Estetika Resepsi Pendekatan Teori 1. Pendekatan Pragmatik

tanggapan atau resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra. 26 Jauss dalam bukunya Literaturgeschichte als Provokation mempertimbangkan sejarah sastra terutama sebagai sebuah hasil penulisan dan resepsi yaitu bahwa pengalaman pembaca diterangkan dan dibatasi. 27 Cakrawalan atau horizon harapan menjadi kunci bagi teori Jauss. Cakrawala harapan disususun dengan tiga kriteria a. Norma generik yang terkenal yang dipaparkan oleh teks yang dibaca oleh pembaca; b. Pengalaman dan pengetahuan pembaca terhadap keseluruhan teks yang telah dibaca sebelumnya; c. Kontras antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan pembaca untuk menerima teks baru di dalam cakrawala harapan yang sempit dan cakrawala harapan yang luas. 28 Seseorang dengan orang yang lain itu akan berbeda dalam merespons sebuah karya sastra. Begitu juga, tiap periode itu berbeda dengan periode lain dalam merespons sebuah karya sastra. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cakrawala harapannya verwachtingshorizon atau horizon of expectation. Cakrawala harapan ini ialah harapan-harapan seseorang pembaca terhadap karya sastra. Tiap pembaca itu mempunyai wujud sebuah karya sastra sebelum ia membaca sebuah karya sastra. Dalam arti, seorang pembaca itu mempunyai konsep atau pengertian tersendiri terhadap suatu karya sastra. Pengertian karya sastra pun akan berbeda antara satu orang dengan orang lain karena setiap pembaca akan mengharapkan bahwa karya sastra yang dibaca tersebut sesuai dengan pengertian karya sastra yang dimiliki pembaca tersebut. Cakrawala harapan tersebut ditentukan oleh pendidikan, 26 Rachmat Djoko Pradopo. Estetika Resepsi dan Teori Penerapannya dalam buku Bahasa Sastra Budaya Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1991, hlm. 182. 27 Rien T segers, Evaluasi Teks Sastra Yogyakarta: Adicita, 2000, hlm. 35 dan Rachmat Djoko Pradopo, Estetika Resepsi dan Teori, hlm. 37. 28 Rien T segers, Evaluasi Teks Sastra Yogyakarta: Adicita, 2000, hlm. 36 pengalaman, pengetahuan, dan kemampuannya dalam menanggapi karya sastra. Karl Robert Mandelkow menemukan bahwa landasan konsep Jauss tentang cakrawala harapan terlampau sempit. Ia menjelaskan bahwa alasannya bahwa tidak mungkin untuk membedakan sebuah cakrawala tunggal. Menurutnya ada tiga hal yang perlu diperhatikan. a. Ada sebuah harapan yang didasarkan atas kriterian periode tertentu pada saat teks ditulis atau dipublikasikan yang disebut harapan periode. b. Ada harapan yang didasarkan pada teks khusus yang disebut harapan teks. c. Ada harapan yang didasarkan pada kreativitas pengarang disebut harapan pengarang. 29 Dalam metode estetika resepsi pembaca yang diteliti merupakan pembaca yang cakap, bukan awam, yaitu para kritikus sastra dan ahli sastra yang dipandang mewakili para pembaca periodenya. Para pembaca ahli yang dimaksud Vodicka adalah para ahli sejarah, para ahli estetika, dan para kritikus. Dengan memahami estetika resepsi kita dapat mengetahui bagaimakah respons para ahli sastra dan kritikus sastra dalam menaggapi cerpen RSK karya A.A Navis. Dengan begitu kita dapat mengetahui pengaruh cerpen tersebut bagi para ahli-ahli sastra baik pada zaman cerpen tersebut lahir ataupun ketika dewasa ini.

3. Evaluasi Teks Sastra

Setelah mengetahui repon pembaca ahli dengan teori estetika resepsi, untuk mengetahui respons pembaca yang bukan ahli dengan menggunakan teori evaluasi sastra. Estetika resepsi sangat penting dalam studi sastra modern karena dengan begitu aspek-aspek nilai suatu teks sastra maupun aspek faktualnya dapat diteliti. Tujuan dari eavaluatif yaitu melihat suatu teks 29 Ibid., hlm. 44 sastra yang didasarkan pada nilai-nilai namun jika tujuannya hanya deskriptif, teks tersebut hanya dilihat faktanya saja. Pada proses evaluasi sejumlah pembaca yang memberikan informasikan diminta untuk memberikan putusan nilai mengenai teks-teks tertentu. Reaksi-reaksi pembaca diderivasikan dari keyakinan bahwa putusan nilai yang didasarkan pada pengetahuan tentang objek yang dinilai lebih menarik daripada putusan nilai yang didasarkan pada pengetahuan kecil atau tidak sama sekali tentang objek yang dinilai. Putusan nilai bertumpu pada pengetahuan objek. Karena objeknya adalah teks sastra, pengetahuan yang dibutuhkan adalah sastra termasuk di dalamnya elemen-elemen sistem sastra. 30 Masalahnya dapatkah nilai yang diberikan mengukur teks tersebut? Pengukuran keluasan korpus sastra agaknya belum pernah dipermasalahkan. Akan tetapi harus ditekankan bahwa pengukuran adalah hal tertentu, dan putusan nilai hanya signifikasi jika seseorang menyadari bahawa kenyataan parameter pada hakikatnya bersifat arbitrer. Maka dari itu, penelitian tentang repon pembaca remaja terhadap cerpen RSK karya A.A Navis ini akan menganalisis bagaimana kenyataan respons pembaca yang bukan pembaca ahli menilai cerpen tersebut. Pada penilian respons sendiri parameter yang digunakan merupakan bersifat arbitrer, peneliti akan menggunakan penilaian yang telah dibuat berdasarkan metode yang dianjurkan dalam evalusi sastra mengenai cerpen tersebut. jika hal ini telah dilakukan maka kita dapat melihat respons pembaca bukannya hanya dari pendapat para ahli sastra dan kritikus sastra saja, tetapi juga dapat melihat penilaian cerpen RSK ini berdasarkan pendapat pembaca yang bukan merupakan pembaca ahli. 30 Ibid., intisari dari bacaan beberapa halaman pada buku tersebut.