Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Walau pun demikian, suatu tes bisa saja memberi hasil yang negatif bila orang yang di tes baru saja terinfeksi. Hal ini dapat terjadi karena tubuh kita
membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mulai menghasilkan antibodi sejak terjadinya infeksi. Antibodi biasanya dapat dideteksi sekitar 3-8 minggu setelah
terinfeksi, dan masa ini disebut periode jendela window periode. Dalam masa seperti ini, bisa saja seseorang mendapatkan hasil tes negatif karena antibodinya
belum terbentuk sehingga belum dapat dideteksi, tetapi ia sudah dapat menularkan HIV pada orang lain.
Tes darah yang dilakukan biasanya menggunakan tes ELISA enzyme linked immunosorbent assay yang memiliki sensitivitas tinggi namum spesifikasinya
rendah. Bila pada saat tes ELISA hasilnya positif, maka harus dikonfirmasi dengan tes Western Blot yaitu tes yang mempunyai spesifikasi tinggi namun sensitivitasnya
rendah. Karena sifat kedua tes ini berbeda, maka biasanya harus dipadukan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Selain kedua jenis tes tadi, ada juga jenis tes lain
yang mampu mendeteksi antigen bagian dari virus yaitu NAT nucleic acid amplication technologies dan PCR polymerase chain reaction KPA Nasional,
2006.
2.5. Program Klinik IMS dan VCT
2.5.1. Infeksi Menular Seksual IMS
Infeksi menular seksual IMS atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Termasuk IMS adalah sipilis,
Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
gonore, bobo, jengger ayam, herpes, dan lain-lain termasuk juga HIVAIDS Badan Statistik, 2005.
Tanda-tanda atau gejala IMS : 1.
Keluarnya cairan dari alat kelamin laki-laki atau perempuan yang berwujud cairan atau nanah.
2. Adanya luka pada alat kelamin
3. Adanya benjolan pada lipatan paha
4. Pembengkakan buah zakar laki-laki
5. Adanya tumor, kutil, jengger ayam atau bunga kol pada alat kelamin
6. Nyeri perut bagian bawah pada perempuan.
Perilaku yang mempengaruhi penyebaran IMS : 1.
Sering berganti pasangan. 2.
Mempunyai lebih dari satu pasangan seksual. 3.
Mempunyai pasangan yang juga mempunyai pasangan lain. 4.
Berhubungan seksual dengan pasangan yang tidak dikenal. 5.
Melakaukan hubungan seksual meskipun menderita IMS. 6.
Tidak memberi tahu pasangannya untuk mendapatkan pengobatan IMS. Infeksi Menular Seksual IMS dapat mengakibatkan :
1. Peradangan menahun.
2. Gangguan pada syaraf.
3. Gangguan jiwa.
Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
4. Kemandulan.
5. Gangguan Kelamin.
6. Kematian.
7. Keganasan misalnya kanker leher rahim.
8. Tertular HIV.
2.5.2. Program IMS = Infeksi Menular Seksual
Layanan Kesehatan IMS merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan rutin masalah IMS bagi pekerja seks perempuan, pria dan waria. Beberapa penyakit
infeksi menular seksual yang sering melanda pekerja seks perempuan adalah: gonore kencing nanah, uretritis spesifik, GO, klamida uretritis non-gonore, ureteris non-
spesifikUNS, sifilis raja singa, cankroid ulkus mole, limfogranuloma venerum LGV, infeksi trikomonas trikomoniasis vaginalis, herpes genitalis herpes, kutil
kelamin kutil anogenital, granuloma ingunale donovanosis KPA Nasional, 2006. Layanan Klinik IMS ini mencakup :
1. Melaksanakan kegiatan pencegahan seperti promosi kondom dan seks aman.
2. Memberikan layanan pemeriksaan dan pengobatan bagi mereka yang telah
tertular IMS. 3.
Melaksanakan kegiatan penapisan untuk IMS asymptomatic bagi semua populasi berisiko secara rutin sedikitnya sekali setiap 3 tiga bulan.
