Unsur Intrinsik Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy

48 mengingatkan kepada penumpang untuk menghormati tamu dari negara lain Amerika Serikat. Cerita Fahri dalam novel ini berkaitan dengan aktivitas di kampus, hubungan kepada para perempuan, terhadap Maria sebagai gadis Koptik, Naura , Nurul, Aisya. Fahri juga memiliki aktivitas di luar kampus seperti Tallaqi, ceramah, penerjemah. Kehidupan Fahri berubah 180 derajat ketika menikah dengan Aisyah seorang muslimah Turki anak orang kaya. Dari pernikahan itu kehidupan Fahri otomatis di kelilingi kekayaan yang melimpah. meskipun demikian, ia tetap rendah hati dan tidak sombong. Sejak membangun rumah tangga dengan Aisyah hidupnya serasa mimpi, ia mempunyai istri cantik solihah dan kaya. Mereka tinggal di apartemen di kawasan elit Kairo yang juga merupakan tempat tinggal orang-orang penting Mesir. Ketika Fahri menikah dengan Aisyah itu ternyata membuat kecewa tiga gadis lainnya. Maria sampai sekarat, Nurul hampir patah hati, dan Noura tega menjebloskannya ke penjara dengan tuduhan telah memperkosanya. Keimanan dan keikhlasan Fahri diuji ketika ia harus masuk di dalam penjara oleh gadis Mesir yang ditolongnya. Dalam penjara pun Fahri konsisten menjalankan perintah Allah dengan berpuasa dan sholat lima waktu dan sholat sunnah. Tidak hanya itu ia juga belajar ilmu dari seorang guru besar ekonomi yang di penjara karena kritiknya yang pedas. Setelah bukti-bukti menyatakan bahwa Fahri tidak bersalah, ia pun bebas dari penjara. Setelah Fahri bebas, Maria kembali dirawat ke rumah sakit hingga pada akhirnya meninggal setelah masuk islam dan menikah dengan Fahri.

C. Unsur Intrinsik Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy

Beberapa unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta sebagai berikut: 1. Tema Tema dari novel ini adalah kedua orang yang saling mencintai karena Allah Swt. 49 2. Alur Alur dalam novel ini adalah maju. Serangkaian peristiwa yang terus maju. Untuk memudahkan pembaca penulis akan menyajikan alur novel ini dengan model sekuen. a. Fahri pergi mengaji dengan Syaikh Utsman di Shubra dengan naik metro. b. Fahri orang Amerika dicaci maki oleh orang Mesir. c. Fahri menolong orang Amerika. d. Fahri bertemu pertemuan dengan Aisha untuk pertama kalinya di dalam metro. e. Fahri melihat Noura yang disiksa Ayahnya Bahadur. f. Fahri menolong Noura. g. Fahri dikirimi surat cinta oleh Noura. h. Fahri tidak menanggapi cinta Noura. i. Fahri dijodohkan dengan Aisha oleh Syaikh Utsman. j. Fahri menikah dengan Aisha. k. Maria kecewa dan frustasi karena penikahan Fahri dengan Maria. l. Fahri bermesraan dengan Aisha. m. Fahri dimasukkan ke penjara karena dituduh memperkosa Noura. n. Maria sakit parah dan dirawat di rumah sakit. o. Madame Nahed dan Tuan Boutros memohon kepada Fahri agar menjenguk dan menyembuhkan Maria. p. Fahri menjenguk Maria yang sakit. q. Aisha meminta Fahri menikahi Maria. r. Maria masuk Islam. s. Fahri menikahi Maria. t. Maria memberi kesaksian bahwa Fahri tidak bersalah di pengadilan. u. Fahri bebas dari penjara. v. Maria meninggal dunia. w. Fahri hidup bersama Aisha. 50 3. Sudut Pandang Sudut pandang dalam novel ini, menggunakan sudut pandang orang pertama akuan dengan teknik pencerita ”akuan” sertaan atau dapat juga disebut orang pertama pelaku utama. Pada novel ini, cerita berpusat pada tokoh ”aku” yaitu Fahri. Novel ini berpusat pada kehidupan Fahri. dari perihal Fahri menjadi Mahasiswa di Kairo, cinta Fahri, sampai kehidupan rumah tangga Fahri, dan lain sebagainya. 