BAB III PROSES PERCERAIAN PERSPEKTIF FIQH, UU NO 11974 DAN KHI
A. Perspektif Fiqh
Ada beberapa hal yang bisa menjadi sebab putusnya perkawinan, dan hal ini sudah pernah dibahas ulama terdahulu di dalam lembaran kitab-kitab fiqh. Menurut
Imam Malik sebab-sebab putusnya perkawinan adalah thalaq, khulu’, khiyar atau fasakh, syiqaq, nusyuz, ila’ dan zihar.
Sedangkan Imam Syafi’i mengatakan sebab- sebab putusan perkawinan adalah thalaq, khulu’, fasakh, syiqaq, nusyuz, ila’, zihar
dan li’an .
40
Thalaq ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya
ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya kecuali suami kembali lagi pada mantan istrinya dan ini terjadi terhadap thalaq raj’i yaitu thalaq satu dan dua
sedangkan thalaq ba’in yaitu tiga dimana suami tidak bisa kembali lagi kecuali mantan istrinya sudah bersuami lagi kemudian cerai dengan suaminya barulah suami
yang pertam boleh kembali lagi pada mantan istrinya ba’in kubra atau dengan akad yang baru ba’in sughra.
40
Khairuddin Nasution, Status Wanita di Asea Tenggara: Studi Terhadap Perundang- Undangan Perkawinan Muslim Kontemporer Di Indonesia Dan Malaysiaya,
seri INIS XXXIX, Jakarta: 2002, h. 203
Khulu’ ialah penyerahan harta yang dilakukan oleh istri untuk menebus
dirinya dari ikatan suami.
41
Dasar hukumnya adalah firman Allah SWT surah Al- Baqarah 2 ayat 229 dan Hadits Nabi riwayat Bukhari dan Nasa’i dari Ibnu Abbas.
nCo pq
mf Brh7
]` 2
kD e
]] Fs
]W0[ 5
Brh ]25Y
- .
Artinya: “Jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya
42
QS. Al-Baqarah 2 : 229
R =A -ﺱ -+
- -
- ﺱ
ﺱ S T ,
R ﻡ RF I
ﺱ ی =A U ﺱP
A 2 32
یP N-V A -+ WQ+ ﻡ -ﺱ
-+ -
ﺱ R , X Q=ی4
-+ ی M I
8ﻥ 9
-ﺱ -+
- ﺱ
=A I
5=-B 7=ی4 J,
7= - M 9
3 Y ZJ
F
43
Artinya; Istri Tsabit bin Qais bin Syammas datang kepada Rasulullah SAW. sambil berkata: “hai Rasulullah saya tidak mencela akhlak dan agamanya, tetapi aku
tidak ingin mengingkari ajaran islam”. Maka jawab Rasulullah SAW.: “maukah kamu mengembalikan kebunnya tsabit, suaminya?” ia. “maka Rasulullah SAW
bersabda : “terimalah tsabit kebun itu dan thalaq ia satu kali.”
HR. Bukhari dan Nasa’i
Ketika istri ingin bercerai dengan suaminya dengan jalan khulu’ maka istri harus mengembalikan maskawin yang pernak diberikan suami kepadanya sebagai
tebusan atas dirinya dari ikatan suami.
41
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, alih bahasa Masykur A.B, Afif Muhammad Idrus Al-Khaff, Jakarta: lentera, 2007, cet, 6, h. 456. Lihat juga Muhammad Thalib
terjemahan Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq.
42
Ayat Inilah yang menjadi dasar hukum khulu dan penerimaan iwadh. Kulu Yaitu permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran yang disebut iwadh.
43
Al-Asqalani, Bulughul Maram, h. 228
Fasakh ialah batalnya perkawinan di sebabkan rusak atau tidak sahnya
perkawinan yang dilangsungkan karena tidak memenuhi salah satu syarat atau salah satu rukun perkawinan, atau sebab lain yang datang kemudian setelah akad
perkawinan yang membatalkan kelangsungannya perkawinan.
44
Contoh fasakh karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi dalam akad perkawinan: 1.
Setelah akad nikah ternyata istri adalah saudara sepersusuan. 2.
