliḥ a Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan serta kaitannya dengan kepemimpinan perempuan.
b. Tehnik Wawancara Wawancara merupakan tehnik interaksi dan interaksi secara
langsung antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan guna untuk mengumpulkan data-data dan informasi melalui tanya jawab
dengan mengajukan beberapa pertanyaan. c. Tehnik Dokumentasi
Tehnik Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang bisa memberikan informasi tentang judul
yang bersangkutan, yaitu dengan menggunakan tehnik book survey, tehnik mencari data dengan jalan melakukan telaah dan
analisis terhadap buku, kitab, majalah, dokumen, dan lain-lain.