Proses Pembentukan Persepsi Persepsi

Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 Menurut Rakhmat 1988 persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi sensory stimuli. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional yang mana oleh David Krech dan Richard.S.Crutch Field 1977 menyebutkan faktor fungsional dan faktor struktural. Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dengan nama individu- individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka Robbin, 1996. Menurut Robbin 1996 bahwa ada sejumlah faktor bekerja untuk membentuk dan kadang-kadang memutar balik persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak pelaku persepsi, dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks dari situasi dalam mana persepsi dilakukan.

2.1.2. Proses Pembentukan Persepsi

Proses pembentukan persepsi antar satu individu dan yang lain berbeda-beda, hal tersebut dikemukan oleh Thoha 1995, bahwa pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan hayati di mana seseorang itu bertempat tinggal. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka proses pembentukan persepsi berlangsung kompleks. Atkinson dan Hilgard dalam Kusumarini 2002 Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 mengemukakan bahwa proses terbentuknya persepsi dalam diri seseorang diawali ketika stimulus kompleks masuk kedalam otak, dan melalui proses akan menghasilkan makna, serta arti atau tafsiran terhadap stimulus tersebut. Proses pembentukan persepsi melalui proses kognisi pemikiran terhadap stimulus berupa fenomena, objek atau kejadian. Taraf permulaan persepsi adalah adanya suatu stimulus dari suatu objek yang mengenai alat indera proses fisik. Proses berikutnya adalah proses psikologis di mana individu menyadari makna yang diterima melalui alat indera atau reseptor. Intensitas frekwensi, jumlah kejadian atau objek maupun menarik perhatian seseorang sehingga dapat mempunyai tanggapan, sekalipun bersifat tertutup covert behavior dalam bentuk persepsi. Menurut Feigl yang dikutip Kusumarini 2002 menekankan bahwa ada tiga mekanisme pembentukan persepsi yaitu 1 selectivity, 2 closure, dan 3 interpretation. Proses selectivity terjadi apabila seseorang menerima pesan maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak penting, hal tersebut merupakan peristiwa yang saling berhubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan dan menafsirkan pesan. Proses closure akan menyeleksi hasil kesimpulan, kemudian disusun suatu kesatuan kumpulan pesan atau stimuli. Interpretation terjadi apabila pesan tersebut di interprestasikan atau penafsiran pola stimulus secara menyeluruh kedalam lingkungannya. Rakhmat 2005 menyatakan bahwa pengorganisasian stimuli dengan cara melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang diterima tidak lengkap dapat pula diisi dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang di persepsikan. Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 Persepsi dapat terjadi dengan dimulainya proses pengamatan, sedangkan pengamatan dapat dilaksanakan apabila muncul suatu stimuli. Pada tahap stimuli maka proses seleksi dan pengorganisasian akan berinteraksi dengan interprestasi dan closure. Menurut Notoatmodjo 1993 reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus rangsangan dapat terjadi dalam bentuk : 1. Receiving attending yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dari luar dalam bentuk masalah, situasi, gejala. 2. Responding jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. 3. Valuing penilaian yaitu yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima. 4. Organizing yaitu pengembangan dari nilai kedalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya. 5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya, termasuk keseluruhan nilai dan karateristik. Masih dalam proses pengambilan keputusan dalam persepsi. Bruner yang dikutip Sarwono 2000 menyatakan bahwa ada 4 tahap pengambilan keputusan : 1. Kategorisasi primitif, di mana objek atau peristiwa yang diamati diisolasikan dan ditandai berdasarkan ciri-ciri khusus. Pada tingkat ini pemberian arti kepada objek persepsi masih sangat minimal. Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 2. Mencari tanda ceu search, di mana si pengamat secara cepat memeriksa scanning lingkungan untuk mencari informasi – informasi tambahan untuk memungkinkannya melakukan kategorisasi yang tepat. 3. Konfirmasi, terjadi setelah objek mendapat penggolongan sementara. Pada tahap ini si pengamat tidak lagi terbuka untuk sembarangan masukan, melainkan ia hanya menerima tambahan informasi yang akan memperkuat mengkonfirmasi keputusan. Masukan – masukan yang tidak relevan dihindari. 4. Konfirmasi tuntas. Di mana pencarian tanda- tanda diakhiri. Tanda- tanda baru diabaikan saja dan tanda- tanda yang tidak konsisten dengan kesimpulan yang sudah dibuat juga diabaikan saja atau diubah sedemikian rupa sehingga cocok dengan kategori yang sudah dipilih.

2.1.3. Faktor – faktor yang Memengaruhi Persepsi

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Gambaran Karakteristik Infeksi Menular Seksual (IMS) Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pada Tahun 2012

4 62 85

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penyakit Menular Seksual Di Puskesmas Padang Bulan Medan

3 82 77

Keputusan Waria Melakukan Tes HIV/AIDS Pasca Konseling Di Klinik Infeksi Menular Seksual Dan Voluntary Counselling And Testing Veteran Medan Tahun 2009

0 68 124

Karakteristik Penderita HIV/Aids Di Pusat Pelayanan Khusus (PUSYANSUS) Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2007

2 59 101

Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular Hiv/Aids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan Voluntary Counseling & Testing (VCT) Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008

0 21 103

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko HIV/AIDS terhadap Kelompok Waria di Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) Bestari Kota Medan Tahun 2014

5 54 177

Gaya Hidup Seksual “Ayam Kampus” dan Dampaknya Terhadap Risiko Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 3 8

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 16