yang perlu mendapat penilaian dari hakim pengadilan, maka suami tidak memerlukan persetujuan dari istriistri-istrinya.
87
Dalam pasal 5 diatas merupakan persyaratan kumulatif dimana seluruhnya harus dapat dipenuhi suami yang akan melakukan poligami.
Tata cara dan prosedur poligami menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974. Pertama, seorang suami yang akan melakukan poligami maka ia wajib
mengajukan permohonan tertulis kepada pengadilan sebelum pengadilan memutuskan akan memberikan izin atau tidak sekaligus untuk meyakinkan data-
data yang ada, pengadilan lebih dahulu mengadakan pemeriksaan terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Dalam
pemeriksaan tersebut pemeriksa harus memanggil dan mendengarkan istri yang bersangkutan. Jangka waktu pemeriksaan persyaratan-persyaratan yaitu 30 hari
setelah diterimanya permohonan tersebut. Apabila pengadilan merasa cukup alasan bagi pemohon untuk melakukan poligami, maka pengadilan mengabulkan
permohonan pemohon untuk melakukan poligami.
E. Apa Perbedaan dan Persamaan Cara Poligami Menurut Hukum Islam,
PP No. 45 Thn 1990, KHI dan UU No.1 Thn 1974
Dapat dilihat dari keseluruhan cara poligami diatas dimana poligami menurut hukum islam hanya memerlukan dua syarat yaitu mampu berlaku adil
87
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2008, h. 81
dan terbatas hanya empat saja.
88
Mampu berlaku adil disini yaitu mampu berlaku adil dalam urusan harta, pembagian giliran atau jatah, bukan berlaku adil dalam
urusan hati karena manusia tidak mungkin dapat berlaku adil dalam urusan hati.
89
menurut pendapat Abu Bakar bin Araby, dalam hukum islam orang yang akan berpoligami tidak memerlukan izin dari seorang istri karena poligami
dalam islam merupakan hak seorang suami dan tidak terdapat ayat dalam Al- Quran yang mengharuskan seorang yang ingin berpoligami memerlukan izin
dari istriistri-istrinya maupun riwayat hadist yang menyatakan Nabi Saw meminta izin untuk berpoligami kepada istriistri-istrinya.
90
Namun dalam UU No.1 Tahun 1974 orang yang akan berpoligami harus memenuhi beberapa syarat pertama seorang suami tersebut harus mengajukan
permohonan izin kepengadilan untuk mendapatkan izin dari pengadilan, namun untuk mendapatkan izin dari pengadilan seorang suami harus memenuhi
beberapa syarat yaitu istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan istri
tidak dapat melahirkan keturunan. Namun dalam syarat diatas merupakan syarat alternatif apabila terdapat salah satu pada istri maka sudah cukup terpenuhi
88
Dia kses pada 27 Juli 2010 “ Islam Menyoal Poligami”, http:www.cybermq.compustaka
print20284.
89
A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum- hukum Allah Syari’ah, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002, Cet. Ke-1, h. 191
90
Rodli Makmun, DKK, Poligami Dalam Tafsir Muhammad Syahrur, h. 11-12
syaratnya tetapi masih ada lagi syarat untuk mendapatkan izin dari pengadilan yaitu harus memenuhi pasal 5 yang berbunyi :
- adanya persetujuan dari istriistri-istri;
- adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan
hidup istri-istri dan anak-anak mereka; -
adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka.
91
persetujuan yang dimaksud disini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila istriistri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat
menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya dua tahun, atau karena sebab-sebab lain yang perlu
mendapat penilaian dari hakim pengadilan, maka suami tidak memerlukan persetujuan dari istriistri-istrinya.
Perbedaan cara poligami di Kompilasi Hukum Islam KHI seorang yang ingin melakukan poligami, dalam KHI harus memenuhi syarat seperti dalam
hukum islam yaitu mampu berlaku adil dan terbatas hanya boleh beristri empat saja dalam waktu bersamaan.
92
namun dalam KHI ditambahkan dengan syarat harus mendapat izin dari pengadilan yang untuk mendapat izin dari pengadilan
91
Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan Dan manajemen Keluarga, Jakarta: FSH UIN Jakarta, 2006 h. 41.
