Novel sebagai Bentuk Sastra

14 yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisi–definisi itu antara lain adalah sebagai berikut 26 : 1. Menurut Drs. Jakob Sumardjo, novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat. 2. Menurut Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, dan Dra. Abdul Roni, M.Pd, novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan. 3. Menurut Drs. Rostamaji, M.Pd., dan Agus priantoro, S.Pd, novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra. 4. Menurut Paulus Tukam, S.Pd., novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik. Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah karangan prosa yang menggambarkan kehidupan manusia yang menyebabkan perubahan sikap pelakunya, alur cerita novel biasanya mengisahkan kehidupan nyata yang diperoleh dari hasil manifestasi atau pengalaman pengalaman secara tidak langsung memberi suguhan pesan. Baik itu pesan moral, sosial, maupun keagamaan.

C. Novel sebagai Bentuk Sastra

Buku yang pada kulitnya tertulis kata novel atau roman, kumpulan cerpen, kumpulan drama, atau kumpulan puisi maka buku-buku tersebut digolongkan ke dalam bentuk sastra. Sastra lahir karena adanya kegiatan manusia dari kegiatan tersebut diolah dengan bahasa sastrawan masing- masing. Sastra adalah hasil ciptaan atau kreasi yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya serta mempunyai keindahan baik isi maupun ungkapannya. 26 Http:sobatbaru.blogspot.com200804pengertian-novel.html, Arianto Samdi, Pengertian Novel, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.40 WIB. 15 Kata sastra berasal dari bahasa sansekerta. Artinya, ‘tulisan’. Kata sastra mendapat kehormatan su- yang bermakna ‘baik’ atau ‘indah’. Dengan demikian, susastra berarti ‘tulisan yang baik’ atau ‘tulisan yang indah’. Selanjutnya, kata susastra mendapat konfiks ke-an menjadi kesusastraan. Konfiks ke-an bermakna ‘hal’. Jadi, kesusastraan dapat diartikan ‘hal tulisan yang indah’ atau ‘tentang tulisan yang indah’. Dalam pemakaian bahasa sehari-hari, kata susastra jarang dipakai. Sebagai gantinya, digunakan kata sastra saja. Artinya pun berubah, mengalami penyempitan makna. Arti semula ‘tulisan yang indah’ sekarang berarti ‘karya sastra’, yaitu hasil karangan sastrawan. 27 Menurut Usman Effendy definisi sastra adalah ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa bagus. Jadi, karangan yang bersifat buku pelajaran atau bersifat laporan tidaklah termasuk dalam kesusastraan karena tidak menimbulkan rasa bagus dan rasa indah. 28 Sastra ialah karya tulis. Jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. 29 Sastra bukanlah nama dari sesuatu yang sederhana, tetapi merupakan sesuatu yang dapat mencakup sejumlah kegiatan. Berbagai kegiatan manusia merupakan objek penulisan sastra.

D. Jenis-Jenis Novel