Flokulasi Pengaruh Tawas Dan Diatomea (Diatomaceous Earth) Dalam Proses Pengolahan Air Gambut Dengan Metode Elektrokoagulasi

Alexon Samosir : Pengaruh Tawas Dan Diatomea Diatomaceous Earth Dalam Proses Pengolahan Air Gambut Dengan Metode Elektrokoagulasi, 2009. mikroskopis memastikan bahwa partikel akan saling bertumbukan dan akhirnya gerombolan partikel akan terbentuk dan terdiam secara perlahan-lahan. Dean, B.R.1981. Koagulan yang umum digunakan adalah tawas atau aluminium sulfat. Jika senyawa ini dimasukkan ke dalam air akan terionisasi membentuk Al 3+ dan SO 4 2- yang dapat menetralkan muatan koloid. Al 2 SO 4 3 2 Al 3+ + 3 SO 4 2- H 2 O H + + OH - 2 Al 3+ + 6 OH - 2 AlOH 3 Laing, D. 1973

2.10. Flokulasi

Flokulasi adalah penggabungan dari partikel-partikel hasil koagulasi menjadi partikel yang lebih besar dan mempunyai kecepatan mengendap yang lebih besar, dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti flokulasi yaitu penggumpalan koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang mudah terendapkan atau transportasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar partikel dapat terjadi . Proses Flokulasi Terdapat 3 tiga tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu : tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi dan tahap pemisahan flok dengan cairan. 1. Tahap Pembentukan Inti Endapan Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi untuk penggabungan antara koagulan dengan pollutan yang ada dalam air. Agar penggabungan dapat berlangsung diperlukan pengadukan dan pengaturan pH. Pengadukan dilakukakan pada kecepatan 60 sd 100 rpm selama 1 sd 3 menit ; pengaturan pH tergantung dari jenis koagulan yang digunakan, misalnya untuk : Alexon Samosir : Pengaruh Tawas Dan Diatomea Diatomaceous Earth Dalam Proses Pengolahan Air Gambut Dengan Metode Elektrokoagulasi, 2009. Tawas pH 6 sd 8 Ferro Sulfat pH 8 sd 11 Ferri Sulfat pH 5 sd 9 2. Tahap Flokulasi Pada tahap ini terjadi penggabungan inti-inti endapan sehingga menjadi molekul yang lebih besar. Pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan 40 sd 50 rpm selama 15 sd 30 menit. Untuk mempercepat terbentuknya flok dapat ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit. Polielektrolit digunakan secara luas, baik untuk pengolahan air proses maupun untuk pengolahan air limbah industri. Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu non ionik, kationik dan anionik; biasanya bersifat larut dalam air. Sifat yang menguntungkan dari penggunaan polielektrolit adalah volume lumpur yang terbentuk relatif lebih kecil, mempunyai kemampuan untuk menghilangkan warna dan efisien untuk proses pemisahan air dari lumpur. 3. Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan dengan cairannya, yaitu dengan cara pengendapan atau pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan, maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan bila flok yang yang terjadi diapungkan dengan menggunakan gelembung udara, maka flok dapat diambil dengan menggunakan skimmer. Mekanisme Flokulasi Dengan Koagulannya Alexon Samosir : Pengaruh Tawas Dan Diatomea Diatomaceous Earth Dalam Proses Pengolahan Air Gambut Dengan Metode Elektrokoagulasi, 2009. Gambar 2.3 Mekanisme Flokulasi Nainggolan, H. 1994 Mekanisme yang terjadi pada proses flokulasi dengan koagulannya pada gambar di atas adalah sebagai berikut : 1. Adsorpsi flokulan polimer pada permukaan partikel koloid sehingga terbentuk lapisan flokulan. Dalam hal ini terjadi destabilisasi muatan elektron negatif partikel koloid oleh muatan positif hasil hidrolisa flokulan sehingga terjadi penggumpalan yang tidak stabil, proses ini disebut adsorpsi koagulasi. 2. Gumpalan partikel-partikel yang tidak stabil ini akan membentuk flok yang lebih besar, sehingga akibat dari tubrukan partikel-partikel dengan bantuan pengadukan, sehingga menjadi stabil dan mudah mengendap terflokulasi. Nainggolan, J.W. 1997

2.11. Sel Elektrokimia dengan Elektroda Aluminium