Dalil-dalil Poligami SEKILAS MENGENAI POLIGAMI DAN PNS

setelah berumur 54 tahunan yang biasanya pada usia itu kemampuan laki-laki dalam seksual menurun, jika ditelusuri motif Nabi menikah dengan Saudah adalah untuk melindungi saudah karena suaminya wafat dalam perang jihad yang dimana agar Saudah tidak terlantar dan melindungi dari tekanan keluarganya yang masih pada musyrik. 37

C. Dalil-dalil Poligami

Dasar pokok Islam yang membolehkan poligami ialah firman Allah Swt :                                ء اسنلا  :  ٣ Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, Maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. An-nisa :3 38 Dari ayat diatas merupakan kelanjutan tentang memelihara anak yatim yang kemudian disebut sebagai dasar kebolehan beristri lebih dari satu sampai empat. Karena erat hubungan pemeliharaan anak yatim dan beristri lebih dari satu sampai empat, yang terdapat dalam ayat diatas maka akan dipaparkan 37 Ibid, h. 23 38 Sohari Sahrani, Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 358 dahulu tentang asal mula turunnya ayat ini menurut tafsir Aisyah r.a., ayat ini turun karena menjawab pertanyaan Urwah bin Zubair kepada Aisyah istri Nabi Saw, “ Wahai anak saudara perempuanku, yatim disini dimaksudnya anak perempuan yatim yang berada di bawah asuhan walinya mempunyai harta kekayaan bercampur dengan harta kekayaan serta kecantikannya membuat pengasuh anak yatim itu senang kepadanya,lalu ia ingin menjadikannya sebagai istri, tetap tidak mau memberikan mas kawin dengan adil, yaitu memberikan mas kawin yang sama dengan perempuan lainnya”. oleh karena itu pernikahan seperti itu dilarang kecuali kalau mau berlaku adil. 39 Menurut para ulama sepakat bahwa siapa yang yakin dapat berlaku adil terhadap anak perumpuan yatim, maka ia berhak untuk menikahi wanita lebih dari satu, sebaliknya apabila takut tidak dapat berlaku adil maka ia dibolehkan menikah dengan perempuan lain. 40 Selanjutnya dalil yang kedua mengenai masalah poligami menyangkut masalah keadilan yaitu, Allah berfirman :                          : ءاسنلا ۲۱٩ 39 M.A. Tihami, Fikih Munakahat, h. 368. 40 Ibid, h. 370 Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. An-Nissa: 129 41 Abu Bakar bin Araby mengatakan bahwa memang benar apabila keadilan dalam cinta itu berada diluar kesanggupan manusia. Sebab, cinta itu adanya didalam genggaman Allah Swt, yang mampu membolak baliknya menurut kehendaknya. Begitu pula dengan masalah bersetubuh kadang dia bergairah dengan istri yang satu sedangkan dengan istri yang lainya tidak. Dalam hal ini apabila tidak disengaja ia tidak terkena dosa karena berada diluar kemampuannya. 42 Sifat adil dalam surat an-nissa ayat 3 bukanlah sifat adil yang ada di ayat 129, sifat adil dalam ayat 3 itu sifat adil dalam nafkah yang dapat dijangkau seperti memberikan rumah, menginap. Said ibn Zubair memberikan komentar bahwa surat an-nissa ayat 3 merupakan ancaman bagi mereka yang tidak mampu berlaku adil terhadap anak yatim. 43 Sedangkan adil dalam ayat 129 adalah adil dalam sifat jiwa atau diluar kesanggupan manusia seperti rasa cinta 41 Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rosulullah Saw, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet. Ke-1. h. 14 42 M.A. Tihami, Fikih Munakahat, h. 363 43 Anik Farida, Menimbang Dalil-Dalil Poligami, h. 26 kepada istri yang satu dengan istri yang lain tidak mungkin sama karena itu masalah hati kekuaasan Allah swt. 44 Dalam sebuah hadist Nabi Saw. Juga disebutkan Rasulullah SAW bersabda: ل ا ل ا ف ات ا ا ل ت اك : ل اق س و ي ع ه ص ي لا ا ي ب ا ع ي ء اج ا ا دحا ب ا و ء اس لا و ي تلا و د و اد ب ا ا و لئ ا قش و ايقلا ا ح 45 Dari Abu Hurairoh r.a sesungguhnya Nabi Saw bersabda: Barangsiapa yang mempunyai dua isteri, kemudian lebih mencintai kepada salah satu di antara keduanya maka ia datang pada hari kiamat sedangkan tubuhnya miring sebelah. HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasa’i, dan Ibnu Hiban Kalau hadist diatas seolah-olah bertentangan dengan ayat 129 surat an-nissa dan ayat 3, sesungguhnya pada hakikatnya kedua ayat tersebut tidaklah bertentangan karena yang dituntut disini adalah adil dalam masalah lahiriah bukan kemampuan manusia. Berlaku adil yang ditiadakan dalam ayat diatas adalah adil dalam masalah cinta dan kasih sayang. 46 44 Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rosulullah Saw, h. 16 45 Abi Daud Al-Sijistani, Sahih Abu Daud, Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1998, h. 328 hadis nomor 2133. 46 M.A. Tihami, Fikih Munakahat, h. 362

D. Pengertian PNS