Suami-istri masih kecil diakadkan oleh selain ayah atau kakeknya, kemudian setelah dia dewasa ia berhak untuk meneruskan ikatan
perkawinannya dahulu itu atau mengakhirinya. Khiyar ini disebut khiyar balig. Jika yang dipilih mengakhiri ikatran suami istri, maka hal ini
disebut fasakh akad. Contoh fasakh karena hal-hal mendatang setelah akad:
Bila salah seorang dari suami-istri murtad dari islam dan tidak mau kembali sama sekali. Maka akadnya fasakh batal disebabkan kemurta-
dan yang terjadi belakangan. Pisahnya suami-istri akibat fasakh berbeda daripada thalaq, sebab thalaq ada
thalaq raj’i dan thalaq ba’in. selain itu, pisahnya suami-istri karena thalaq dapat
mengurangi bilangan thalaq. Adapun pisahnya suami-istri karena fasakh, maka hal ni tidak berarti mengurangi bilangan thalaq cukup dengan akad baru dan suami tetap
mempunyai kesempatan tiga kali thalaq.
44
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Alih Bahasa: Mohammad Thalib Bandung: PT Alma’arif , 1980, jilid, 8, h. 133
Syiqaq berarti perselisihan antara suami dan istri sehingga antara suami-istri
terjadi pertentangan pendapat dan pertengkaran yang menjadi dua pihak yang tidak mungkin dipertemukan dan kedua belah pihak tidak dapat mengatasinya. Kecuali
dengan hakam juru damai
45
sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa’ 4 ayat 35:
B
pq †
Br0 ‡ 5.
H ˆ] [. …W ]-
,E t
G …W ]-B
,E D
]_ G
D ]2M}
‰ {
Š BH •D
D ]W0 ‡ `5.
Artinya: dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam
46
dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. QS. An-Nisa’ 4 :
35
Ayat di atas mengisyaratkan untuk mengangkat hakim juru damai diantara suami-istri yang sedang berselisih, agar dapat perselisihan itu menemukan jalan yang
terbaik bagi keduanya. Nusyuz
bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk perintah, penyelewengan dan hal-hal
yang dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga
47
seperti istri tidak mau diajak
45
Ibid., 122
46
Hakam ialah juru pendamai.
47
Amiur Nuruddin. Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No 11974 sampai KHI,
Jakarta: Kencana, 2004, edisi I, h.209
ketempat tidur. Berkenaan dengan hal ini Allah memberikan tuntunan bagaimana mengatasi nusyuz istri yang terdapat dalam surah An-Nisa’ 4 ayat 43:
67n B
5 H JK G]|HIŒ •
JK GHŽI +, G }I•G
B • O
K‘ps e’]W
+, GH. B
[I\B:
e HC[
+,0[ 5
”h \]ƒ
Artinya: “wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
48
Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
49
QS. An-Nisa’ 4 : 43
Berangkat dari surah An-Nisa ayat 34 Al-Qur’an memberikan opsi sebagai berikut:
a. Istri diberi nasehat dengan cara yang ma’ruf agar ia segera sadar terhadap kekliruan yang diperbuat.
b. Pisah ranjang. Cara ini bermakna sebagai hukuman psikologis bagi istri dan dalam kesendiriannya tersebut ia dapat melakukan koreksi diri
terhadap kekliruannya. c. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, langkah berikutnya adalah memberi
hukuman fisik dengan cara memukulnya yang tidak membahayakan si istri.
48
Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
49
Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur
mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan
seterusnya.
Zhihar yang berarti “punggung” maksudnya: suami berkata kepada istrinya:
“engkau seperti punggung ibuku”. Dalam kitab Fathul Bari dikatakan: khusus disebut punggung saja dan bukan anggota badan lainnya, karena umumnya punggung tempat
tunggangan. Karena itu tempat tunggangan disebut punggung. Lalu perempuan kemudian diserupakan dengan punggung sebab ia jadi tunggangan laki-laki.
50
Dasar hukumnya adalah firman Allah dalam surah Al-Mujaadalah 58 ayat 2:
5OPQ D 5
} _ I
C: ,E
_•D •
9 JK G
_ ]_9 w
_Y ]_9 w mf
dk4 _5U2
B u
[09c B 5 HC
HIBh –}\F
q,E 7—[H
Fd |B
Artinya: “orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal Tiadalah isteri mereka itu ibu
mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar
dan dusta.
