5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akrilamida 2.1.1 Sifat Fisikokimia
Akrilamida sinonim: 2-propenamida, etilen karboksi amida, akrilik amida, asam propeonik amida, vinil amida merupakan suatu senyawa kristalin bening
hingga putih dengan bobot molekul 71,08; tidak berbau; larut dalam air, metanol, etanol, dimetil eter dan aseton, serta tidak larut dalam benzene dan heptan.
Akrilamida akan meleleh pada suhu 84-85°C dan mendidih pada suhu 125°C Report on Carcinogens Review Committee, 2005; Gökmen dan Şenyuva, 2008;
Harahap, 2006. Akrilamida memiliki rumus molekul C
3
H
5
NO dan rumus bangun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
2.1.2 Kegunaan Umum
Sejak pertengahan tahun 1950-an, akrilamida dikenal sebagai senyawa antara dalam pembuatan poliakrilamida, suatu polimer akrilamida, yang
digunakan sebagai flokulan dan koagulan dalam proses pengolahan air minum dan limbah, pengatur viskositas pada pemrosesan minyak mentah, bahan pengikat
pada pabrik kertas, produksi perekat, tape serta gel pada kosmetik Matthäus, 2009. Kegunaan lainnya yang cukup penting yakni sebagai pupuk dan grouting
agent untuk memperbaiki saluran air Karol, 2003; Stadler dan Goldmann, 2008.
Gambar 1. Rumus bangun senyawa akrilamida.
Limiyanto Tanseri : Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Akrilamida Dalam Kentang Goreng Simulasi Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Balik, 2010.
6
2.1.3 Farmakokinetika
Akrilamida dapat diabsorpsi dari semua rute pajanan. Absorpsinya diperkirakan cepat dan sempurna lewat rute oral FAO dan WHO, 2002.
Akrilamida juga berpotensi diabsorpsi lewat membran mukosa saluran nafas rute inhalasi dan lewat kontak dengan kulit utuh rute dermal CERHR, 2004; Merck
KGaA, 2004. Kelarutan akrilamida yang tinggi dalam air menjadi salah satu alasan bagi distribusinya yang cepat ke seluruh tubuh setelah pajanan terjadi
Matthäus, 2009. Di dalam tubuh, akrilamida akan dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 2E1 menjadi glisidamida. Kedua zat ini akan dikonjugasi menjadi
glutation, lalu sebagian besar akan dieliminasi dari tubuh sebagai konjugat asam merkapturat Alexander, 2006; Kotsonis dan Burdock, 2008. Waktu paruh
eliminasi akrilamida dan glisidamida pada tikus diketahui sekitar 2 jam, sedangkan waktu paruh eliminasinya pada manusia belum diketahui secara jelas
FAO dan WHO, 2002.
2.1.4 Toksikologi
Akrilamida merupakan senyawa toksik sedangkan poliakrilamida tidak lagi toksik seperti monomernya Kotsonis dan Burdock, 2008. Pada tahun 1991,
akrilamida dimasukkan ke dalam daftar senyawa karsinogenik oleh departemen kesehatan Amerika Serikat Report on Carcinogens Review Committee, 2005.
International Agency for Research on Cancer IARC, U.S. Environmental Protection Agency EPA, Food and Drug Administration FDA, serta The
National Toxicology Program-Center for The Evaluation of Risks to Human Reproduction NTP-CERHR telah mengklasifikasikan akrilamida sebagai
senyawa yang mungkin menyebabkan kanker atau berpotensi sebagai karsinogen
Limiyanto Tanseri : Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Akrilamida Dalam Kentang Goreng Simulasi Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Balik, 2010.
7 pada manusia “probably carcinogenic to humans” atau grup 2A CERHR, 2004;
Harahap, 2006; Stadler dan Goldmann, 2008. Senyawa ini juga diketahui memiliki efek neurotoksik dan genotoksik LoPachin, et.al., 2007; Park, et.al.,
2002. Dari serangkaian penelitian terhadap hewan percobaan, akrilamida juga terbukti toksis terhadap pertumbuhan dan reproduksi, serta bersifat fetotoksis
Alexander, 2006; Field, et.al., 1990. Akrilamida akan mengakibatkan perubahan morfologis saraf perifer pada
pajanan dosis 1 mgkg BBhari dan kerusakan otak pada dosis 21 mgkg BBhari selama 40 hari Kotsonis dan Burdock, 2008. Hal ini dikarenakan akrilamida,
suatu elektrofil lemah, dapat membentuk ikatan dengan gugus sulfhidril SH-, yang nukleofil lemah, pada protein sehingga menghasilkan efek neurotoksik
Gökmen dan Şenyuva, 2008; LoPachin, et.al., 2007. Akrilamida menunjukkan aktifitas sebagai pemicu tumor pada tikus dan
mencit. Dalam berbagai penelitian, pajanan kronis akrilamida dinyatakan dapat mengakibatkan mesotelioma testikular, tumor tiroid, tumor kelenjar susu, tumor
saraf pusat, kanker kulit dan paru. Hal ini disebabkan sifat reaktif akrilamida yang dapat mengganggu jalur hantaran sinyal intrasel sehingga menginduksi perubahan
fungsi sel. Akrilamida juga diketahui akan dimetabolisme di dalam tubuh oleh enzim sitokrom P450 2E1 menjadi glisidamida, suatu senyawa epoksi yang reaktif
pada DNA, sehingga mengakibatkan pertukaran antar kromatid anak Sister Chromatid ExchangeSCE dan penyimpangan kromosom. Mekanisme ini diduga
bertanggungjawab atas efek genotoksik akrilamida Ghanayem, et.al., 2005; Park, et.al., 2002.
Limiyanto Tanseri : Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Akrilamida Dalam Kentang Goreng Simulasi Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Balik, 2010.
8
2.1.5 Metode Analisis