1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di indonesia banyak pelaku poligami sebagaimana poligami merupakan salah satu isu yang disorot tajam kalangan feminis, tak terkecuali feminis islam, feminis
sendiri adalah suatu gerakan untuk mendapatkan hak untuk perempuan dengan prinsip bahwa perempuan mempunyai hak dalam politik, sosial, dan ekonomi yang
setara dengan laki-laki. Feminisme juga berarti suatu kesadaran terhadap penindasan dan perampasan terhadap perempuan ditengah masyarakat, tempat kerja, dan
keluarga. Dan kesadaran oleh perempuan atau laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.
1
Sedangkan kata Poligami adalah isyarat islam yang merupakan sunah Rasulullah SAW tentunya dengan syarat sang suami memiliki kemampuan untuk adil
diantara para isteri dan terbatas empat saja.
Poligami merupakan sistem yang manusiawi, karena dapat meringankan beban masyarakat yaitu dengan melindungi wanita yang tidak bersuami dan
menempatkannya ke shaf para isteri yang terpelihara dan terjaga.
2
Oleh karena itu disyariatkan perkawinan dalam Islam agar ketika manusia telah sampai pada masa untuk saling mengenal antar lawan jenis tidak sampai
1
M. Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, Malang:UIN Malang Pers, 2008, h. 247
2
Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender, 1999, h. 5
terjerumus ke dalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Oleh karena itu Islam memberikan pengaturan yang benar terhadap masalah keluarga, yakni tiga puluh
persen dari ayat mengatur tentang hukum kemasyarakatan berjumlah 229 ayat.
3
Dalam pembahasan tentang poligami ini banyak orang yang salah paham tentang poligami ini, banyak orang yang mengira bahwa poligami itu baru dikenal
setelah Islam ada, mereka menganggap bahwa Islamlah yang membawa ajaran tentang poligami. Bahkan ada yang menganggap bahwa kalau bukan karena Islam
poligami tidak akan dikenal dalam sejarah kehidupan manusia, padahal sudah berabad-abad lamanya sebelum Islam diwahyukan masyarakat dibelahan dunia sudah
mengenal dan mempraktikkan poligami.
4
Sebagian orang berbicara tentang poligami, seakan-akan Islam merupakan yang pertama kali mensyariatkan itu. Ini adalah suatu kebodohan dari mereka atau
pura-pura tidak tahu tentang sejarah. Sesungguhnya banyak dari umat dan agama- agama sebelum Islam yang memperbolehkan menikah dengan lebih dari satu wanita,
bahkan mencapai berpulah-puluh orang atau lebih, tak ada persyaratan dan tanpa ikatan apa pun.
Di dalam Injil Perjanjian Lama diceritakan bahwa Nabi Dawud mempunyai istri tiga ratus orang, dan Nabi Sulaiman mempunyai tujuh ratus orang istri.
3
Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, Malang: UIN Malang Pers, 2008, h. 5
4
Murtadha Muthahhari, Duduk Perkara Poligami, Jakarta: Serambi, 2007, h. 8
Ketika Islam datang, maka dia meletakkan beberapa persyaratan untuk bolehnya berpoligami, antara lain dari segi jumlah adalah maksimal empat. Sehingga
ketika Ghailan bin Salamah masuk Islam sedang ia memiliki sepuluh isteri, maka Nabi SAW bersabda kepadanya, Pilihlah dari sepuluh itu empat dan ceraikanlah
sisanya. Demikian juga berlaku pada orang yang masuk Islam yang isterinya delapan atau lima, maka Nabi SAW juga memerintahkan kepadanya untuk menahan empat
saja.
Perkembangan poligami dalam sejarah kehidupan manusia mengikuti pola pandangan masyarakat terhadap kedudukan perempuan, dan dalam tumbuh
berkembangnya tentang permasalahan poligami tergantung pada keadaan yang tumbuh di dalam masyarakat dan hal tersebutlah yang kebanyakan menjadi alasan
seseorang untuk melakukan poligami, dan maraknya pelaku poligami di lihat dari pola pikir masyarakat yang menilai masalah poligami dan menilai tentang keberadaan
perempuan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. ketika masyarakat menganggap perempuan itu hina maka poligami akan menjadi subur, sebaliknya pada masyarakat
yang manganggap perempuan secara terhormat praktek poligamipun berkurang. Jadi perkembangan poligami itu pasang surut mengikuti cara pandang
masyarakat terhadap poligami.
