Pengertian dan Macam-Macam Thalaq

BAB II SEKILAS TENTANG THALAQ

A. Pengertian dan Macam-Macam Thalaq

1. Pengertian Thalaq Kata “thalaq” secara harfiyah berarti “membuka ikatan” atau “membatalkan perjanjian” 16 jika kita hubungkan dengan putusnya perkawinan antara suami dan istri, berarti mereka telah membuka ikatan yang pernah mengikat mereka berdua, yaitu perkawinan atau mereka telah membatalkan perjanjian yang pernah mereka janjikan dalam suatu perkawinan. Sedangkan secara terminologis ulama-ulama fiqh memberikan rumusan yang berbeda–beda tapi esensinya sama. Seperti halnya Abi Yahya Zakariya al-Anshari dalam kitabnya Fathu al-Wahhab merumuskan: 17 ﻥ ;- 1 23 4=+ Artinya: “Melepaskan ikatan perkawinan dengan lafadz thalaq dan sepadannya” Imam Taqiyuddin dalam kitabnya Kifayatu al-Akhyar merumuskan: 18 1 23 4 , ﺱ Artinya: “Nama untuk tindakan melepaskan ikatan perkawinan” 16 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997 edisi II 17 Abi Yahya Zakariya Al-Anshari, Fathu al-Wahhab bi Syarhi Minhaju at-Thullab, Beirut, Juz II, h. 72 18 Taqiyuddin Abi Bakr Bin Muhammad Husaini, Kifayatu al-Akhyar, Beirut, Juz, II, h. 84 Dari rumusan yang di kemukakan Abi Yahya Zakariya al-Anshari dan Imam Takiyuddin yang mewakili definisi yang diberikan kitab-kitab fiqh terdapat tiga kata kunci yang menunjukkan hakikat dari perceraian: Pertama : kata “melepaskan” mengandung arti bahwa thalaq itu melepaskan sesuatu yang selama ini telah terikat, yaitu ikatan perkawinan. Kedua : kata “ikatan perkawinan” yang mengandung arti bahwa thalaq itu mengakhiri hubungan perkawinan yang terjadi selama ini. Bila ikatan perkawinan itu memperbolehkan hubungan antara suami dan istri, maka dengan telah dibuka ikatan itu status suami dan istri kembali kepada keadaan semula, yaitu haram. Ketiga : dengan kata tha-la-qa dan sepadanya yang sama maksudnya dengan itu mengandung arti bahwa putusnya perkawinan itu melalui suatu ucapan dan ucapan yang digunakan itu adalah thalaq atau semaksud dengan itu, bila tidak dengan ucapan tersebut maka putus dengan kematian. Dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, tidak dikenal adanya istilah thalaq, tapi dikenal dengan istilah yang disebut “putusnya perkawinan ”. Undang-undang No 1 Tahun 1974 ini tidak menganal istalah thalaq, karena Undang-undang ini masih terinterpensi dengan hukum barat Burgerlijk Wetboek yang desubut dengan BW. Berbeda dengan KHI yang masih memakai istilah thalaq dalam urusan perceraian walaupun di permulaan Bab, yaitu Bab XVI masih menggunakan istilah “putusnya perkawinan, karena KHI tidak sepenuhnya mengadopsi dari kitab-kitab fiqh bahkan masih mengadopsi dari Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Di dalam KHI thalaq diartikan sebagai ikrar sumi sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 117 Thalaq adalah ikrar suami di depan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130 dan 131. 2. Macam-Macam Thalaq Thalaq itu dapat dibagi-bagi dengan melihat kepada beberapa keadaan. Dengan melihat kepada keadaan istri waktu thalaq itu diucapkan oleh suami, thalaq itu ada dua macam: 19 a. Thalaq Sunni Abdurrahman Bin Muhammad Awad al-Jaziri dalam kitabnya al-Fiqhu Ala al-Mazdahib al-Arba’ah mengatakan: 20 8ﻡ 48 8ﻡ ﻡ? A ﻡ Artinya: “Thalaq yang sudah ditentukan zaman dan bilangannya” Yang dimaksud thalaq sunni adalah thalaq yang dijatuhkan suami yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Yaitu seorang suami men-thalaq istrinya yang 19 Amir Syarifuddin, hukum perkawinan islam di Indonesia: antara fiqih munakahat dan undang-undang perkawinan, Jakarta: Kencana, 2006, cet,I, h. 217 20 Abdurrahman Bin Muhammad Awad Al-Jaziri, al-Fiqhu Ala al-Mazahibil al-Arba’ah, Darul Ibnu al-Haitsam, 1360-1299 Hijriyah,h. 974 pernah dicampurinya dengan sekali thalaq di masa bersih dan belum ia sentuh kembali semasa bersihnya. 