Upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009

BAB IV UPAYA–UPAYA KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA

DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK.

A. Upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Bahwa upaya–upaya yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah : 1. Melakukan Sosialisasi , advokasi dan fasilitas kepada berbagai pihak tentang perlunya perlindungan anak sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku. 2. Melakukan pengumpulan data dan informasi dari kasus–kasus pelanggaran dan masalah anak yang terjadi dalam lingkup keluarga, lembaga dan masyarakat. 3. Memfasilitasi tersedianya tempat pengaduan dan pelayanan terhadap kasus–kasus pelanggaran–pelanggaran hak anak demi kepentingan terbaik bagi anak. 4. Melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan terhadap pelanggaran hak–hak anak di daerahnya masing–masing. 5. Memberikan laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada BupatiWalikota tentang penyelenggaraan perlindungan anak di daerahnya masing–masing. 6. Membangun dan membina kerjasama dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan perlindungan anak di daerahnya masing–masing. Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 7. Menyampaikan laporan tentang organisasi, program dan kegiatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara. menggunakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2003 Tentang larangan Gelandangan Dan Pengemis di Kota Medan. Di dalam upaya ini Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah: 1. Meningkatkan pelaksanaan penanggulangan gelandangan dan pengemis secara terpadu di Kota Medan. 2. Dengan semakin meningkatnya dan perkembangan jumlah gelandangan dan pengemis yang melakukan kegiatan pengemisan di medan–medan jalan, traffic light, pelataran mesjid–mesjid dan jembatan–jembatan penyebrangan di tempat–tempat umum. Dan Peraturan ini telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan. Pada Perda No.5 Tahun 2004 ini lahir sebagai wujud perhatian Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara atas salah satu masalah sosial yang terjadi dimasyarakat. Masalah sosial ini adalah persoalan pekerja anak baik disektor informal maupun sektor formal. Pekerja anak ini tersebar pada sektor pabrik atau manufaktur, perkebunan, jermal, dan usaha perikanan lainnya. Pekerja asongan atau jalanan, buruh bangunan atau pekerja seks. Selain masalah pekerja anak, masalah anak yang berkonflik dengan hukum juga Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 merupakan fenomena sosial yang menonjol di Sumatera Utara mencapai urutan pertama di Indonesia, ironisnya dari sekian banyak kasus anak yang berkonflik dengan hukum ini memasukkan pekerja anak sebagai pelaku atau korban kejahatan terbesar. Hal ini diakibatkan begitu rentannya anak yang masuk ke Dunia kerja terhadap tindakan kejahatan dan perlakuan salah dari orang lain. Disisi lain kondisi ini juga disebabkan oleh pola kebijakan yang melegelasi anak dalam kondisi-kondisi kerja tertentu. Perda ini juga bertujuan untuk melindungi pekerja anak dari tindakan eksploitasi yang mungkin dilakukan oleh pengusaha atau pihak lain yang mengambil keuntungan dari anak tersebut secara ekonomi. Ruang lingkup bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak dalam Perda ini meliputi sektor kegiatan usaha perikanan, perkebunan, industri, hiburan, pariwisata serta bidang-bidang usaha lain yang berpotensi menciptakan bentuk- bentuk pekerjaan terburuk bagi anak. Adapun bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak dalam Perda ini adalah sebagai berikut: 1. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya. 2. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacura, produksi pornografi, pertunjukkan porno atau perjudian. 3. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 4. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak. 31 a. Pengembalian anak yang telah dipekerjakan kepada keluarga dan lingkungan sosialnya. Upaya yang dilakukan oleh Pemda dalam hal ini berupa pencegahan dan penanggulangan sebagai berikut: 1. Mengeluarkan larangan mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk bagi anak. 2. Mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan anak yang ditemukan bekerja pada tempat bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak. 3. Melakukan pencegahan dan penaggulangan yang meliputi serangkaian tindakan baik preventif maupun represif dalam bentuk bimbingan, penyuluhan, penyelidikan, dan penindakan di tempat-tempat yang potensial menimbulkan pekerjaan terburuk bagi anak. 4. Memberikan rehabilitasi terhadap anak yang telah dipekerjakan dan atau bekerja di tempat-tempat pekerjaan terburuk anak dalam bentuk: b. Pemberian kesempatan dan fasilitas belajar bagi