2. Thalaq Tawakil, yaitu thalaq yang pengucapannya tidak dilakukan sendiri oleh suami, tetapi dilakukan oleh orang lain atas nama suami. Bila thalaq itu
diwakilkan pengucapannya oleh suami kepada istrinya, seperti ucapan suami: “saya serahkan kepadamu untuk men-thalaq dirimu”, secara khusus disebut
thalaq tafwidh melimpahkan.
B. Rukun dan Syarat-syarta Thalaq
Rukun dan syarta thalaq ialah unsur pokok yang harus ada dalam thalaq dan
terwujudnya thalaq tergantung ada dan lengkapnya unsur-unsur dimaksud, rukun thalaq
ada empat sebagai berikut:
35
1. Suami
Yang memiliki hak thalaq dan yang berhak menjatuhkanya, selain suami tidak berhak menjatuhkannya oleh karena thalaq itu bersifat menghilangkan ikatan
perkawinan, maka thalaq tidak mungkin terwujud kecuali setelah nyata adanya akad perkawinan yang sah.
Abu Ya’la dan al-Hakim meriwayatkan Hadist dari Jibril bahwa Rasulullah SAW bersabda:
K-ﻡ 48 P NQ+P 1 2ﻥ 48 P BP
36
9
-8ی
35
Al-Jaziri, Al-Fiqhu, h. 968
36
Al-Asqalani, Bulughul Maram, h. 227
Artinya; Tidak ada thalaq kecuali setelah akad perkawinan dan tidak ada pemerdekaan kecuali setelah ada pemilikan
. HR. abu Ya’la dan al-Hakim
Untuk sahnya thalaq, suami yang menjatuhkan thalaq di syaratkan: a. Berakal. Suami yang gila tidak sah menjatuhkan thalaq yang dimaksud
dengan gila dalam hal ini adalah hilang akal atau rusak akal karena sakit, termasuk kedalamnya sakit pitan, hilang akal karena sakit panas atau sakit
ingatan karena rusak syaraf otaknya. b. Baligh. Tidak dapat jatuh thalaq yang dinyatakan oleh orang yang belum
dewasa. Dalam hal ini ulama Hanabila mengataka bahwa thalaq oleh anak yang sudah mumayyiz kendati umur anak itu kurang dari sepuluh tahun
asalkan ia telah mengenal arti thalaq dan mengetahui arti akibatnya, thalaq- nya dipandang jatuh.
c. Atas kemauan sendiri. Yang dimaksud atas kemauan sendiri disini ialah adanya kehendak pada diri suami untuk menjutuhkan thalaq itu dan
dijatuhkan atas pilihan sendiri, bukan dipaksa orang lain. 2. Istri.
Masing-masing suami berhak menjatuhkan thalaq terhadap istri sendiri. Tidak dipandang jatuh thalaq yang dijatuhkan terhadap istri orang lain. Untuk sahnya
thalaq , bagi istri yang di-thalaq disyaratkan sebagai berikut:
a. Istri itu masih tetap berada dalam perlindungan kekuasaan suami. Istri yang menjalani masa iddah thalaq raj’i dari suaminya oleh hukum islam dipandang
masih berada dalam perlindungan kakuasaan suami. Bila dalam masa itu suami menjatuhkan thalaq lagi, dipandang jatuh thalaq-nya sehingga
menambah jumlah thalaq yang dijatuhkan dan mengurangi hak thalaq yang dimiliki suami. Dalam thalaq ba’in hal itu tidak terjadi, karena istri tidak lagi
dalam tanggungan suaminya. b. Kedudakan istri yang di-thalaq itu harus berdasarkan atas akad perkawinan
yang sah menurut syara. 3. Sighat Thalaq
Sighiat Thalaq ialah kata-kata yang diucapkan oleh suami terhadap istrinya
yang menunjukkan thalaq, baik itu sharih jelas maupun kinayah sindiran, baik berupa ucapan atau lisan, tulisan, isyarat bagi suami tuna wicara ataupun dengan
mewakilkan pada orang lain.
4. Qashdu Sengaja Qashdu ialah bahwa dengan ucapan thalaq itu memang dimaksudkan oleh
yang mengucapkannya untuk thalaq, bukan untuk maksud lain. Oleh karena itu, salah ucap yang tidak dimaksudkan untuk thalaq dipandang tidak jatuh thalaq, seperti
suami memberikan sebuah salak kepada istrinya, tapi ia keliru mengucapkannya
seperti: “ini sebuah thalaq untukmu”, seharusnya ia mengatakan: “ini sebuah salak untukmu”, maka tidak dipandang jatuh thalaq.
Berkenaan dengan rukun dan syarat thalaq Undang-undang tidak ada yang mengaturnya baik UUP No 1 Tahun 1974, PP No 9 Tahun 1975 dan UUPA No 7
Tahun 1989 ataupun KHI.
C. Redaksi sighat Thalaq