21 Sebagaimana firman Allah dalam Surah At-Thalaq 65 ayat 1. 012 34 5 6789: ; = 4  BCD EF +, GHI0 JK0M+2 …… Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya yang wajar 22 ……………..” QS. Al-Thalaq 65 : ayat 1 Dalam UUP No 1 Tahun 1974 tidak menjelaskan tentang thalaq sunni, akan tetapi dalam KHI Pasal 121 menjelasankan, “Thalaq sunny adalah thalaq yang dibolehkan yaitu thalaq yang dijatuhkan terhadap isteri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut”. b. Thalaq Bid’iy Abdurrahman Bin Muhammad Awad al-Jaziri dalam kitabnya al-Fiqhu Ala al-Mazdahib al-Arba’ah mengatakan: 23 5=-B C DE ﻥ C D F 5=-B GH Artinya: “Ketika menthalaq istri dalam keadaan haid atau nifas atau thalaq tiga” 21 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Alih Bahasa: Mohammad Thalib Bandung: PT Alma’arif, 1980, jilid, 8, h. 42 22 Maksudnya: isteri-isteri itu hendaklah ditalak diwaktu suci sebelum dicampuri. tentang masa iddah Lihat surat Al Baqarah ayat 228, 234 dan surat Ath Thalaaq ayat 4. 23 Al-Jaziri, al-Fiqhu, h. 975 Yang dimaksud dengan thalaq bid’iy adalah thalaq yang dijatuhkan suami dengan menyalahi aturan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Yaitu seorang suami yang men- thalaq istrinya dalam keadaan haid atau dalam keadaan nifas dan dalam keadaan suci tapi digauli oleh suami dalam keadaan sucinya atau men-thalaq tiga kali dengan sekali ucapan atau dengan secara terpisah-pisah 24 sebagaimana Hadits riwayat Nasa’i, Muslim dan Ibnu Majah. 25 7ی A I - J3- + K G LA D7= - M D F C ﻡ N-B D + =A -ﺱ -+ I ﻡ O 5B G 5=- ی 58 -A ﻡ 9 ﻡ - ﻡ E 3 Artinya: Dalam sebuah riwayat dikatakan: bahwa Ibnu Umar men-thalaq salah seorang istrinya di masa haid dengan sekali thalaq. Lalu Umar menyampaikan hal itu kepada Nabi SAW. Maka beliu bersabda: suruhlah ia merujuknya, kemudian bolehlah ia menthalaqnya jika telah suci atau ketika ia hamil HR. Nasa’i, Muslim, Ibnu Majah dan Abu Daud. Tentang thalaq bid’i ini dapat pula ditemukan dalam KHI Pasal 122 sebagai berikut: “Thalaq bid`i adalah thalaq yang dilarang, yaitu thalaq yang dijatuhkan pada waktu isteri dalam keadaan haid, atau isteri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci tersebut”. Dengan melihat kepada kemungkinan bolehnya si-suami kembali kepada mantan istrinya, thalaq itu ada dua macam: 26 1. Thalaq Raj’iy 24 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 45 25 Al-Hafidz Bin Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram, Surabaya: Toko Kitab al-Hidayah, 773 Hijriayah, h. 223 26 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam, h. 220 Thalaq yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya yang telah dikumpulinya betul-betul yang ia jatuhkan bukan sebagai ganti rugi dari mahar yang dikembalikannya dan sebelumnya belum pernah ia menjatuhkan thalaq kepadanya sama sekali atau baru sekali saja. Di sini tidak berbeda antara thalaq yang dinyatakan dengan terusterang dan sindiran. 