Teori Netralitas. Tinjauan Kepustakaan Pengertian Peranan.

Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009

4. Teori Netralitas.

Pada dasarnya teori ini beranggapan bahwa aktivitas manusia selalu dikendalikan oleh pikirannya, dengan demikian pertanyaan dasar yang dilontarkan teori ini adalah: Pola pikir yang bagaimanakah yang terdapat di dalam benak orang–orang baik, dalam hal tertentu berubah menjadi jahat? pertanyaan itu sekaligus mencerminkan suatu anggapan bahwa kebanyakan orang dalam berbuat sesuatu selalu dikendalikan oleh pikiran yang baik. Teori netralitas ini juga beranggapan bahwa di masyarakat selalu terdapat persamaan pendapat tentang, “hal–hal yang baik di dalam kehidupan masyarakat“ dan“ jalan yang layak untuk mencapai hal tersebut“. Sykes Matza berhasil mengamati di dalam studinya bahwa di kalangan anak–anak delinkuen pun recognizes both the legitimacy of the dominant social order and its moral rightness. Hal yang menarik dari teori ini adalah terletak pada cara menjawab pertanyaan tentang bagaimanakah prosesnya sehingga seseorang yang pada umumnya berpikiran baik sampai melakukan kejahatan atau berperilaku menyimpang. Menurut teori ini orang–orang tersebut berperilaku jahat atau menyimpang disebabkan adanya kecenderungan di kalangan mereka untuk merasionalkan norma–norma dan nilai–nilai yang seharusnya berfungsi sebagai pencegah perilaku jahat menurut persepsi dan kepentingan mereka sendiri. Lebih jauh Sykes dan Matza merinci bentuk–bentuk atau kecenderungan–kecenderungan penetralisasian di kalangan para pelaku kejahatan itu menjadi lima kecenderungan yaitu : Winika Indrasari : Peranan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Menurut Undang–Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Studi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 1. The Denial of Responbility, mereka menganggap dirinya sebagai korban tekanan–tekanan sosial, misalnya kurangnya kasih sayang, pergaulan serta lingkungan kurang baik dan sebagainya. 2. The Denial of Injury, mereka biasanya berpandangan bahwa perbuatannya tidak mengakibatkan kerugian besar di masyarakat. Hal ini tampak dari bahasa ungkapan yang sering digunakan dalam hal mereka melakukan perbuatan penyimpangan, misalnya pencurian mobil diungkapkan dengan istilah “ pinjam mobil “. 3. The Denial of the Victims, mereka biasanya menyebut diri mereka sebagai “ pahlawan “ atau “ the avenger “ dan menganggap diri seperti “ si pitung “, robin hood “ dsb. 4. Condemnation of the condemners, mereka beranggapan bahwa orang yang mengutuk perbuatan mereka itu sebagai orang–orang munafik, hipokrit atau pelaku kejahatan terselubung dsb. 5. Appeal to higher loyality, mereka merasa dirinya terperangkap antara kemauan masyarakat luas dan hukumnya dengan kebutuhan kelompok kecil atau minoritas dari mana mereka berasal atau tergabung, misalnya kelompok “ geng “ atau “ saudara kandung“.

5. Teori Kontrol.