QS. Al-Mujadalah 58 : 2
Para ulama mazhab Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali sepakat bahwa, apabila seoarang laki-laki menziher istrinya, maka laki-laki itu tidak halal lagi
mencampuri istrinya sampai dia memerdekakan budak. Kalau dia tidak mampu, dia harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Kalau tidak mampu pula, maka dia harus
memberi makan enam puluh orang miskin.
51
dasar hukum yang mereka ambil ialah firman Allah dalam surah Al-Mujadalah ayat [58] 3-4:
50
Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 123
51
Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, h. 494
5OPQ D B
5 } _
I ,
[07˜D •
5 `H 5
]W HC
Q }M} 5Y
5 QBd ,E
Z[\ Q XƒD
]W55 u
[.C j ;
1™HŽI5H t- .
u •D
B ]W .
5 H ]W š} ]q
. ,]W
2p_ g
› Bhpœ
O P5}[• Ož] .
5Y5 ,
Z[\ Q XƒD
]W55 ,]W
‘ 5Y Ÿ
› ]
5Ož Ypƒ F:`p
u ]
j ; H: Y
kD .
t DH ƒBdB u
1 B
` 2
kD q,M}
B
h5 ~n‘
.
Artinya: “orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka wajib atasnya
memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan budak, Maka wajib atasnya berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang
tidak Kuasa wajiblah atasnya memberi Makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-
hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.
QS. Al- Mujadalah 58 : 3-4
Ila’ adalah sumpah seorang suami dengan nama Allah untuk tidak menggauli
istrinya.
52
Dasarnya adalah firman Allah dalam surah Al-Baqarah 2 ayat 226-227:
5OPQ Š
5 HC
, [ _•D
• 1.5}
] 5.[d }0¢
£CD 9
D ¤dHI~
’h- d .
B
H 5¥5 5
9 D
‘‘h¦ ’`
5a .
Artinya: “Kepada orang-orang yang meng-ilaa isterinya
53
diberi tangguh empat bulan lamanya. kemudian jika mereka kembali kepada isterinya, Maka
52
Ibd., h. 498
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka berazam bertetap hati untuk talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui. QS. Al-Baqarah 2 : 226-227
Seluruh mazahib sepakat bahwa, ila’ dipandang jatuh manakala suami bersumpah untuk tidak mencampuri istrinya seumur hidup, atau untuk masa lebih dari
empat bulan. Apabila suami mencampuri istri dalam waktu empat bulan itu sesudah ia bersumpah, maka dia harus membayar kafarat, dan hilanglah untuk melanjutkan
perkawinan.. Kafarat yang dimaksud adalah memberi makan sepuluh orang miskin, memberi pakian kepada mereka, atau memerdekakan budak, jika tidak bisa dia boleh
berpuasa selama tiga hari.
54
Li’an ialah sumpah yang diucapkan oleh suami ketika ia menuduh istrinya
berbuat zina dengan mendatangkan empat saksi atau bersumpah empat kali dengan nama Allah dan pada sumpah yang kelima ia mengucapkan bahwa ia akan dilaknat
oleh Allah kalau tuduhannya itu dusta, jika tidak bisa mendatangkan empat orang saksi.
55
sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nur 24 ayat 6-7:
5OPQ D B
5 H [}5 [ _]sjB
|
B ,C5
[§¨b £CD
]20I¢ lf
[ _Ž IU C]2 ]_5Œ
G25 ‘5.[d
©j]2 B• kD
. J
x-4U q,W
1ªžQ2 Xœ .
W «
B
53
Meng-ilaa isteri Maksudnya: bersumpah tidak akan mencampuri isteri. dengan sumpah ini seorang wanita menderita, karena tidak disetubuhi dan tidak pula diceraikan. dengan turunnya ayat ini,
Maka suami setelah 4 bulan harus memilih antara kembali menyetubuhi isterinya lagi dengan membayar kafarat sumpah atau menceraikan.
54
Ibib., h. 498-499
55
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Alih Bahasa: Mohammad Thalib, h. 135
9 VB:
kD - h
5 5 Qy
q, 5Ož .7h
.
Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina, Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian
orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar. Dan sumpah yang kelima: bahwa lanat Allah
atasnya, jika Dia Termasuk orang-orang yang berdusta
56
QS. An-Nur 24 : 6-7
B. Perspektif UU No 1 Tahun 1974