Nilai-Nilai Agama Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-Saran.

29 penggunaan bahasa yang khas, kecenderungannya untuk secara konsisten menggunakan struktur tertentu, gaya bahasa pribadi seseorang. 58 7. Amanat Amanat adalah unsur pendidikan, terutama pendidikan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini tentu saja tidak disampaikan secara langsung. Pembaca karya sastra baru dapat mengetahui unsur pendidikannya setelah membaca seluruhnya. 59 Amanat adalah pesan tersurat atau tersirat yang didapat oleh pembaca dari karya sastra yang ditulis oleh pengarang tersebut. Jadi, Unsur intrinsik novel terdiri atas: tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.

G. Nilai-Nilai Agama

Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap, dan universal terangkum dalam tiga hal pokok: akidah, syariaat, dan akhlak. Begitupun penulis membagi nilai-nilai agama berdasarkan tiga pokok agama tersebut. 1. Akidah Akidah menurut bahasa artinya: simpulan atau ikatan. Secara terminologis diartikan sebagai kepercayaan dan keyakinan. Adapun yang dimaksud dengan Akidah Islam ialah perkara yang dipercayai dan diyakini kebenarannya dalam Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. 60 Akidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu- raguan. Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu yang didengar, dan fitrah. 58 Panuti Sudjiman, Bunga Rampai Stilistika, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993, cet. I, h. 13—14. 59 Wiyanto, Op. Cit., h. 84. 60 Hamzah Ya’qub, Pemurnian Aqidah dan Syariah Islam, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1998, h. 46. 30 Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan ditolak oleh segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. 61 Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 177:                                                        Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi- nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka Itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa .” Q.S. Al-Baqarah: 177 Penjelasan ruang lingkup pembahasan akidah termasuk dalam rukun iman, yaitu: a. Iman kepada Allah Swt Pengertian iman kepada Allah ialah: 1 Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah 2 Membenarkan dengan yakin keesan-Nya, baik dalam perbuatan- Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadah seluruh makhluknya. 61 Http:muslimcianjur.blogspot.com200704aqidah-syariah-dan-akhlak-dalam-islam.html, Ginan Nuruzaman Asidiqi, Muslim Sejati: Dunia Ibarat Neraka, Hidup bagai Layang-Layang, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.11 WIB. 31 3 Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru makhluk. Allah adalah Tuhan yang Maha Esa. Segala sesuatu yang mengenai Tuhan disebut ketuhanan. Dengan demikian, setelah kita mengimani Allah, kita harus membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepada-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. b. Iman kepada Malaikat Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman kepada malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul- rasul-Nya. Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah Swt. Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan sesama mereka juga ada perbedaan dan tingkatan- tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat, dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh maupun ada yang bertugas di dunia. Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah: 1 Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada nabi- nabi dan rasul. 2 Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. 3 Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti. 32 4 Malaikat Izrail malaikal maut bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya. 5 Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia. 6 Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surga. 7 Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat menyiksa penghuni neraka. 8 Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menanyakan manusia di alam kubur. Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, kita akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah swt, lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan, berusaha selalu berbuat kebaikan, dan menjauhi segala larangannya. Malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia. c. Iman kepada Kitab Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak. Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud, dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al-Qur’an tidak bersifat universal seperti Al-Qur’an, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Tidak berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan kitab- kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana halnya Allah memberikan jaminan terhadap Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad 33 selama masa kerasulannya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab sebelumnya atau menjadi penyempurnaan, kelebihan Al-Qur’an tidak dapat diragukan lagi. Al- Qur’anul Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya, Al-Qur’an adalah kitab yang dijamin oleh Allah keotentikannya dan ia selalu dipelihara. Al-Qur’an membahas segala aspek kehidupan. Banyak ayat secara terperinci membahas tentang kehidupan dunia ini dan sesudahnya yang dijelaskan dengan cara yang amat masuk akal. Kesederhanaan Al- Qur’an membuatnya dipahami oleh semua orang sehingga mereka yang tidak bertakwa atau bahkan membenci Allah, memandang Al- Qur’an dengan prasangka buruk akan dapat mengambil kebaikan dari ajaran yang agung. d. Iman kepada Nabi dan Rasul Yakin pada para nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara nabi dan rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan Tuhan yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia. Di dalam Al-Qur’an disebut nama dua puluh lima orang nabi, beberapa di antaranya berfungsi juga sebagai rasul ialah Daud, Musa, Isa, Muhammad yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana manusia biasa lainnya nabi dan rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia lainnya. Nabi Muhammad saw., sebagai nabi sekaligus rasul terakhir tidak ada lagi rangkaian nabi dan rasul sesudahnya. Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan rasul-Nya yang telah diutus oleh Allah Swt. Baik yang disebutkan namanya. maupun yang tidak 34 disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua rasul dengan sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas, dan mukjizatnya masing-masing seperti yang diperintahkan oleh Allah Swt. e. Iman kepada Hari Akhir Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam. Hari akhir merupakan hari yang tidak diragukan lagi. Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung hisab amal perbuatan setiap orang yang sudah dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil hitungan itu. Pembahasan tentang hari akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil dan orang-orang yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat. Menurut sebagian ahli tauhid, hari akhirat ialah hari manusia dibangkitkan dari kubur untuk digiring kepada Padang Mahsyar, tempat mereka dikumpulkan sementara dan belum lagi ditentukan tempat mereka, surga atau neraka. Dikatakan akhirat, karena hari itu adalah hari penghabisan yang dinantikan oleh makhluk hidup dan tidak ada lagi yang hidup dan ditunggu-tunggu sesudah hari kiamat terjadi. Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru di mana semua pihak akan memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing. 35 Hari akhir ini ada baiknya kembali kita ingat bahwa seorang mukmin wajib beriman dengan hari akhir dengan segala proses, peristiwa, dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa-apa yang telah diberikan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. tanpa mengurangi dan menambahnya. Keyakinan kepada hari akhirat juga menolong manusia memperkembangkan kepribadiannya. f. Iman kepada Qada dan Qadar Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat. Sunnah-Nya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani. Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya hukum sebab akibat, yang ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah Swt untuk segala yang ada. Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Qur’an berbagai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup maupun yang mati. Untuk memahami takdir, manusia harus hidup dengan ikhtiar, dalam kehidupan sehari-harinya takdir Ilahi berkaitan erat dengan usaha manusia dan diiringi dengan doa dan tawakkal. Seorang muslim wajib beriman dengan qada dan qadar kesalahan dalam memahaminya akan melahirkan dan sikap yang salah pula dalam menempuh di kehidupan di dunia ini. Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar, ini antara lain: 1 Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam semesta ini berjalan sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan pasti oleh Allah SWT. 36 2 Mendorong manusia untuk terus beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan baik di dunia maupun di akhirat, mengikuti hukum sebab akibat dari Allah SWT. 3 Mendorong manusia untuk semakin dekat dengan Allah SWT. 4 Menanamkan sikap tawakkal dalam diri manusia, karena manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan nasibnya diserahkan kepada Allah SWT. 5 Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena menyakini apapun yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah SWT. 62 Nilai agama yang berkaitan dengan akidah meliputi rukun iman yang enam, yaitu: iman kepada Allah Swt., iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar. 2. Syariah Nilai agama yang kedua berkaitan dengan syariah. Secara etimologis, syariah berarti jalan menuju ke sumber air atau jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Kata ini merupakan derivasi dari akar syara’a yang berarti menetapkan. Syariah adalah jalan yang ditetapkan Allah Swt dan manusia harus mengarahkan hidupnya untuk merealisirkan kehendak Tuhan. Ia adalah konsep praktis yang menyangkut seluruh tingkah laku manusia, spiritual, mental, dan fisik. 63 Syariah adalah tata cara pengaturan mengenai perilaku hidup manusia untuk mencapai keridoan Allah Swt. 64 Menurut Imam Abu Hanifah, syariah adalah semua ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Menurut Imam Syafi’i, syariah adalah segala peraturan-peraturan lahir bagi umat Islam yang bersumber pada wahyu dan kesimpulan-kesimpulan 62 Http:meetabied.wordpress.com20091030aqidah-akhlak, M. Zainal Abidin, Aqidah Akhlak, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB. 63 Sukron Kamil, Syariah Islam dan Ham, Jakarta: CSRC, 2007, cet. I, h. 24. 64 Daradjat, Op. Cit., h. 297. 37 yang ditarik dari wahyu. Peraturan-peraturan lahir itu meliputi cara-cara manusia berhubungan dengan makhluk atau sesama manusia. 65 Firman Allah dalam Surat Al-Jatsiyah ayat 17-18:                                          Artinya: “Dan kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan agama; Maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan Karena kedengkian yang ada di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat peraturan dari urusan agama itu, Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui.” Q.S. Al-Jatsiyah: 17-18 Ruang lingkup syariah terdiri atas: ibadah dan muamalah. a. Ibadah Ibadah menurut bahasa adalah taat. 66 Menurut Ibnu Taimiyah ibadah adalah nama yang cakupannya menyeluruh untuk setiap apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah Swt, dari perkataan dan amal perbuatan, baik yang lahir maupun yang batin dan Ibnu Katsir mendefinisikannya dengan setiap apa yang menyatukan kesempurnaan rasa cinta, rasa patuh, dan rasa takut. Menurut Ibnu Taimiyah, asal makna ibadah adalah rendah. Ibadah yang diperintahkan kepada kita 65 Ya’qub, Op. Cit., h. 46. 66 Jaenal Aripin dan Azharudin Lathif, Filsafat Hukum Islam Tasyri dan Syar’i, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet. I, h. 89. 38 mempunyai makna merendah kepada Allah Swt dengan tujuan mencintai Allah. 67 Ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah Swt, terdiri atas: 1 Rukun Islam: mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan salat, zakat, puasa, dan menunaikan ibadah haji jika mampu. 2 Ibadah lainnya, yaitu ibadah yang berhubungan dengan rukun Islam: a Badani bersifat fisik: bersuci meliputi wudu, mandi, tayamum, pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja, dan lain-lain, azan, qomat, itikaf, doa, shalawat, umrah, tasbih, istigfar, khitan, pengurusan mayat, dan lain-lain. b Mali bersifat harta: qurban, aqiqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-lain. 68 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu amal perbuatan dikatakan sebagai ibadah jika memenuhi dua hal: Pertama, berpegang teguh dengan apa yang disyariatkan oleh Allah dan apa yang diseru oleh para rasul-Nya, baik itu perintah maupun larangan, baik halal maupun haram. Ini adalah unsur ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Kedua, Sikap berpegang teguh pada agama Allah harus bersumber dari hati yang mencintai Allah Swt. Tidak ada sesuatu pun yang pantas dicintai selain Allah Swt, Dia adalah pemilik segala kemuliaan dan kebaikan yang telah menciptakan manusia yang sebelumnya tidak ada satu pun tentangnya. Semua yang ada di langit dan di bumi patuh kepada Allah dan Dia yang akan menyempurnakan nikmat-nikmatnya, baik yang lahir, maupun yang batin. Ibadah adalah tujuan diciptakannya manusia. Inilah rahasia dari perluasan makna ibadah dalam Islam sehingga manusia selalu 67 Ibid., h. 89—90. 68 Daradjat, Op. Cit., h. 298—299. 39 mempunyai hubungan dengan Tuhannya, selalu menjaga kehadiran- Nya sehingga manusia pun menjadikan dunia sebagai jalan untuk kebahagiaan akhiratnya. b. Muamalah Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan lainnya dalam hal tukar menukar harta jual beli dan yang searti, di antaranya: dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerjasama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizyah, pesanan, dan lain-lain 69 . 3. Akhlak Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun yang berarti: perangai, tabiat, adat, atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, atau ciptaan. Jadi, secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat. 70 Prof. KH. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa menimbulkan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. 71 Akhlak adalah sifat atau karakter apabila mengandung kebaikan disebut akhlak baik atau akhlak mulia. Adapun yang mengandung keburukan disebut akhlak buruk atau tercela. Seorang ulama mendefinisikan bahwa akhlak adalah kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya yang mengarah pada kebaikan atau keburukan. Terkadang adat itu terjadi 69 Ibid., h. 299. 70 Ibid., h. 253. 71 Http:meetabied.wordpress.com20091030aqidah-akhlak, M. Zainal Abidin, Aqidah Akhlak, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB. 40 secara kebetulan tanpa disengaja atau dikehendaki. Mengenai yang baik atau yang buruk, hal itu tidak dinamakan akhlak. 72 Menurut Imam Al-Ghazali, sesungguhnya akhlak adalah hal ihwal yang melekat dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan diteliti. Tujuan dari akhlak adalah membuat amal yang dikerjakan menjadi nikmat. 73 Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:                   Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Q.S. Al-ahzab: 21 Definisi-definisi akhlak dapat dilihat pada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan ikhlas semata karena Allah swt, bukan karena ingin mendapat pujian. Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan akhlak al-karimah adalah faktor penting dalam pembinaan umat oleh karena itu, pembentukan akhlak al-karimah dijadikan sebagai bagian dari tujuan 72 Bambang Trim, Meng-Instal Akhlak Anak, Jakarta: Hamdalah, 2008, cet. I, h. 5—6. 73 Ibid., h. 7—8. 41 pendidikan. Pendapat Atiyah al-Abrasyi, bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan mencapai kesempurnaan akhlak merupakan tujuan pendidikan Islam. 74 Dalam bahasa populer saat ini, akhlak disebut juga dengan kecerdasan emosi EQ lalu dimensi spiritual yang melatarinya bahwa akhlak mulia adalah bagian dari iman melahirkan apa yang disebut kecerdasan spiritual SQ. Sampailah para ahli pun meyakinkan bahwa faktor pencapaian sukses seseorang bukanlah disebabkan utamanya oleh kecerdasan intelektual IQ, melainkan oleh kecerdasan emosi EQ dan kecerdasan spiritual SQ. 75 Akhlak juga merupakan subsistem dari sistem ajaran Islam, maka pembidangan akhlak juga vertikal dan horizontal. 76 Secara rinci akhlak dalam Islam dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu 77 : a. Akhlak kepada Allah Swt. b. Akhlak kepada dirinya sendiri. c. Akhlak kepada sesama. d. Akhlak manusia terhadap alam lingkungannya. Akidah, syariah, dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam agama Islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Syariah sebagai sistem nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama serta akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. 74 Http:meetabied.wordpress.com20091030aqidah-akhlak, M. Zainal Abidin, Aqidah Akhlak, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB. 75 Trim, Op. Cit., h. 6. 76 Http:mubarok-institute.blogspot.com200609dimensi-ajaran-islam.html , Achmad Mubarok, Dimensi Ajaran Islam, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.28 WIB. 77 Http:meetabied.wordpress.com20091030aqidah-akhlak, M. Zainal Abidin, Aqidah Akhlak, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB. 42 BAB III PROFIL HABIBURRAHMAN DAN KARYA-KARYANYA

A. Profil Habiburrahman El Shirazy