Hambatan Kepemimpinan Perempuan Kepemimpinan perempuan dalam pandangan masyarakat Babakan Tasikmalaya: Analisis Terhadap Hadis lan yufliha qawmun wallaw amrahum imraatan

Sayangnya, ajaran Islam yang demikian ideal dan luhur itu, khususnya berkaitan dengan relasi laki-laki dan perempuan tidak terimplementasi dengan baik dalam realitas sosiologis para penganutnya. Kondisi itu dibangun berdasarkan beberapa pemahaman sebagai berikut : a. Makhluk Pertama adalah Laki-laki Bukan Perempuan Pemahaman tentang asal-usul penciptaan manusia dalam kitab- kitab fiqih menjelaskan bahwa nabi Adam as. adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan swt, sedangkan isterinya, Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam as. 43 Pemahan seperti ini mengacu kepada al- Qur’an surat al-Nisā‘ [4]: ayat 1 : 44 Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya 45 Allah menciptakan isterinya. Dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam a.s bagian belakang yang sebelah kiri ketika ia sedang tidur. Kemudian Adam a.s bangun dan dikejutkan oleh keberadaan Hawa. 46 43 Tim LSPPA, Setara di Hadapan Tuhan, h. 55 44 Departemen Agama RI, al-Qur an dan Terjemahnya Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2002, h.78 45 Maksud dari padanya ialah bagian tubuh tulang rusuk Adam a.s 46 Muhammad Nasib ar-Rifa I, Kemudahan Dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jakarta: Gema Insani Press, 1999, Jilid 1, h. 646. Pemahaman demikian membawa implikasi yang luas dalam kehidupan sosial, di antaranya menimbulkan pandangan marginal, 47 subordinatif, 48 dan stereotif 49 terhadap perempuan. Kemudian pemahaman bahwa Hawa selaku perempuan pertama yang tercipta dari bagian tubuh laki-laki, yaitu Adam as, membawa kepada keyakinan bahwa perempuan hanyalah manusia kelas dua the second human being. Perempuan bukanlah manusia yang utama, melainkan sekedar pelengkap, diciptakan dari dan untuk laki-laki. Konsekuensinya, perempuan tidak boleh berada di depan dan tidak boleh menjadi pemimpin. 50 b. Perempuan Merupakan Makhluk Penggoda Alasan ini berawal dari pemahaman tentang kejatuhan Adam as. dan Hawa dari Surga. Pada umumnya ulama-ulama mendakwahkan ajaran bahwa Adam as. jatuh dari surga akibat godaan Hawa yang terlebih dahulu terpengaruh oleh bisikan iblis. Pemahan seperti ini mengacu kepada al-Qur’an surat al-A’rāf [7]: ayat 20-22. Implikasi dari pemahaman seperti ini adalah bahwa perempuan itu hakikatnya makhluk penggoda dan dekat dengan iblis. Selain itu banyak yang beranggapan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan. 47 Tidak terlalu menguntungkan, berada di pinggir 48 Kedudukan bawahan 49 Konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang tidak tepat 50 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender Yogyakarta: Kibar Press, 2007, Cet ke-2, h. 12 Stereotipe ini membawa kepada sikap misogini 51 terhadap perempuan. Perempuan mudah sekali dipengaruhi dan diperdayakan, dan karena itu tidak boleh keluar rumah, lebih baik baginya tinggal dirumah saja mengurusi rumah tangga, merawat anak-anak, melayani suami, dan tidak perlu aktif di masyarakat, apalagi dalam masalah kepemimpinan Negara. 52 c. Perempuan Makhluk Lemah dan Perasa Pemahaman ini sudah tidak asing lagi didengar dikalangan masyarakat. Perempuan dinilai terlalu lemah bila dijadikan seorang pemimpin. Perasaan yang dimilikinya sangat halus sehingga dikhawatirkan tidak mampu untuk mengambil keputusan yang tegas. Perempuan mempunyai hati yang lembut, sehingga dalam berinteraksi dengan mereka diperlukan sikap yang lembut dan perhatian yang lebih. 53 Hal ini menimbulkan perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Perempuan lebih dikenal dengan makhluk bersifat lemah, rapuh, emosional dan kadang-kadang pula tidak mampu mengatasi situasi-situasi yang sulit dan berat. Berbeda sebaliknya dengan laki- laki yang dikenal kurang begitu emosional dan menunjukan kegigihan yang lebih besar. 54 51 Perasaan benci kepada perempuan. Lihat di Kamus Inggris Indonesia, Cet XIII, h.382 52 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, h. 13 53 Badawi Mahmud Syaikh, Taman Wanita-wanita Salehah Jakarta: Qisthi Press, 2007, h. 25 54 Fatima Umar NAsif, Menggugat Sejarah Perempuan; Mewujudkan Idealisme Gender Sesuai Tuntunan Islam Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2001, h.187.