seperti: “ini sebuah thalaq untukmu”, seharusnya ia mengatakan: “ini sebuah salak untukmu”, maka tidak dipandang jatuh thalaq.
Berkenaan dengan rukun dan syarat thalaq Undang-undang tidak ada yang mengaturnya baik UUP No 1 Tahun 1974, PP No 9 Tahun 1975 dan UUPA No 7
Tahun 1989 ataupun KHI.
C. Redaksi sighat Thalaq
Sighat thalaq menjadi pembicaraan luas kalangan ulama dalam hal ucapan
thalaq . Dari segi ucapan thalaq ulama membaginya menjadi dua, yaitu:
1. Lafaz Sharih, yaitu ucapan yang secara jelas digunakan untuk ucapan thalaq.
2. Lafaz Kinayah, yaitu ucapan sindirin untuk menceraikan istri.
Ulama sepakat ucapan thalaq yang mengandung lafaz sharih tidak perlu diiringi dengan niat, artinya dengan telah keluar ucapan itu jatuhlah thalaq meskipun
dia tidak meniatkan apa-apa atau meniatkan yang lain dari thalaq dengan syarat orang yang mengucapkan apa yang diucapkan mengerti dengan ucapan itu. Bila ucapan itu
menggunakan lafaz kinayah disyaratkan adanya niat dalam arti bila tidak disertai dengan niat tidak terjadi thalaq.
Ulama berbeda pendapat dalam menetapkan lafaz-lafaz mana yang sharih dan lafaz-lafaz yang termasuk kinayah. Menurut ulama Syafi’iyah yang termasuk lafaz
sarih itu ada tiga, yaitu:
1 ﺱ D A D
B
atau yang berakar kepada tiga kata tersebut. Alasan yang digunakan oleh ulama ini adalah bahwa ketiga lafaz tersebut
digunakan dalam Al-Qur’an untuk tujuan thalaq.
37
Contoh lafaz thalaq adalah firman Allah dalam surah At-Thalaq 65 ayat 1:
012 34 5 6789:
; = 4
BCD
EF +, GHI0
JK0M+2 ……
Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya
yang wajar
Contoh penggunaan lafaz firaq adalah firman Allah dalam surah An-Nisa 4 ayat 130:
B Q }5Y5
€, •D
]I‚ ,E
t-Y] ]ƒ u
5 QyB •D
„ pƒjB …W`p]-
Artinya: jika keduanya bercerai, Maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. dan adalah Allah Maha Luas
karunia-Nya lagi Maha Bijaksana.
Contoh penggunaan lafaz sarih adalah firman Allah dalam surah Al-Baqarah 2 : ayat 229:
+ ,
- .
37
Ibid., h. 987
Artinya: “Thalaq yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik
QS. Al-Baqarah 2 : ayat 229
Jumhur ulama termasuk Imam Malik, ulama Hanabilah, Hanafiyah dan lainnya berpendapat bahwa lafaz yang sharih untuk maksud thalaq hanyalah satu
yaitu lafaz tha-la-qa dan yang berakar kepadanya. Alasan mereka adalah bahwa lafaz yang berlaku untuk thalaq dan tidak berlaku untuk lainnya hanyalah lafaz thalaq.
Sedangkan lafaz-lafaz dalam bahasa tertentu yang merupakan terjemahan dari lafaz sharih
, seperti lafaz “cerai” dalam bahasa melayu dapat menjadi ucapan sharih bagi orang yang berbahasa melayu itu. Untuk maksud itu tidak diperlukan adanya niat.
38
Adapun lafaz kinayah adalah lafaz yang selain thalaq menurut ulam jumhur atau selain tiga lafaz yang dikemukakan oleh Syafi’iyah adalah lafaz kinayah, selama
lafaz itu ada kemungkinan menjangkau kepada makanan perceraian. Bila sama sekali tidak menjangkau kepada maksud perceraian tidak dapat dijadikan ucapan thalaq
meskipun diniatkan untuk maksud thalaq, seperti ucapan “makanlah kamu”. Lebih lanjut Imam Malik membagi kinayah kepada dua,
39
yaitu: Zhahirah yang berarti menurut lahirnya untuk tujuan perceraian, seperti lafaz fa-ra-qah dan sa-ra-ha. Dan
Kinayah Khafiyuah dengan arti ada kemungkinan digunakan untuk perceraian.
Tentang kinayah khafiyah yang tidak jelas, mrnurut Imam Malik dapat digunakan untuk ucapan thalaq, namun untuk itu diperlukan niat, sebagaimana yang
38
Amir Syarifuddin, , Hukum Perkawinan Islam, h. 210
39
Al-Jaziri, al-Fiqhu, h. 989
berlaku dikalangn Syafi’iyah tentang lafaz kinayah zhahiriyah. Jumhur ulama berpendapat kinayah khafiyah tidak dapat dijadikan ucapan thalaq meskipun
diniatkan.
BAB III PROSES PERCERAIAN PERSPEKTIF FIQH, UU NO 11974 DAN KHI