Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra Indonesia

lampiran 1. Pada RPP tersebut pembahasan mengenai cerpen terdapat pada SK Standar Kompetensi yang keenam yaitu membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi. Dari SK tersebut dibagi dalam dua KD Kompetensi Dasar yaitu: 1. Mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek melalui kegiatan diskusi. Dalam menemukan hal-hal menarik pada cerpen tersebut, siswa dituntut untuk dapat menentukan salah satunya yaitu unsur- unsur intrinsik. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, siswa yang diposisikan sebagai remaja harus dapat membaca dengan cermat cerpen tersebut kemudian memberikan respons dengan cara mengungkapkan unsur-unsur intrinsik cerpen dalam hal ini adalah cerpen RSK karya A.A Navis. 2. Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi. Dalam hal ini siswa dituntut untuk dapat menemukan nilai-nilai yang terdapat pada cerpen kemudian membandingkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika dikaitkan dengan penelitian ini maka siswa yang diposisikan sebagai pembaca remaja harus dapat memberikan respons berupa pengamatan terhadap cerpen yang dibacanya kemudian mengemukakan nilai-nilai serta kaitannya dengan cerpen dalam hal ini cerpen RSKdalam kehidupan sehari- hari. Pendekatan utama yang selama bertahun-tahun digunakan untuk mendidik siswa adalah pendekatan interaksi langsung direct instruction approach, yaitu suatu pendekatan yang berpusat pada guru, di mana guru yang mengarahkan dan mengendalikan, menguasai keterampilan akademis, memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswa, serta memaksimalkan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar. Sampai sekarang pendekatan ini masih ditekankan di banyak sekolah. Pada tahun 1990-an, keinginan untuk melakukan reformasi sekolah difokuskan pada pendekatan konstruktif. Pendekatan konstruktif kognitif cognitive constructivistapproach menekankan upaya aktif dari anak untuk mengkonstruksi dan memahami pengetahuannya yang dilakukan secara kognitif. Guru berperan dalam mendukung siswa ketika mereka melakukan eksplorasi dan berusaha memahami dunianya. Teori Piaget yang merupakan teori perkembangan utama berkaitan dengan pendekatan konstruktif kognitif. Pendekatan konstruktif sosial social construktivist approach berfokus pada pentingnya kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman. Implikasinya adalah bahwa guru sebaiknya memberikan banyak kesempatan kepada para siswa untuk belajar bersama guru dan kawan-kawan sebaya dalam menyusun pemahaman. Teori Vygotsky merupakan teori pengembangan utama yang berperan sebagi landasan dari pendekatan kostruktif sosial. 36 36 John W. Santrock, Remaja. Jakarta: Erlangga, 2007, hlm. 101.

BAB III BIOGRAFI DAN SINOPSIS

A. Biografi A.A Navis Nama lengkapnya adalah Ali Akbar Navis, tetapi sepanjang karirnya ia lebih dikenal dengan namanya yang lebih simpel A.A Navis. A.A Navis lahir pada 17 November 1924 di Padang Panjang, Sumatra Barat. 37 Putera dari St. Marajo Sawiyah merupakan anak sulung dari lima belas bersaudara 38 . Kesenangan A.A. Navis terhadap sastra dimulai dari rumah. Pada saat itu, orang tuanya berlangganan majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat. Kedua majalah itu sama-sama memuat cerita pendek dan cerita bersambung di setiap edisinya. A.A Navis selalu membaca cerita-cerita itu dan lama kelamaan ia pun mulai menggemarinya. Ayahnya mengetahui dan mau mengerti akan kegemaran A.A Navis itu. Ayahnya pun lalu memberikan uang agar Navis bisa membeli buku-buku bacaan kegemarannya. Itulah modal awal A.A Navis untuk menekuni dunia karang-mengarang di kemudian hari. A.A Navis memulai pendidikan formalnya dengan memasuki sekolah Indonesisch Nederiandsch School INS di daerah Kayutanam selama 11 tahun. Kebetulan jarak antara rumah dan sekolah A.A Navis cukup jauh. Perjalanan panjang yang ditempuhnya setiap hari itulah yang kemudian dimanfaatkannya untuk membaca buku-buku sastra yang dibelinya itu. Selama sekolah di INS, selain mendapat pelajaran utama, A.A Navis juga mendapat pelajaran kesenian dan berbagai keterampilan. Pendidikan A.A Navis secara formal hanya sampai di INS, selanjtunya ia belajar secara otodidak. Akan 37 A.A Navis, Robohnya Surau Kami Jakarta: Gramedia, 2010, hlm. 139. 38 Sman 1 praya timur, “Biografi A.A Navis,” artikel diakses pada 26 September 2011. http:sman1prayatimur.blogspot.com201109biografi-aa-navis.html 34 tetapi, kegemarannya membaca buku bukan hanya buku sastra, juga berbagai ilmu pengetahuan lain memungkinkan intelektualnya berkembang. Bahkan, terlihat agak menonjol dari teman-teman seusianya. Dasar-dasar kesenian A.A Navis boleh jadi diperoleh dari perguruan INS Kayutanam yang ditamatkan pada tahun 1943. Selebihnya ialah pergulatan pribadi yang tak henti-hentinya untuk menguasai dan menekuninya. Maka menjadilah A.A Navis seorang seniman komplet: pelukis, pematung, pemusik, penulis dan sastrawan andal. Kepada semuanya ini patut ditambahkan perannya sebagai wakil rakyat ketika ia duduk sebagai anggota DPRD Tk. I Sumatera Barat di bawah panji-panji Golongan Karya. 39 Pada tahun 1958 terjadi pemberontakan PRRI Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia. Pemberontakan ini berakhir pada akhir tahun 1961. Sejak berakhirnya pemberontakan itu, kita dapat melihat tugu-tugu pembebasan. Namun tugu-tugu tersebut sudah diruntuhkan semasa gubernur Drs. Harun Zain. Barangkali “karya” besar A.A Navis untuk masyarakat Minang ada hubungannya dengan runtuhnya tugu-tugu tersebut. Saat A.A Navis menjadi anggota DPRD Tk. I Sumatera Barat, ia termasuk salah seorang yang diam-diam mendesak gubernur dan eksekutif lainnya agar tugu-tugu pembebasan itu dihancurkan. Langkah tersebut diambil karena ia melihat kehadiran tugu-tugu tersebut akan memperpanjang trauma masyarakat Minang. Dalam hidupnya, A.A Navis pernah menjadi guru. Belakangan ia bahkan mengajar di perguruan tinggi dalam mata kuliah sosiologi Minagkabau. Kiprahnya di bidang pendidikan ini rupanya tidak pernah dilepaskannya. A.A Navis tercatat sebagai salah satu pengurus inti badan yang mengelola perguruan tinggi INS Kayutanam, yang merupakan almamaternya. Menurut usianya, A.A Navis itu sebenarnya lebih tepat digolongkan kepada angkatan ‘45, tetapi ia baru muncul dalam gelanggang sastra Indonesia 39 Soewardi Idris “A.A Navis dan Cerpen Dunia Akhirat”, Otobiografi A.A. Navis. Ed. Abrar Yusra Pustaka Utama, 2008, hlm. 385.