Saksi Thalaq THALAQ DI LUAR PENGADILAN

 B  pq † Br0 ‡ 5. H ˆ] [. …W ]- ,E t G …W ]-B ,E D ]_ G D ]2M} ‰ { Š BH •D D ]W0 ‡ `5. 9 D 5 Qy ”W` 5 :} ]q €M Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. An-Nisa [4]: 35.

B. Saksi Thalaq

Sebagaimana yang telah diatur dalam UU Perkawinan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah Pengadilan Agama tidak berhasil menasehati kedua belah pihak dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan thalaq serta yang bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam rumah tangga, kemudian pengadilan Agama menjatuhkan keputusannya tentang izin bagi suami untuk mengikrarkan thalaq. Terkait dengan persoalan thalaq yang mengharuskan kepengadilan mempunyai implikasi adanya saksi dalam thalaq yaitu “pengadilan”, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 16 PP No 9 Tahun 1975 Pengadilan hanya memutuskan untuk mengadakan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian yang dimaksud dalam Pasal 14 apabila memang terdapat alasan-alasan seperti yang dimaksud dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah ini, dan Pengadilan berpendapat bahwa antara suami isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Mengenai hal ini golongan ahli fiqh yang dahulu maupun yang kemudian berpendapat bahwa thalaq sah tanpa di persaksikan dihadapan orang lain. Sebab thalaq adalah termasuk hak suami. Ia tidak memerlukan kepada bukti untuk menggunakan haknya ini. Dan tidak ada keterangan dari Nabi maupun para shahabatnya yang menunjukkan adanya keperluan saksi dalam menjatuhkan thalaq, 69 tetapi ahli fiqh golongan Syi’ah Imamiyah berlainan dengan pendapat diatas. Meraka berkata: mempersaksikan thalaq itu menjadi syarat sahnya thalaq. Alasan mereka yaitu firman Allah dalam surah At-Thalaq [65] 2 ; q,  5. +, _ ]s +, GHCp 3 } ]W .  +, GH Qd } ]W . 20¢ B ¥B ; -—25 C:E H W`Q B ]2 ]_©Œ •D u [I\ j ; I 5H t- . ,5 5 Qy ®K   kD . ¯[HBh B M}pq] u ,5 B ¢Y5 D Z] _ g x D Q‰,5}  Artinya: Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. QS. At-Thalaq [65] 2 69 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 33 Perintah untuk membuat persaksian ini, dikemukakan sesudah pembicaraan tentang thalaq dan kebolehan ruju’. Maka yang tepat adalah bahwa persaksian itu dimaksudkan bagi thalaq. Disebutnya persaksian sebagai alasan dapat memberi nasehat bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Sebab, tampilnya para saksi yang adil tidak akan bisa dilepaskan dari pemberian nasehat yang baik yang ditujukan kepada suami istri, yang bisa menjadi jalan keluar dalam persoalan thalaq yang amat dibenci Allah itu. 70 Dalam kalangan sahabat yang berpendapat dalam mempersaksikan thalaq hukumnya wajib dan merupakan syarat sahnya thalaq, adalah: Ali bin Abi Thalib Imran bin Khusain, dan kalangan tabi’in: Muhammad Al-Baqir, Ja’far Shadiq, dan anak-anak mereka dari tokoh-tokoh kelurga Rasulullah, Atha’, Ibnu Jurait dan Ibnu Sirin. 71

C. Analisis Penulis