Prosedur Penelitian Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

b. Reduksi Data Setelah melakukan pembacaan data, hal selanjutnya yang dilakukan adalah reduksi data. Reduksi data adalah melakukan pemilihan dan pemusatan data. Untuk penelitian ini data dipusatkan untuk memilih subjek penelitian yaitu pembaca remaja yang akan memberikan respons terhadap cerpen RSK karya A.A Navis. Selanjutnya data dipusatkan pada catatan tertulis berupa angket mengenai cerpen RSK yang akan diberikan kepada subjek penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Jenis Sastra

Pada umumnya pembaca telah mengenal istilah sastra serius dengan sastra populer. Sastra serius merupakan sastra yang mengahadirkan kebaharuan dan keaslian sedangkan sastra populer tidak menghadirkan hal tersebut. Selain itu, sastra serius memiliki mutu yang baik karena dibuat bukan untuk mencari keuntungan tetapi untuk mengahdirkan sesuatu hal misalnya protes sosial. Menurut Jacob Somardjo, sastra populer yang berkonotasi hiburan dan barang dagangan sudah tumbuh di Indonesia sejak masa jaya Balai Pustaka tahun 1920-an bahkan beberapa puluhan tahun sebelumnya yaitu dalam tradisi sastra Melayu rendah dan sastra Melayu Cina. Pada masa jaya balai Pustaka tahun 1930- an, sastra populer itu disebut juga sastra picisan. 7 Sumardjo pun mengatakan ketika dekade 1970-an novel populer masa itu meletakan dasar adanya bacaan populer berbobot yang tidak mengejar faktor pencarian, pembaharuan dan keaslian seperti dikejar oleh kesusastraan. Hanya masih terbatar pada jenis romance yang serba manis, sedangkan jenis populer yang lain seperti detektif, misteri, atau sejarah belum berkembang. 8 Pada akhirnya sastra populer makin tidak terbendung lagi pada tahun 1980-an hingga sekarang. Berlimpahannya sastra populer itu akhirnya mengaburkan batasnya dengan sastra serius yang telah memiliki jalur sendiri. 7 Yudiono K.S., Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, Grasindo: Jakarta, 2007, hlm. 223. 8 Ibid., hlm. 226. 14

B. Cerpen

Cerpen merupakan bagian dari prosa rekaan. Prosa rekaan sendiri bisa dibedakan atas prosa lama dan prosa modern. Prosa lama sering berwujud cerita rakyat folktale. Bentuk prosa rekaan modern bisa dibedakan atas roman, novel, novelet dan cerpen. 9 Cerpen atau cerita pendek adalah rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antaratokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Peristiwa dalam cerita berwujud hubungan antartokoh, tempat, dan waktu yang membentuk satu kesatuan. Sama hakikatnya dengan kehidupan nyata, sebuah peristiwa terjadi karena kesatuan manusia, tempat, dan waktu. Dari kesatuan itulah peristiwa terbentuk. 10 Cerpen selalu menampilkan diri yang demikian. Bedanya, peristiwa dalam kenyataan bersifat persepsional-komunal, sedangkan peristiwa dalam cerita berisifat imajinasi-individual. 11 Dalam cerpen, peristiwa dideskripsikan dengan kata-kata sebagai perasaan imajinasi pengarang terhadap suatu peristiwa yang dibayangkannya. Oleh karena itu, jika puisi kekuatan utamanya pada diksi, kalimat, dan tipografi maka pada cerita terdapat pada deskripsi peristiwa yang baik, yang merupakan perpaduan antara tokoh, latar, dan alur. Rangkain peristiwa itulah yang kemudian membentuk genre cerpen sehingga baik-buruknyasuatu cerpen ditentukan oleh penggambaran-penggambaran peristiwa yang dilukiskan oleh pengarangnya. Seperti pernah disebutkan oleh Edgar Alan Poe, salah satu ciri khas cerita pendek adalah ia biasanya akan terbaca habis hanya dalam sekali duduk. 12 Cerpen cenderung membatasi diri pada rentang waktu yang pendek, ketimbang menunjukkan adanya perkembangan dan kematangan watak pada diri tokoh. 9 Ibid., hlm. 140. 10 Kurniawan dan Sutardi, Penulisan Sastra Kreatif, hlm. 59. 11 Ibid., hlm. 59. 12 Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 33.