27 Dasar dari hukum ini adalah firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah 2 ayat 229:   + , - . Artinya: “Thalaq yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik” QS. al-Baqarah 2 : ayat 229 Maksudnya thalaq yang ditetapkan Allah sekali sesudah sekali. Dan suami berhak merujuk istrinya dengan baik sesudah thalaq pertama, dan begitu pula ia masih berhak merujuknya dengan baik sesudah thalaq kedua kalinya. 28 Dalam UUP No 1 Tahun 1974 tidak ditemukan penjelasan tentang thalaq raj’i, akan tetapi dalam KHI Pasal 118 dijelaskan sebagai berikut: “Thalaq Raj`i adalah thalaq kesatu atau kedua, dimana suami berhak rujuk selama isteri dalam masa iddah”. 2. Thalaq Ba’in 27 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 60 28 Ibid., h. 60 Yaitu thalaq yang ketiga kalinya, thalaq sebelum istri dikumpuli, dan thalaq dengan tebusan oleh istri kepada suaminya. 29 Dalam Bidayatu al-Mujtahid Ibnu Rusyd berkata: Para ulama sepakat, thalaq ba’in hanya terjadi dalam thalaq sebelum disetubuhi sebelumnya tidak pernah di-thalaq, Mereka sepakat bahwa bilangan thalaq yang merupakan thalaq ba’in yaitu tiga kali thalaq dilakukan laki-laki merdeka sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al-Baqarah 2 ayat 229: Artinya: “Thalaq yang dapat dirujuki dua kali” QS. al-Baqarah 2 ayat 229 Kemudian mereka berbeda pendapat tentang thalaq tiga yang hanya diucapkan sekali, bukan kejadiannya yang tiga kali. 30 Thalaq Ba’in ini terbagi pula kepada dua macam: 31 a. Ba’in Sughra, ialah thalaq yang suami tidak boleh ruju’ kepada mantan istrinya, tetapi ia dapat kawin lagi dengan nikah baru tanpa melalui muhallil. Yang termasuk ba’in sughra itu adalah sebagai berikut: Pertama : Thalaq yang dilakukan sebelum istri digauli oleh suami. Thalaq dalam bentuk ini tidak memerlukan iddah. Oleh karena itu, maka tidak ada 29 Ibid., h. 68 30 Abdurrahman. Haris Abdullah, Terjemah Bidayatul Mujtahid, Semarang: CV. Asy Syifa, 1990, cet, I, h. 478-480 31 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam, h. 221-222 kesempatan untuk ruju’, sebab ruju’ hanya dilakukan dalam masa iddah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Ahzab 33 ayat 49: 012 34 5 5OPQ D RH:5 BC ; = 5U V F  W X +, GH WY 4  , Z[\ Q JK GH ]W ]W [C +, _ ` 5a , b+2 05c d25 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya QS. al-Ahzab 33 ayat 49 Kedua : Thalaq yang dilakukan dengan cara tebusan dari pihak istri atau yang disebut khulu’. Hal ini dapat dipahami dari isyarat firman Allah dalam surah Al- Baqarah 2 ayat 229:   + , - . efB dZ5 g [I\ Ch i 3 D +W +, GH W BC jk h lf D g mf ]W`7 ]` 2- kD  nCo pq mf Brh7 ]` 2 kD e ]] Fs ]W0[ 5 Brh ]25Y t- . ] ` 2 kD e ]G 25Y u ,5 B +2] 5Y5 ]` 2 kD ]v4 3 w3  G 5 Hr I Artinya: “Thalaq yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum- hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. 32 Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. QS. al-Baqarah ayat 229 Ketiga : Perceraian melalui putusan hakim di pengadilan atau yang disebut fasakh. b. Ba’in Kubra, yaitu tidak memungkinkan suami ruju’ kepada mantan istrinya. Dia hanya boleh kembali kepada istrinya setelah istrinya itu kawin dengan laki-laki lain dan bercerai pula dengan laki-laki itu dan habis masa iddahnya. Yang termasuk thalaq ba’in kubra adalah sebagai berikut: Pertama : Istri yang telah di-thalaq tiga kali, atau thalaq tiga. Thalaq tiga dalam pengertian thalaq ba’in itu yang disepakati oleh ulama adalah thalaq tiga