4. Memberikan layanan konseling, pemeriksaan, dan pengobatan bagi pasangan
tetap klien pekerja seks melalui sistem partner notification. 5.
Menjalankan sistem monitoring dan survailans.
Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
6. Memberikan layanan KIE tentang mitos penggunaan obat –obat bebas untuk
mencegah atau mengobati IMS. Target Sasaran :
1. Pekerja seks perempuan langsung : mereka yang berada di lokasi dan ada
mucikari maupun mereka yang berada di jalanan. 2.
Pekerja seks perempuan tak langsung : mereka yang bekerja di tempat hiburan dan panti pijat namun juga melakukan transaksi seksual.
3. Pekerja seks pria, lazimnya disebut “kucing”: adalah mereka yang menjual jasa
seks bagi sesame pria maupun bagi wanita. 4.
Gay atau MSM : men sex with men: adalah mereka yang memiliki orientasi seks pada sesame pria dan punya perilaku berganti-ganti pasangan seks.
5. Waria pekerja seks : mereka yang mejeng di jalan, ada pula yang panggilan untuk
transaksi seks komersil. 6.
Pelanggan dari pekerja seks perempuan, pria, dan waria.
Maksud dan tujuan dari layanan IMS adalah bertujuan untuk menjalankan fungsi kontrol dan menekan penyebaran IMS pada PSK perempuan, pria, waria,
pelanggan PSK dan pasangan seks tetapnya KPA Nasional, 2006. 2.5.3.
Konseling IMS
Memberikan konseling penderita IMS agak berbeda dengan penderita penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena klien IMS yang datang pada
dokterkonselor untuk meminta nasehat, di samping memiliki rasa takut dan cemas terhadap penyakitnya, juga mempunyai rasa bersalah, yang sering menimbulkan
kesulitan dalam proses konseling tersebut Barakbah, 2005.
Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Konseling penderita IMS sebaiknya diberikan kepada dokter yang merawattenaga kesehatan lain yang ditunjuk, yang benar-benar mengerti tentang
IMS. Walaupun konseling dapat berbeda pada tiap kasus akan tetapi ada beberapa
hal yang harus diperhatikan pada setiap proses konseling : 1.
Waktu harus cukup leluasa. 2.
Tempat yang menyenangkan bagi penderita, dan tidak dapat didengar orang lain. 3.
Sikap konselor membuat klien merasa “diterima”, “dipahami”, serta merasa aman untuk beratnya dan mengemukakan pendapat.
4. Kemudahan klien untuk mendapat pelayanan.
5. Kerahasiaan harus benar-benar dijaga.
6. Kegiatan konseling dapat meliputi :
• Memberi informasi yang dapat memberi kejelasan dan pemahaman pada
klien. •
Dapat menjawab pertanyaan klien dengan jujur dan terbuka. •
Mampu menyadarkan klien perlunya berperilaku aman, untuk tidak menularkan pada orang lain.
• Mampu membuat klien sehingga sanggup membuat keputusan bagi diri
sendiri. Tujuan konseling IMS adalah :
1. Agar penderita patuh minum obatmengobati sesuai dengan ketentuan.
2. Agar kembali untuk follow up secara teratur sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.
Rika Hesti Bangun : Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HivAids Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Ims Dan Voluntary Counseling Testing Vct Di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
3. Menyakinkan pentingnya pemeriksaan mitra seksual, serta turut berusaha agar
mitra tersebut bersedia diperiksa dan diobati bila perlu. 4.
Mengurangi risiko penularan dengan : -
Abstinensia dari semua hubungan seks hingga pemeriksaan terakhir selesai. -
Abstinensia dari semua hubungan seks bila timbul simtom atau gejala kambuh -
Menggunakan kondom bila meragukan adanya risiko. 5.
Agar tanggap dan memberikan respon cepat terhadap infeksi atau hal yang mencurigakan setelah hubungan seks Barakbah,2005.
2.5.4. Program VCT Voluntary Counseling and Testing