4. Latar a. Tempat Latar tempat secara tipikal, bertempat: di Kairo, Mesir, Masjid Al- Fath Al-Islami, Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Masjid Rab’ah El- Adawea, Maadi sebuah kawasan elite di Kairo, di dekat Sungai Nil, Wisma Nusantara, Cleopatra Restaurant, Hadayek Helwan, warnet lfenia, gedung Sekolah Indonesia Cairo SIC, Darul Munasabat, dan Stefano, Alexandria. Latar tempat yang netral, bertempat: di dalam flat, metro, tempat penjualan tiket, ruang tengah, rumah sakit, ruang tamu, perpustakaan, tempat hiburan musik klasik, penjara, dan pengadilan. b. Waktu Latar waktu dalam novel ini adalah: pagi, siang, sore, dan malam hari. Pada novel ini tidak disebutkan secara langsung tahun terjadinya peristiwa. c. Suasana Latar suasana dalam novel ini adalah: tegang, gembira, haru, gelisah, romantis, sedih, dan menderita. Namun, latar suasana yang paling dominan adalah sedih. Novel ini menceritakan tentang kondisi Fahri yang mengalami kesedihan dan kemalangan karena berbagai peristiwa yang terjadi di dalam kehidupannya. Seperti ia di penjara karena dituduh memitnah Maria, Ia mengalami ujian yang sangat dahsyat yaitu ia harus menikahi Maria, wanita yang tidak seiman dengannya dan ia begitu mencintai Aisha. Di akhir cerita ia harus 51 kehilangan Maria, istri keduanya yang menghadap Sang Khalik. Namun, Suasana dalam novel ini juga diliputi kebahagiaan karena Fahri telah menemukan cinta sejatinya yaitu Aisha dan hidup dengan bidadarinya. Jika dikaitkan dengan suasana Mesir secara umum dalam novel ini, cerita ini terjadi pada saat pemerintah Amerika menuduh pemerintah Mesir dan kaum muslimin berlaku serta merta pada umat Koptik. Tentu saja tuduhan tersebut membuat gerah seluruh penduduk Mesir. Tuduhan tersebut bertujuan untuk menghancurkan sendi-sendi persaudaraan umat Islam dengan umat Koptik. Akibatnya, Orang Mesir sangat membenci orang Amerika. Hanya sedikit yang berwajah manis jika bertemu dengan orang Amerika. Suasana Mesir juga saat itu sedang bergejolak karena diliputi berbagai kritik tajam dan demonstrasi, pemerintah Mesir sangat tidak pengertian, dan cenderung diktator. Banyak orang yang di penjara karena memberikan kritik tajam kepada pemerintah Mesir di media massa dan karena melakukan berbagai demonstrasi, seperti: demonstrasi menentang agresi Amerika ke Afganistan, demonstrasi mengutuk tindakan Ariel Sharon menginjak-injak Masjidil Aqsha dan perlakuan kejam Israel pada anak-anak Palestina, dan demonstrasi mengenai penembakan Muhammad Al Dorah. 5. Tokoh dan Penokohan Tokoh dalam cerita ini dibedakan menjadi tokoh utama, antagonis, tritagonis, dan tokoh tambahan pembantu. a. Tokoh Utama protagonis Tokoh utama dalam novel ini adalah: Fahri, Aisha, Nurul, dan Noura. b. Tokoh Antagonis Tokoh antagonis dalam novel ini adalah Maria, Bahadur, Mona dan Suzana kakak Noura, dan polisi penjara si hitam, si gendut, dan si kumis. 