92
Diakses pada 27 Juli 2010 www.fahmina.or.id..703.html
harus memenuhi syarat yang diatur dalam UU No1 tahun 1974 yang terdapat dalam pasal 4 dan 5.
93
Dalam peraturan pemerintah No. 45 tahun 1990 peraturan ini hanya berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil, dapat terlihat dalam PP No.45 Tahun 1990
yang dimana berisikan bahwa seorang yang ingin berpoligami dia harus mendapatkan izin dari atasannya yang dilengkapi dengan alasan - alasan yang
mendukung untuk melakukan poligami tersebut, bagi seorang pegawai negeri yang akan berpoligami harus meminta izin kepada atasan atau pejabat minimal
golongan IV.
94
Setelah mendapat izin dari atasannya maka seorang pegawai negeri sipil baru mengajukan permohonan izin kepengadilan dengan harus mendapatkan
persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan.
95
seterusnya sama semua dengan cara merujuk pada UU No.1 tahun 1974.
Dapat dilihat perbedaan terjadi prosedur untuk pegawai negeri yang akan berpoligami yaitu harus mendapat izin dari atasan atau pun pejabat setempat dan
bila tidak mendapat izin bisa langsung dikenakan sanksi apabila tetap melakukannya.
93
Diakses pada 27 Juli 2010 Hukum.unsrat.ac.iduuuu-1-74.html
94
Diakses pada 30 Juli 2010 www.legalitas.orgprosespp.php
95
Pasal 9 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil PNS.
Dari semua peraturan di Indonesia seorang yang ingin melakukan poligami atau beristri lebih dari seorang terdapat persamaan yaitu pertama harus
mendapat izin dari istriistri-istrinya semua itu terdapat dalam UU No.1 tahun 1974, KHI, dan PP No.45 Thn 1990. Dalam hukum islam seorang yang akan
berpoligami tidak perlu meminta izin dari seorang istri karena poligami itu merupakan hak seorang pria, dari peraturan diatas maupun menurut hukum islam
semuanya dibatasi hanya boleh beristri sampai empat saja, peraturan- peraturannya di indonesia itu merujuk pada aturan islam terbatas sampai empat
saja, karena mayoritas penduduk indonesia beragama islam jadi hukum dalam perkawinan islam merujuk pada hukum islam, namun ada yang ditambahkan
poin-poinnya seperti harus meminta izin dari seorang istri.
96
Persamaan dan Perbedaan Tata Cara Poligami Menurut Aturan Hukum No.
Aturan Hukum Persamaan
Perbedaan 1.
Hukum Islam 1.
Adil 2.
Terbatas hanya boleh sampai
empat istri 1.
Tidak perlu meminta izin dari
istri pertama 2.
Tidak perlu mengajukan ke
Pengadilan Agama
2. KHI
1. Adil
2. Hanya boleh
sampai empat istri 1.
Harus mengajukan
permihonan ke Pengadilan
Agama dengan alasan:
a.
Istri tidak
96
Diakses pada 30 juli 2010 www.docstoc.comdocs24679023
dapat menjalankan
kewajibannya
b. Istri terdapat
cacat atau penyakit yang
tidak dapat disembuhkan
c. Istri tidak
dapat melairkan
keturunan
2. Harus
mendapatkan izin dari istri pertama
3. Dijamin dapat
memenuhi nafkah seluruh
keluarga
3. UU No. 1 Th 1974
1. Adil
2. Hanya boleh
sampai empat istri 4.
Harus mengajukan
permihonan ke Pengadilan
Agama dengan alasan:
d.
Istri tidak dapat
menjalankan kewajibannya
e. Istri terdapat
cacat atau penyakit yang
tidak dapat disembuhkan
f. Istri tidak
dapat melairkan
keturunan
5. Harus
mendapatkan izin dari istri pertama
6. Dijamin dapat
memenuhi nafkah seluruh
keluarga
4. PP No. 45 Th 1990
1. Adil
2. Hanya boleh
sampai empat istri 1.
Harus mendapat izin dari dari
atasan yang bersangkutan
2. Ada persetujuan
istri yang disahkan oleh
pejabat eselon IV
3. Harus
mendapatkan izin dari pengadilan
4. Mempunyai
penghasilan yang cukup
5. Ada jaminan
tertulis tentang adil
F. Kenapa Ada Perbedaan Tentang Cara Poligami Bagi PNS dan Warga