Tahap VCT Program Klinik IMS dan VCT

Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 3. Meningkatkan jumlah populasi berisiko dan anggota keluarganya dalam upaya mencegah perluasan penularan HIV. 4. Membantu mereka yang diidentifikasi untuk segera mendapat pertolongan kesehatan sesuai kebutuhan KPA Nasional, 2006.

2.5.5. Tahap VCT

1. Sebelum Deteksi HIV Pra-konseling Pra-konseling juga disebutkan juga konseling pencegahan AIDS. Dua hal yang penting dalam konseling ini, yaitu aplikasi perilaku klien yang menyebabkan dapat klien berisiko tinggi terinfeksi HIVAIDS dan apakah klien mengetahui tentang HIVAIDS dengan benar. Apabila perilaku klien tidak berisiko, biasanya setelah mengetahui dengan benar bagaimana cara AIDS menular, maka klien akan membatalkan pemeriksaan. Konselor harus lebih berhati-hati pada klien dengan perilaku berisiko tinggi karena harus diteruskan dengan rinci tentang akibat yang akan timbul apabila hasil tes sudah keluar. Tujuan dari konseling ini adalah untuk mengubah pola tingkah laku Nursalam dan Ninuk, 2007 Tujuan Konseling pra-test HIVAIDS Terdapat beberapa tujuan dilakaukannya konseling pra-tes pada klien yang akan melakukan tes HIVAIDS. Tujuan tersebut adalah agar : 1. Klien memahami benar kegunaan tes HIVAIDS. 2. Klien dapat menilai risiko dan mengerti persoalan dirinya. 3. Klien dapat menuerunkan rasa kecemasannya. 4. Klien dapat membantu rencana penyesuaian diri dalam kehidupannya. Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 5. Klien memilih dan memahami apakah ia akan melakukan tes darah HIVAIDS atau tidak. 2. Deteksi HIV Sesuai keinginan klien dan setelah klien menandatangani lembar persetujuan-informed consent Tes HIV adalah tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau belum. Caranya adalah dengan cara mendeteksi ada tidaknya antibodi HIV dalam sample darahnya. Hal ini dianggap perlu dilakukan agar seseorang bias mengetahui secara pasti status kesehatan dirinya, terutama status kesehatan yang menyangkut risiko dari perilakunya selama ini. Tes HIV harus bersifat : • Sukarela : Orang yang melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaantekanan orang lain. Ini juga berarti bahwa ia setuju untuk dites, setelah ia mengetahui hal-hal apa saja yang tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes, serta apa saja implikasi dari hasil tes yang positif ataupun hasil negatif. • Rahasia : Apa pun hasil tes ini, baik positif ataupun negatif, hanya boleh diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan. • Tidak boleh diwakilkan kepada orang lain, baik orang tuapasangan, atasan, atau siapa pun. 3. Pasca konseling: Konseling setelah Deteksi HIV Pasca konseling merupakan kegiatan konseling yang harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif maupun negatif, konseling pasca-tes sangat Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 penting untuk membantu mereka yang hasilnya HIV positif agar dapat mengetahui cara menghindarkan penularan HIV kepada orang lain. Cara untuk bisa mengatasinya dan menjalani hidup secara positif. Bagi mereka yang hasil tesnya HIV negatif, maka konseling pasca-tes bermanfaat untuk membantu tentang berbagai cara mencegah infeksi HIV di masa mendatang. Tujuan Konseling pasca-tes: • Hasil Negatif: 1. Klien dapat memahami arti periode jendela. 2. Klien dapat membuat keputusan akan tes ulang atau tidak, kapan waktu tepat untuk mengulang. 3. Klien dapat mengembangkan pedoman praktis bagi dirinya untuk mengurangi risiko melalui perilakunya. • Hasil Positif: 1. Klien dapat memahami dan menerima hasil tes secara tepat. 2. Klien dapat menurunkan masalah psikologis dan emosi karena hasil tes. 3. Klien dapat menyesuiakan kondisi dirinya dengan infeksi dan menyusun pemecahan masalah serta dapat menikmati hidup. 4. Klien dapat mengembangkan pedoman praktis bagi dirinya untuk mengurangi risiko melalui perilakunya. Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009

2.5.6. Model Tahapan VCT

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Gambaran Karakteristik Infeksi Menular Seksual (IMS) Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pada Tahun 2012

4 62 85

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penyakit Menular Seksual Di Puskesmas Padang Bulan Medan

3 82 77

Keputusan Waria Melakukan Tes HIV/AIDS Pasca Konseling Di Klinik Infeksi Menular Seksual Dan Voluntary Counselling And Testing Veteran Medan Tahun 2009

0 68 124

Karakteristik Penderita HIV/Aids Di Pusat Pelayanan Khusus (PUSYANSUS) Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2007

2 59 101

Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular Hiv/Aids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan Voluntary Counseling & Testing (VCT) Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008

0 21 103

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko HIV/AIDS terhadap Kelompok Waria di Klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) Bestari Kota Medan Tahun 2014

5 54 177

Gaya Hidup Seksual “Ayam Kampus” dan Dampaknya Terhadap Risiko Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 3 8

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 16