52 c. Tokoh Tritagonis Tokoh tritagonis dalam novel ini adalah Syaiful, Rudi, Mishbah, Hamdi, Alicia, Madame Nahed, Yousef, paman Eqbal, bibi Sarah, ummu Aiman istri Syaikh Utsman, Tuan Boutros, Syaikh Utsman, Prof. Dr. Abdul Rauf Manshour, dan Syaikh Ahmad, Ustadz Jalal, dan Ustadzah Maemunah. d. Tokoh tambahan atau pembantu Ashraf, nenek bule di metro, saudara Alicia, Dokter Ramzi, gadis kecil di metro, para penumpang metro, Amena dan Hasan keponakan Aisha, Elena Hasyim, Ali Farougi, Magdi, Hasan, Hamada, Marwan, dan Ismail. Karena banyak tokoh dalam novel ini, penulis akan menguraikan penokohan berdasarkan tokoh utama terpenting dalam novel ini. a. Fahri Fahri merupakan sosok laki-laki, baik, disiplin, tapat waktu, bertanggung jawab, pintar, kuat imannya, suka menolong orang lain, perhatian, dermawan, rendah hati, ramah, penyayang, tegar, lucu, romantis, banyak dicintai wanita. Namun, terkadang Fahri adalah sosok yang mudah rapuh dan menangis. b. Aisha Aisha adalah sosok wanita yang lembut, cantik, penyayang, suka menolong, baik, patuh pada suami, dan selalu ikhlas. c. Maria Maria adalah sosok wanita yang aneh, ia gadis Koptik, tetapi hafal Al-Qur’an. Baik, cerdas, suka menolong, sangat perhatian pada Fahri, cerdas, suka memberi kepada orang lain, mencintai seseorang secara berlebihan, dan jujur. d. Nurul Sosok wanita yang baik, suka menolong, pintar, dan rela berkorban untuk orang yang dicintainya. 53 e. Noura Sosok wanita yang pendiam, selalu menderita dan sengsara akibat ulah Bahadur, ia mencintai Fahri namun Fahri tidak menyukainya. Fahri telah menganggapnya sebagai adik, Noura pun menjadi sakit hati dan benci pada Fahri, Ia berbuat jahat pada Fahri. Di akhir cerita ia benar-benar menyesal dan meminta maaf kepada Fahri atas tingkah lakunya, ia benar-benar menyesal telah berbuat jahat pada orang yang telah menolongnya dan mengeluarkannya dari penderitaan. 6. Amanat Pesan yang ingin disampaikan melalui novel ini adalah kita harus berpegang teguh dan bertakwa pada Allah Swt, saling tolong menolong kepada orang lain, menghormati tetangga, saling mencintai karena Allah, dan lain sebagainya. 7. Gaya Bahasa Dalam novel ini terdapat campur kode antara bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Ada beberapa puisi yang terdapat dalam novel dan diksinya sangat indah sehingga membuat pembaca merasa tertarik untuk membacanya dan tidak pernah bosan. Terdapat penggunaan majas dalam novel ini yaitu majas metafora dan litotes, dan personifikasi. Berikut kutipan novel yang terdapat campur kode antara bahasa Jerman dengan bahasa Arab dan penggunaan majas personifikasi. Kutipan novel ini berada pada saat Aisha menelpon Fahri untuk mengajaknya bertemu dengan Alicia karena Alicia ingin sekali berbincang dengan Fahri seputar Islam dan ajaran moral yang dibawanya, terjadi di flat Fahri, pada siang hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 90. Aku kembali menelentangkan badan badan di atas kasur. Saatnya tidur. Baru dua detik mata terpejam, handphone ku menjerit. Nomor yang tak kukenal. Siapa ya?Kuangkat. ”Assalamualaikum,” ”Walaikum salam. Ini siapa ya?” ”Sind Sie Herr Fahri?” 54 ”Ja. Sie Aisha?” ”Ja. Herr Fahri, haben Sie zeit” ”Heute?” ”Ja. Heute, ba’da shalat el ashr.” ”Nein dank, heute ba’da shalat al ashr habe ich leider keine Zeit Ich habe schoen eine verab redung. Pada kutipan novel tersebut Aisha melakukan campur kode antara bahasa Jerman dengan bahasa Arab. Terdapat majas personikasi pada klausa ”handphoneku menjerit” kegiatan menjerit biasanya dilakukan oleh makhluk hidup, tetapi penggunaan kata menjerit digunakan Kang Abik untuk handphone yang berdering. Berikut ini kutipan campur kode antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang dibicarakan antara Fahri daengan Yousef, dalam situasi Yousef memberitahu Fahri mamanya