anak yang masih dalam usia sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya. c. Pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan yang bernilai produktif sesuai dengan bakat dan minat. d. Pemulihan kesehatan dan psikologi anak. 32 Dalam perda ini masyarakat juga berhak memperoleh kesempatan seluas- luasnya untuk berperan dalam pencegahan dan penanggulangan bentuk-bentuk 31 Wawancara dengan Ibu Elvi Hadriani. Staff Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 32 Ibid Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 pekerjaan terburuk bagi anak berupa memberikan bantuan advokasi, bantuan moril dan materil. Sanksi pidana pada Perda ini mengacu kepada sanksi pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dan Perda ini memberikan sanksi administrasi kepada pengusaha atau perusahaan yang melanggar Perda ini berupa teguran, peringatan secara tertulis dan pencabutan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. UPAYA KPAID BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NO.6 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN PERDAGANGAN TRAFICKING PEREMPUAN DAN ANAK. Tidak dapat dipungkiri fenomena perdagangan Traficking perempuan dan anak sering diibaratkan dengan gunung es, hanya sedikit yang terungkap diantara ribuan kasus yang diyakini banyak terjadi. Begitu juga di Sumatera Utara sebagai satu kasus kota terbesar di Indonesia merupakan tempat yang strategis untuk melakukan transit atau perpindahan tempat. Di dalam bagian pendahuluan Perda No. 6 Tahun 2004 ditujukan untuk: 1 Menjustifikasi upaya aplikatif dan efektif bagi pencegahan, perlindungan, rehabilitasi dan reintegrasi bagi korban perdagangan. 2 Menyeimbangi kekuatan para sindikat perdagangan dalam melakukan praktek eksploitasi dan perbudakannya yang mencatat rekor jumlah korban setiap tahunnya mencapai 300-400 oarng. Adapun urgensi dari Perda No. 6 Tahun 2004 yaitu: Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 1 Dilihat dari tujuannya untuk mencegah, merehabilitasi dan reitegrasi perempuan dan anak korban perdagangan. 2 Adanya upaya pencegahan dengan mengatur masalah pengetatan prosedur izin bekerja bagi perempuan dan anak dan pemberian surat jalan dan surat pindah. 3 Memperkuat mandat untuk menyusun Rencana Aksi dan gugus Tugas ditingkat Provinsi maupun kabupatenKota. 4 Memperkuat koordinasi antara stakeholder pihak terkait dari tingakt Provinsi sampai Kecamatan dan Kelurahan. 5 Pentingnya peran serta masyarakat dalam membantu upaya pencegahan perdagangan perempuan dan anak. Perda ini bertujuan sebagai payung hukum upaya penanganan, penghapusan dan perlindungan bagi perempuan dan anak korban perdagangan trafickingyang perlu dilakukan di Sumatera Utara, menegaskan pentingnyakolaborasi dan kemitraan antara Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan dalam menanggulangi kejahatan perdagangan traficking perempuan dan anak, menyatukan persepsi semua komponen masyarakat dalam memahami isu perdagangan traficking anak dan perempuan. Perda ini memberikan perlindungan kepada anak-anakdan perempuan, yang dimaksud dengan anak dalam perda ini adalah seorang yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun, sedangkan yang dimaksud dengan perempuan adalah orang yang mempunyai alat kelamin perempuan, dapat mengalami menstruasi, hamil, melahirkan anak, menyusui dan termasuk orang yang telah mendapat status hukum sebagai perempuan. Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Adapaun upaya yang dilakukan oleh pemda dalam hal ini adalah sebagai berikut: 1. Upaya Pencegahan. Pengahpusan perdagangan traficking perempuan dan anak dilakukan melalui beberapa tahapan aktifitas. Langkah yang paling strategis adalah melalui upaya pencegahan mulai dari tingkat komunitas sampai dengan menghentikan ruang gerak sindikat traficking. Langkah-langkah tersebut dilakukan melalui berjenjang yaitu: a. Ditingkat masyarakat, peran Lurah atau Kepala Desa menjadi penting atau strategis yakni melalui pengeluaran SIBP Surat Izin Bekerja Bagi Perempuan dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu seperti izin tertulis dari orang tua bagi yang berusia 18 delapan belas tahun, alamat PJTKI, surat order tertulis dari perusahaan dari perusahaan atau tempat kerja yang dituju, dan pengawasan para calo dan tenaga kerja. b. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota melalui instansi terkait, menyusun program-program yang berpersepektif perlindungan hak perempuan dan anak. Selain itu membentuk tim khusus untuk mendukung efektivitas upaya penghqapusan perdagangan traficking yakni gugus tugas. c. Aparat hukum harus mengambil suatu tindakan tegas dari setiap para pelaku perdagangan traficking dengan menjatuhkan hukuman maksimal sebagai sok terapi tekanan bagi pelaku atau orang yang terlibat dalam praktek perdagangan perempuan dan anak. 2. Upaya Perlindungan. Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Perempuan dan anak yang menjadi korban perdagangan traficking berhak atas rasa aman, pendampingan hukum dan rasa keadilan. Pemerintah, aparat hukum dan kelompok masyarakat berkewajiban memberikan perlindungan terhadap korban traficking tanpa terkecuali. 3.Rehabilitasi dan Reintegrasi Perempuan dan anak korban perdagangan traficking yang telah diselamatkan berhak memperoleh rehabilitasi baik fisik maupun psikis dimasa depannya. Fasilitas layanan rehabilitasi meliputi layanan konseling psykologi, medis, pendampingan hukum dan pendidikan. Layanan rehabilitasi sedapat mungkin dilakukan dalam satu wadah terpadu. Untuk menghindari berbagai kemungkinan terburuk termasuk menjadikan perempuan dan anak sebagai korban untuk kedua kalinya. Perempuan dan anak korban traficking yang telah pulih baik fisik maupun psikisnya berhak untuk diintegrasikan ke lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan sesuai tingkat kebutuhan. 4. Rencana Aksi dan Gugus Tugas. Guna menjamin dan mengektifitaskan segala upaya penghapusan perdagangan tersebut di atas, maka dibentuklah Rencana Aksi Gugus Tugas Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten atau Kota, yang melibatkan semua pihak stakeholders yang peduli dan relawan. Tugas utama dari gugus tugas tersebut adalah: 1 Mengawasi perusahaan dan tempat kerja dari kemungkinan terjadinya praktek traficking. Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 2 Menerima dan menindak lanjuti setiap laporan adanya praktek traficking. 3 Melakukan advokasi, perlindungan, pencegahan, rehabilitasi dan reintegrasi. 4 Melakukan tuntutan hukum atas nama perempuan dan anak yang menjadi korban traficking. Perda ini tidak mengatur tentang sanksi hukum bagi para pelaku perdagangan traficking, karena ia merujuk pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Tetapi tetap bagi aparat hukum atau pemerintah yang melanggar, atau tidak memenuhi Perda ini akan dikenakan sanksi hukum berupa sanksi administrarif. 33 1. Mendorong segera diintrodusirnya UU Pornografi oleh Presiden bersama DPR, Komisi Perlindungan Anak Daerah Provinsi Sumatera Selatan sangat prihatin atas badai pornografi yang melanda Indonesia. Untuk eksploitasi seksual, anak Indonesia merupakan peringkat tertinggi sebagai model para pedofili di cyeber porno Dunia, meskipun servernya berada di Luar Negeri. Saat ini ada sekitar 4,2 juta website porno dunia, 10 diantaranya menawarkan pornografi anakdata Top Ten Reviews,2006. Sebagian menawarkan anak-anak Indonesia, sehingga Kantor berita assosiated Press menjuluki Indonesia sebagai surga pornografi Dunia setelah Rusia. C.Upaya-upaya yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Daerah Provinsi Sumatera Selatan yaitu: 33 Ibid Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 2. Mengawasi praktek eksploitasi anak atas nama seni dan hobi yang banyak menimpa anak-anak Indonesia termasuk sebagian dari anak-anak di Indonesia.Ini sama dengan memperkerjakan anak di bawah umur yang sangat tidak manusiawi karena anak dieksploitir demi memenuhi kepentingan ekonomi orang tua. Anehnya, banyak orang tua merasa bangga bisa memperkerjakan anak-anak. Padahal mereka memiliki hak- hak tumbuh kembang secara alami dan hak menikmati Dunia anak-anak untuk bermain dan berinteraksi dengan alam.. 3. Merekomondasikan kepada Pemerintah dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM untuk lebih banyak menyediakan LP anak yang masih sangat kurang, sehingga sering kali anka-anak yang berhadapan dengan hukum dititipkan di LP Dewasa. 4. Mengusulkan regulasi larangan merokok bagi anak dan terciptanya lingkungan yang ramah bagi anak lingkungan bebas rokok, masuk dalam Undang-undang Kesehatan yang sedang dalm pembahasan. Untuk merealisasikan program-program tersebut Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Selatan segera menyikapi dengan serius yang di dalam penanganan setiap pengaduan kasus-kasus memerlukan sebuah mekanisme yang sistematis dan efektif dalam suatu gerakan terpadu oleh semua pihak yang terkait, yaitu; baik aparatur negara maupun penegak hukum dan para penyelenggara para perlindungan anak serta institusi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi sumatera Selatan. Agar kasus anak-anak yang berhadapan dengan hukum dapat ditangani dengan sebaik-baiknya secara optimal dengan mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak. Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Tentunya dengan tujuan akhir dapat menurunkan angka kasus- kasus anak- anak dari tahun ketahun, bukan malah kenaikan jumlah kasus-kasus anak yang berhadapan dengan hukum. Demi meningkatkan kesejahteraan kehidupan anak Indonesia Insyaallah. Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN