Alexon Samosir : Pengaruh Tawas Dan Diatomea Diatomaceous Earth Dalam Proses Pengolahan Air Gambut Dengan Metode Elektrokoagulasi, 2009.
suatu larutan. Koloid memiliki diameter partikel antara 1 nm – 100 nm. Myers, D. 2006.
2.8.1. Penggolongan Koloid
Koloid dapat digolongkan berdasarkan bentuk partikelnya, cara pembentukannya, interaksi antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan
koloid.
a. Bentuk Parikel
Dari segi bentuk partikel, koloid dapat berupa : -
Lembaran laminar -
Serat fibrilar -
Butiran korpuskular Ketiga bentuk ini ditentukan oleh jenis dan cara terbentuknya koloid.
b. Cara pembentukannya
Berdasarkan cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi koloid dispersi, koloid asosiasi dan koloid makromolekul.
1. Koloid dispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran partikel-partikel
kecil yang tidak larut di dalam medium pendispersi dengan membentuk agregat molekul. Contohnya: dispersi koloid emas Au.
2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan molekul-molekul
kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk agregat molekul yang disebut misel. Contoh: larutan sabun.
3. Koloid makromolekul, yaitu kolid yang terbentuk dari molekul tunggal yang
sangat besar. Contoh: protein, karet dan plastik.
c. Interaksi dengan medium
Berdasarkan interaksi dengan medium, kolid dibagi menjadi: 1.
Koloid liofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan stabil. Contohnya: agar-agar.
Alexon Samosir : Pengaruh Tawas Dan Diatomea Diatomaceous Earth Dalam Proses Pengolahan Air Gambut Dengan Metode Elektrokoagulasi, 2009.
2. Koloid liofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium
pendispersinya, sehingga cenderung memisah tidak stabil. Contohnya: koloid FeOH
3
.
d. Perubahan bentuk
Berdasarkan perubahan bentuknya, koloid dibedakan menjadi: 1.
Koloid reversibel, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid dan sebaliknya. Contoh: plasma darah kering dn susu bubuk, keduanya dapat
menjadi koloid bila dicampurkan dengan air dan menjadi bukan koloid kembali dengan menguapkan airnya.
2. Koloid irreversibel, yaitu suatu koloid yang setelah berubah menjadi bukan
koloid tidak dapat menjadi koloid kembali. Contoh: sol belerang dan sol emas.
2.8.2. Sifat-Sifat Koloid
1. Sifat Fisika Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-
sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya. Pada koloid hidrofil karena terjadi hidrasi, sifat-sifat fisikanya sangat
berbeda dengan mediumnya. Viskositas lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2. Sifat Koligatif Sifat ini hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat
koligatif koloid lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel koloid.
3. Sifat Kinetik a. Gerakan Brown
Gerakan Brown merupakan gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi. Terjadinya gerakan ini disebabkan oleh adanya tabrakan molekul-
molekul medium pendispersi pada sisi-sisi partikel terdispersi tidak setimbang.
Alexon Samosir : Pengaruh Tawas Dan Diatomea Diatomaceous Earth Dalam Proses Pengolahan Air Gambut Dengan Metode Elektrokoagulasi, 2009.
b. Difusi Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke yang
konsentrasinya lebih rendah
c. Pengendapan Sedimentasi Partikel-partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena
pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka
partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung. Yazid, E. 2005
2.9. Koagulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel-partikel koloid. Partikel-partikel tersebut membentuk lapisan secara kimia yang kemudian diikuti dengan flokulasi.
Zat-zat kimia yang digunakan untuk mendestabilkan partikel koloid disebut dengan koagulan. Koagulan yang paling umum dan paling sering digunakan adalah alum
aluminium sulfat dan garam-garam besi. Karakteristik dari kation multivalensi adalah mempunyai kemampuan menarik koagulan ke muatan partikel koloid. Proste,
R.L.1997.
Di dalam pengolahan air, proses koagulasi digunakan untuk pembentukan agregat dari suspensi yang tidak stabil menjadi stabil. Ketika sejumlah partikel kecil
menggumpal membentuk sebuah partikel besar tunggal gerombolannya akan terbentuk dengan laju yang cepat dari partikel individunya karena diameter yang lebih
besar. Hal ini benar meskipun perbedaan massa jenisnya telah menurun akibat air yang terperangkap di antara partikel. Penggumpalan bersama partikel-partikel kecil
untuk membentuk partikel yang lebih besar disebut koagulasi. Mihali, C. 2008.
Dua partikel kecil yang saling berinteraksi satu sama lain umumnya akan saling menempel. Gerak Brown menyatakan bahwa pergerakan molekul dari partikel
Alexon Samosir : Pengaruh Tawas Dan Diatomea Diatomaceous Earth Dalam Proses Pengolahan Air Gambut Dengan Metode Elektrokoagulasi, 2009.
mikroskopis memastikan bahwa partikel akan saling bertumbukan dan akhirnya gerombolan partikel akan terbentuk dan terdiam secara perlahan-lahan. Dean,
B.R.1981.
Koagulan yang umum digunakan adalah tawas atau aluminium sulfat. Jika senyawa ini dimasukkan ke dalam air akan terionisasi membentuk Al
3+
dan SO
4 2-
yang dapat menetralkan muatan koloid.
Al
2
SO
4 3
2 Al
3+
+ 3 SO
4 2-
H
2
O H
+
+ OH
-
2 Al
3+
+ 6 OH
-
2 AlOH
3
Laing, D. 1973
2.10. Flokulasi