membatalkan acara ke Alex karena Fahri tidak bisa ikut serta dan menggantinya dengan mengajak Fahri dan teman-temannya makan malam di Cleopatra Restaurant bersama keluarga Yousef dalam rangka merayakan ulang tahun Madame Nahed, di flat Fahri, malam hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 118-119. ”Begini Fahri. Setelah aku beritahukan semuanya, Mama memutuskan untuk membatalkan rencana ke Alex,” ucap Yousef dengan kerut muka sedikit agak kecewa. ”Kenapa?” ”Karena kau tidak bisa ikut.” ”Kan acara tetap bisa berjalan dengan baik tanpa keikutsertaanku.” ”Pokoknya itu keputusan mama.” ”Ana asif jiddan Wallahi, ana asif jiddan” ucapku sedih. Sebetulnya aku tidak ingin mengecewakan siapapun juga. ”Tak apa-apa. Mama ingin menggantinya dengan sebuah acara yang tidak akan menyita waktu bannyak. Untuk acara ini mama minta dengan sangat kalian bisa ikut semua. Sekali lagi dengan sepenuh permohonan, tidak boleh ada yang yang tidak bisa.” Berikut ini kutipan novel alih kode dari bahasa Inggris ke bahasa Jerman, percakapan ini dilakukan oleh Fahri dan Aisha dalam situasi Aisha berterima kasih kepada Fahri karena telah menolongnya dan orang Amerika dari tingkah laku jahat orang Mesir, di metro, siang hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 55. 55 ”Indonesian, thank you.” Aku teringat dia orang Jerman. Aku iseng menjawab dengan bahasa Jerman. ”Bitte” ”Spreechen Sie Deutsch?” ”Ja, ein wenig.” Berikut ini kutipan novel yang menggunakan majas metafora, kutipan novel ini terjadi pada saat Fahri bimbang menentukan pilihan untuk hidupnya. Ia dijodohkan dengan Aisha oleh Syaikh Utsman. Setelah tiga hari, ia salat Istikharah, Fahri bermimpi bertemu dengan ibunya. Ia memang sangat rindu pada ibunya karena sudah tujuh tahun tidak berjumpa. Ia pun bergegas menelepon ibunya yang ada di Jakarta dan minta persetujuan ibunya, cerita ini terjadi di Flat Fahri, pada siang hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 203. Oh ibu. Jika engkau adalah matahari, aku tak ingin datang malam hari. Jika engkau adalah embun, aku ingin selalu pagi hari. Ibu, durhakalah aku jika di telapak kakimu tidak aku temui sorgamu. Kerinduan Fahri kepada ibunya tertuang dalam puisi di atas. Ia sangat mencintai dan mengagumi ibunya dengan mengibaratkan.ibunya seperti matahari dan malam hari. Puisi ini bermakna seorang anak yang sangat mencintai ibunya. Berikut ini kutipan novel yang menggunakan majas litotes, kutipan kutipan novel ini terjadi pada saat Fahri merasa rendah diri, ia merasa orng yang paling hina, dan tidak mungkin akan mendapatkan wanita yang berkedudukan tinggi apalagi anak kiai besar, cerita ini terjadi pada saat Fahri tidak percaya akan kenyataan hidupnya, ia akan menikah dengannya, seorang bidadari akan menikahi seorang yang hina, begitu gumamnya. Cerita ini di flat Fahri, pada siang hari, dan kutipan puisi ini terdapat pada halaman 222. 56 Aku adalah lumpur hitam Yang menderu Menempel di sandal sepatu Hinggap di atas aspal Terguyur hujan Terpelanting Masuk comberan Siapa sudi memandang Atau mengulurkan tangan? Tanpa uluran tangan Tuhan Aku adalah lumpur hitam Yang malang Pada kutipan novel tersebut tokoh Fahri merasa rendah diri dan merasa orang yang hina padahal ia adalah mahasiswa Al-Azhar yang tampan, pintar, pekerja keras, dan berakhlak mulia. 57 BAB IV ANALISIS NILAI AGAMA DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

A. Temuan Nilai