yang diucapkan secara terpisah dalam kesempatan yang berbeda antara satu dengan lainnya diselingi oleh masa iddah. Termasukny thalaq tiga itu ke dalam kelompok ba’in kubra itu adalah sebagaimana yang dikatakan Allah dalam surah Al-Baqarah 2 ayat 230: ]_ 4  e dZ5 x D y, 2 5. u6zn]- ]pF Q{, ]| x B[}~ ]_ 4  e ]] B:s D ]W0[ 5a D ] ]s B5•5 Artinya: “Kemudian jika si suami mentalaknya sesudah Talak yang kedua, Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi 32 Ayat Inilah yang menjadi dasar hukum khulu dan penerimaan iwadh. Kulu Yaitu permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran yang disebut iwadh keduanya bekas suami pertama dan isteri untuk kawin kembali. QS. al-Baqarah ayat 230 Kedua : Istri yang bercerai dari suaminya melalui proses li’an. Berbeda dengan bentuk pertama mantan istri yang di-li’an itu tidak boleh sama sekali dinikahi, meskipun sesudah diselingi oleh adanya muhallil, menurut jumhur ulama. Penjelasan thalaq ba’in dapat pula ditemukan dalam KHI Pasal 119 dan 120 sebagai berikut: Pasal 119 KHI 1. Thalaq Ba`in Shughraa adalah thalaq yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah. 2. Thalaq Ba`in Shughraa sebagaimana tersebut pada ayat 1 adalah : a. thalaq yang terjadi qabla al dukhul; b. thalaq dengan tebusan atahu khuluk; c. thalaq yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama. Pasal 120 KHI Thalaq Ba`in Kubraa adalah thalaq yang terjadi untuk ketiga kalinya. Thalaq jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas isteri, menikah degan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba`da al dukhul dan hadis masa iddahnya. Thalaq ditinjau dari segi ucapan yang digunakan terbagi kepada dua macam, yaitu: 33 33 Amir Syarifuddin, , Hukum Perkawinan Islam, h. 225 1. Thalaq Tanjiz, yaitu thalaq yang dijatuhkan suami dengan menggunakan ucapan langsung, tanpa dikaitkan kepada waktu, baik menggunakan ucapan sharih atau kinayah. Dalam bentuk ini thalaq terlaksana segera setelah suami mengucapkan ucapan thalaq tersebut. 2. Thalaq Ta’liq, yaitu thalaq yang dijatuhkan suami dengan menggunakan ucapan yang pelaksanaannya di gantungkan kepada sesuatu yang terjadi kemudian, baik menggunakan lafaz sharih atau kinayah. Seperti ucapan suami: “bila ayahmu pulang dari luar negeri engkau saya thalaq”. Thalaq seperti ini baru terlaksana secara efektif setelah syarat yang digantungkan terjadi. Thalaq Ta’liq ini berbeda dengan taklik thalaq yang berlaku di beberapa tempat yang diucapkan oleh suami segera setelah ijab qabul dilaksanakan. Taklik thalaq itu adalah sebentuk perjanjian dalam perkawinan yang di dalamnya disebutkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suami. Jika tidak memenuhinya, maka si istri yang tidak rela dengan itu dapat mengajukannya ke pengadilan sebagai alasan untuk perceraian. Thalaq dari segi siapa yang secara langsung mengucapkan thalaq itu dibagi kepada dua macam: 34 1. Thalaq Mubasyir, yaitu thalaq yang langsung diucapkan sendiri oleh suami yang menjatuhkan thalaq, tanpa melalui perantara atau wakil. 34 Ibid., h. 226 2. Thalaq Tawakil, yaitu thalaq yang pengucapannya tidak dilakukan sendiri oleh suami, tetapi dilakukan oleh orang lain atas nama suami. Bila thalaq itu diwakilkan pengucapannya oleh suami kepada istrinya, seperti ucapan suami: “saya serahkan kepadamu untuk men-thalaq dirimu”, secara khusus disebut thalaq tafwidh melimpahkan.

B. Rukun dan Syarat-syarta Thalaq