PNS dan Warga Sipil di Indonesia PP No. 45 Th 1990, KHI, dan UU No. 1 Th 1974 .
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Batasan Masalah Agar peneliti tidak mengalami perluasan dalam pembahasan yang akan diteliti
maka penulis membatasi penelitiannya pada masalah tentang pandangan hukum Islam dalam pelaksanaan izin poligami bagi PNS pegawai negeri sipil dan warga
sipil, dalam kajian PP No. 45 Tahun 1990, UU No. 1 Tahun 1974 dan KHI kompilasi hukum Islam.
Rumusan Masalah Agar dalam melakukan penelitian masalah ini lebih mudah dan terarah kepada
permasalahannya, maka penulis perlu merumuskan permasalahannya ke dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur melakukan poligami menurut hukum islam, KHI, PP No. 45
Tahun 1990 dan UU No. 1 Tahun 1974?. 2.
Apa perbedaan dan persamaan prosedur poligami menurut hukum islam dengan KHI, PP No 45 Tahun 1990 dan UU No1 Tahun 1974.
3. Apa sanksi PNS yang melakukan poligami diluar PP No.45 Tahun 1990
C. Tujuan Penelitian
B
erdasarkan rumusan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara melakukan poligami menurut hukum islam, KHI, PP
No.45 Tahun 1990 dan UU No.1 Tahun 1974. 2.
Untuk mengetahui Kenapa PNS yang ingin berpoligami diatur khusus. 3.
Untuk mengetahui Bagaimana sanksi orang yang melakukan poligami baik warga sipil dan PNS diluar KHI dan PP No. 45 Tahun 1990.
4. Untuk mengetahui Apa perbedaan poligami menurut hukum islam dengan KHI,
PP No 45 Tahun 1990 dan UU No1 Tahun 1974.
D. Study Review
Syahroni, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul Pembagian Harta Warisan dalam Perkawinan PoligamiMenurut KHI
dan Undang-undang No. 1 Tahun 1974. Dalam hasil penelitiannya bahwa dalam melakukan poligami seorang suami harus memperhatikan syarat-syarat yang harus
dipenuhi, apakah suami tersebut dapat memenuhinya atau tidak, apabila suami tersebut merasa tidak mampu maka harus dipertimbangkan kembali untuk melakukan
poligami. Dan yang paling utama adalah dalam pelaksanaan poligami di Indonesia
adalah pengadilan dapat mengambil keputusan apakah seorang suami tersebut dapat atau boleh berpoligami atau tidak.
Skripsi selanjutnya adalah ”Poligami Tanpa Izin Istri Pertama menurut Perspektif Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974” yang di susun oleh Islamiyah
pada tahun 2006. Kajian skripsi ini membahas urgensitas izin poligami dari pihak istri terdahulu dalam perbandingan perspektif hukum positif dan hukum Islam.
Pembahasan skripsi karya Islamiyah ini terbatas pada suatu konsep bagaimana kedudukan hukum apabila istri pertama tidak memberikan persetujuan menurut
hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974. Karya tulis selanjutnya adalah skripsi yang di susun oleh Tajun Nasruoh
Qurhi tahun 2006, dengan judul ”Esensi dan Eksistensi UU No. 1 Tahun 1974 Terhadap poligami” Study Kasus di KUA Kec. Rumpin Bogor. Isi dari skripsi ini
adalah suatu kajian tentang keadilan dari pengaturan poligami dalam UU No. 1 Tahun 1974. Pada kajian ini terlihat perbedaan mencolok antara judul ataupun esensi yang
dibangun pada kajian tersebut dengan apa yang penulis teliti saat ini.
E. Manfaat penelitian