Sinopsis Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis

Tetapi ia lebih dikenal sebagai pengasah pisau. Orang-orang suka meminta tolong kepadanya, sedang ia tidak pernah meminta imbalan apa-apa. Tetapi Kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjagaanya. Gambaran dari surau itu sekarang adalah kesucian yang bakal roboh. Biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongeng yang tak dapat disangkal kebenarannya. Kemudian Kakek bercerita bahwa ia merasa resah akibat bualan Ajo Sidi. Ajo Sidi adalah orang yang bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Sebagai pembual, suksesterbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pemeo akhirnya. Kakek merasa durja dan sedih karena cerita Ajo Sidi. Kakek pun bercerita bahwa sedari muda ia hidup di Surau. Tak ia ingat akan punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain. Segala kehidupannya, lahir batin, ia serahkan kepada Allah Subhanahu wataala. Ia bangun pagi-pagi. Ia bersuci. Ia pukul bedug membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Apakah salah pekerjaanya itu? Kini ia dikatakan manusia terkutuk. “Pada suatu waktu, ‗kata Ajo Sidi memulai‘, di akhirat Tuhan Allah memulai memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Ia menceritakan segala ibadahnya yang telah dilakukan selama di dunia. Haji Saleh mengatakan bahwa pekerjaanya adalah selalu menyembah Tuhan. Setiap hari, setiap malam, bahkan setiap masa ia menyebut-nyebut nama Tuhan. Namun Tuhan selalu berkata apa lagi yang dikerjakannya selain itu semua. Haji saleh tak dapat menjawab lagi karena ia sudah menceritakan semuanya. Setelah Haji Saleh menceritakan semua yang ia kerjakan di dunia dengan segala ibadah yang telah dilakukannya namun Haji saleh malah dimasukkan ke dalam neraka. Lalu Haji Saleh melakukan protes terhadap Tuhan bersama teman- temannya yang merasa telah melakukan segala ibadah yang diperintahkan Tuhan selama di dunia. Akhirnya Tuhan menjelaskan bahwa tugas manusia di dunia bukan hanya beribadah dan menyembah kepada Tuhan hingga tugas terhadap keluarga dan bangsa dilalaikan begitu saja. Begitulah kira-kira cerita Ajo Sidi yang membuat Kakek gusar. Keesokkan harinya setelah mendengar cerita Kakek, ia kedapatan telah mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.

BAB IV PEMBAHASAN

a. Struktur Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis

1. Tokoh dan Penokohan

Kakek merupakan tokoh utama pada cerpen RSK karya A.A Navis yang dibicarakan melalui tokoh Aku.Tokoh Kakek merupakan tokoh Protagonis. Menurut Altenbernd dan Lewis, membaca sebuah karya sastra, pembaca sering mengidentifikasi diri dengan tokoh-tokoh tertentu, memberikan simpati dan empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian oleh pembaca disebut sebagai tokoh protagonis. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-apa. 48 Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, keserahkan kepada Allah subhanahu wataala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. 49 Pada kutipan tersebut tampaklah bahwa karakter tokoh Kakek merupakan karakter yang menimbulkan rasa simpati dan empati bagi pembaca. Maka dapat dikatakan jika tokoh Kakek merupakan tokoh protagonis. Tokoh protagonis juga merupakan tokoh pengejawantahan norma- norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tidak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah begitu 48 A.A.Navis, Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia. 2010. hlm. 2. 49 Ibid.,hlm. 5. 43 lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan. 50 Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Kakek merupakan tokoh yang mewakili norma-norma sosial serta nilai-nilai agama secara baik yaitu selalu menjaga iman dan ibadahnya kepada Tuhan salah satu caranya dengan tidak bersikapa pemarah. Nilai-nilai agama seperti inilah yang diidealkan oleh pembaca, walaupun pada akhirnya tokoh Kakek melakukan suatu perbuatan yang dilarang oleh agama yaitu bunuh diri. Namun perbuatan tersebut lebih menimbulkan rasa empati bagi pembaca karena perbuatan yang dilakukan tokoh Kakek tersebut disebabkan oleh perbuatan tokoh antagonis dalam cerita yaitu Ajo Sidi. “Ya, Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.” 51 “Astaga Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengan- cengang. 52 Tokoh Ajo Sidi adalah tokoh antagonis. Tokoh antogonis merupakan penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin. Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi telah membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan Kakek? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi, “Apa ceritanya, Kek?” 53 Seperti pada kutipan di atas tokoh Ajo Sidi merupakan penyebab terjadinya konflik. Tokoh Ajo Sidi beroposisi dengan tokoh Kakek secara 50 Ibid., hlm. 4. 51 Ibid., hlm. 13. 52 Ibid. 53 Ibid., hlm. 4.