5
5
Anik Faridha, Menimbang Dalil Poligami, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008, h. 6-7
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar banyak orang membicarakan tentang poligami, banyak masyarakat indonesia yang melakukan
poligami tidak pandang usia para pelaku poligami mulai dari usia muda sampai yang tua, baik orang kaya maupun orang miskin hampir tidak bisa kita pungkiri sampai
para pejabat publik maupun pemerintahan dan dari kalangan artis, yang semua itu merupakan publik pigur dalam masyarakat. Sebenarnya yang utama di dalam
masalah pernikahan adalah cukup dengan satu isteri karena ingin menjaga ketergelinciran, dan karena takut dari kepayahan di dunia dan siksaan di akhirat,
maka sesungguhnya di sana ada pertimbangan-pertimbangan yang manusiawi, baik secara individu ataupun dalam skala masyarakat sebagaimana yang kami jelaskan.
Islam memperbolehkan bagi seorang Muslim untuk menikah lebih dari satu berpoligami, karena Islam adalah agama yang sesuai dengan fithrah yang bersih,
dan memberikan penyelesaian yang realistis dan baik tanpa harus lari dari permasalahan.
6
Melakukan poligami seperti yang dilakukan oleh K.H Abdullah Gymnastiar di ujung tahun 2006, dimana masyarakat yang mendukung poligami berkelit dengan
argumen yang demikian bahkan tidak mengherankan bila kemudian dalil-dalil agama pun dijadikan sebagai dasar legitimasi, terhadap praktek poligami pada bagian
masyarakat yang lain terutama kaum ibu-ibu yang menjadi pendengar setia ceramah K.H Abdullah Gymnastiar, merasa terkhianati dengan memprotes keras praktek
6
Ibid., h. 55
poligami yang dilak ukan oleh da’i kondang tersebut, sebelumnya da’i kondang
tersebut menyebutkan bahwa poligami dapat dilakukan dalam kondisi atau keadaan yang darurat, ibarat kapal yang mengalami kerusakan mesin maka ia harus mendarat
secara darurat tentunya lewat pintu darurat, padahal waktu itu rumah tangga K.H Abdullah Gymnastiar belum masuk katagori dalam keadaan yang darurat, di
Indonesia sudah banyak para pelaku poligami dari semua kalangan, memang poligami dalam ajaran islam tidak dilarang sehingga menyebabkan masyarakat di
Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim yang merupakan negara islam terbesar di dunia sehingga banyak masyarakatnya yang melakukan poligami. Baru
– baru ini di Indonesia telah ada klub komunitas poligami yang dimana para
anggotanya wajib harus berpoligami.
7
Padahal di Indonesia masih banyak yang menentang para pelaku poligami khususnya para kaum wanitanya, sehingga banyak para pelaku poligami
melakukannya secara diam-diam agar bisa terlaksananya poligami itu, bila para pelaku poligami melakukannya secara diam-diam ini apakah tidak melanggar sistem
hukum di indonesia.
8
Dimana para pelaku poligami ini bisa melakukan penipuan berupa memalsukan identitas, akta perkawinan dan lain-lain yang dimana bisa dijerat
dengan pidana, namun masyarakat awam masih banyak yang belum mengetahui
7
www.poligamiindonesia.com
8
Setiati, Eni, Hitam Putih Poligami; Menelaah Perkawinan Poligami Sebagai Sebuah Fenomena, Jakarta:Cisera Publishing, tth, h. 12
seperti apa sistem yang mengesahkan seorang itu berpoligami baik dalam islam maupun hukum positif.
Bahkan dari data departemen agama tingkat perceraian dengan alasan poligami dari tahun ketahun meningkat, mulai tahun 2004 dengan 813 kasus
perceraian, tahun 2005 879 kasus perceraian dan pada tahun 2006 dengan 983 kasus perceraian, ini membuktikan bahwa tingginya perceraian dengan alasan poligami.
9
Namun dalam kenyataannya di masyarakat banyak fenomena masyarakat yang melakukan poligami, tidak sesuai dengan hukum positif yang berlaku tentang
poligami. Apakah ada sangsi bagi para pejabat yang melakukan poligami diluar sistem hukum positif, apa dampak yang timbul dengan menggunakan sistem
poligami hukum positif bagi hukum islam serta sebalikanya dampak yang timbul dalam hukum islam bagi pelaku yang menggunakan poligami yang diberlakukan
menurut hukum positif di Indonesia serta dampak yang timbul dalam masyarakat itu seperti apa .
10
Berdasarkan uraian tertulis di atas serta pentingnya mengetahui bagaimana cara berpoligami yang benar menurut syariat Islam dan hukum poositif dan
berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi
yang berjudul: “ Pandangan Hukum Islam Terhadap Tata Cara Poligami Bagi
9
“ Data DEPAG tentang poligami dari tahun ketahun” diakses pada tanggal 15 januari 2011 dari www.bimaislam.net
10
Diakses dari www.eramuslim.comoase-iman pada tanggal 20 agustus 2010.
PNS dan Warga Sipil di Indonesia PP No. 45 Th 1990, KHI, dan UU No. 1 Th 1974 .
B. Batasan dan Rumusan Masalah