Profil Habiburrahman El Shirazy

42 BAB III PROFIL HABIBURRAHMAN DAN KARYA-KARYANYA

A. Profil Habiburrahman El Shirazy

Habiburrahman El Shirazy yang sempat diberi nama Muhammad Habibulwahid merupakan anak dari KH. Saerozi Noor dan Hj. Siti Khadijah yang lahir di Semarang, pada hari Kamis, 30 September 1976. Ia merupakan anak dari enam bersaudara yaitu, Habiburrahman El Shirazy, Anif Sirsaeba El Shirazy, Ahmad Mujib, Ali Imron, Faridatul Ulya, dan Muhammad Ulin Nuha. ”Kang Abik”, panggilan sayang dari adik-adiknya, termasuk anak yang sering sakit-sakitan namun karena keterbatasan ekonomi tidak dibawa ke dokter oleh kedua orang tuanya maka tubuh Kang Abik sulit disembuhkan dan semakin parah. Namun, setelah ganti nama dari nama Muhammad Habibul Wahid menjadi Habiburrahman El Shirazy, penyakit Kang Abik mulai membaik dan jarang sakit-sakitan. Kang Abik yang memulai pendidikan di tingkat sekolah Madrasah Ibtidaiyah di Semarang kemudian dilanjutkan ke pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus MAPK Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999. Telah merampungkan Postgraduate Diploma Pg.D. S2 di The Institute for Islamic Studies in Cairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri 2001. Profil diri dan karyanya pernah menghiasi beberapa koran dan majalah, baik lokal maupun nasional, seperti: Solo Pos, Republika, Annida, Saksi, Sabili, Muslimah, dll. Kang Abik semasa di SLTA pernah menulis naskah teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradai pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Swedari Surakarta 1994. Pernah 43 meraih Juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta 1994. Pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi religius tingkat SLTA se-Jateng diadakan oleh panitia Book Fair ’94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994. Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eksKaresiden Surakarta diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994. Kang Abik juga pemenang I lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta 1994. Ia juga peraih juara I lomba baca puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan IMABA UGM Jogyakarta 1994. Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun 1994-1995 mengisi Syahril Quran setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng 1995 dengan judul tulisan Analisis Dampak Film Laga terhadap Kepribadiaan Remaja. Ketika menempuh studi di Kairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI Majelis Intensif Studi Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam di Kairo 1996-1997. Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti ”Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua” yang diadakan oleh WAMY The World Assembly of Moslem Youth selama sepuluh hari di Kota Ismailia, Mesir Juli 1996. Dalam perkemahan itu, ia berkesempatan memberikan orasi berjudul Tahqiqul Amni Was Salam Fil ’Alam Bil Islam Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia dengan Islam. Orasi tersebut terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan berskala internasional tersebut. Pernah aktif di Majelis Sinergi Kalam Masika ICMI Orsat Kairo 1998-2000 dan pernah menjadi koordinator sastra Islam ICMI Orsat Kairo selama dua periode 1998-1999 dan 2000-2002. Sastrawan muda ini juga pernah dipercaya untuk duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di Cairo dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena FLP dan Komunitas Sastra Indonesia KSI di Cairo. Selain itu, Kang Abik telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarai pementasannya di Kairo, di antaranya: Wa Islama 1999, Sang 44 Durjana gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul ’Alim Wa Thaghiyyah, 2000, Darah Syuhada 2000. Tulisannya berjudul, Membaca Insaniyyah al Islam terkodifikasi dalam buku Wacana Islam Universal diterbitkan oleh Kelompok MISYKATI Kairo, 1998. Berkesempatan menjadi Ketua Tim Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu Menara ”NAFAS PERADABAN” diterbitkan oleh ICMI Orsat Kairo, 2000. Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, Kang Abik diundang oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari 1-5 Oktober untuk membacakan puisinya-puisinya berkeliling Malaysia dalam momen Kuala Lumpur World Poetry Reading Ke-9, bersama penyair-penyair dunia lainnya. Puisinya juga termuat dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL 2002 dan Majalah Dewan Sastera 2002 yang diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair dunia yang lain, puisi Kang Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL 1986- 2002 yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia 2004. Pada pertengahan Oktober 2002, Kang Abik tiba di Tanah Air, saat itu juga, ia langsung diminta oleh Pusat Pengembangan Mutu Pendidikan P2MP Jakarta untuk ikut mentashih Kamus Populer Arab-Indonesia yang disusun oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, Juni 2003. Ia juga diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedi Intelektualisme Pesantren; Potret Tokoh dan Pemikirannya, terdiri atas tiga jilid dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003. Mengikuti panggilan jiwa, antara tahun 2003 hingga 2004, Kang Abik memilih mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogjakarta. Selanjutnya, sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 ini, Kang Abik tercatat sebagai dosen di Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta. Selain menjadi dosen di UMS Surakarta, kini Kang Abik sepenuhnya mendedikasikasikan dirinya di dunia dakwah dan pendidikan lewat karya- karyanya, lewat Pesantren Karya dan Wirausaha BASMALA INDONESIA, 45 yang sedang dirintisnya bersama sang adik tercinta, Anif Sirsaeba dan budayawan kondang Prie GS di Semarang dan lewat dakwah lainnya. 78 Proses lahirnya Ayat-Ayat Cinta, berawal dari kepulangan Kang Abik dari Mesir pada tahun 2003 lalu sebuah kecelakaan menimpanya. Kaki kanannya patah sehingga ia tidak bisa mengajar di Yogyakarta—yang hanya bergaji Rp 100. 000, 00—dan tidak bisa pula mementaskan teater lalu ia menumpahkan waktunya untuk menulis novel. Awalnya Kang Abik menulis cerita pendek kemudian membuat kisah-kisah Islami. Saat itulah ia menulis Ayat-Ayat Cinta dalam kondisi tidak bisa ke mana-mana. Siang malam ia menulis novel Ayat-Ayat Cinta. Adapun inspirasi novel Ayat-Ayat Cinta, berasal dari ayat Al-Qur’an Surat Az-Zuhruf ayat 67, yang artinya: Orang- orang yang saling mencintai satu sama lain pada hari kiamat akan bermusuhan kecuali orang-orang yang bertaqwa. ”Jatuh cinta dan saling mencintai tetap akan bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertaqwa. Jadi, hanya cinta yang bertaqwa yang tidak akan menyebabkan orang bermusuhan. Itu yang kemudian sempat menjadi renungan saya. Saya ingin juga menulis novel tentang cinta, tetapi yang sesuai dengan ajaran Islam; yang menurut saya benar,” kata Kang Abik. 79 Ia mengakui bahwa karya-karyanya memadukan antara sastra dan pesantren karena ia lebih menguasai dan menjiwai latar pesantren. Ia hanya akan menulis sesuatu yang ia kuasai. Inspirasi Kang Abik untuk karya- karyanya adalah Al-Qur’an dan hadis Rasulullah. Kang Abik merasa dengan beliau berkarya melalui menulis ia menyerahkan jiwanya untuk agama Allah Swt dan memanfaatkan semua apa yang beliau miliki untuk dimanfaatkan demi perkembangan Islam, dari Islam untuk Islam. Inilah yang mendorong beliau terus semangat dan beribadah dengan terus berkarya melalui tulisannya. Selain menulis, beliau juga beribadah kepada Allah Swt. 78 Habiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, Jakarta: Republika, 2008, cet. XIX, h. 407—410. 79 Http:id.shvoong.comsocial-sciences1781192-habiburrahman-el-shirazy-karya-sastra, Adinda Ferra Najwa El-Kasih, Membaca Jauh dari Kebodohan, Kebodohan = Kemiskinan = Kejahatan, diakses pada hari Sabtu, 9 Oktober 2010, pkl. 15.00 WIB.S. 46 Kang Abik tidak pernah menjadikan dirinya dan menyebut dirinya sebagai seorang dai. Beliau hanya menjalankan apa yang Allah Swt telah perintahkan dan apa yang telah Allah larang sesuai dengan Al-Qur’an. Artinya, Kang Abik tidak merasa berdakwah, tetapi hanya menjalankan kewajiban seorang muslim yang kaffah, yaitu melakukan suatu hal yang kita bisa lakukan untuk menyebarkan dan mengembangkan agama Islam. Keahlian Kang Abik adalah membuat karya tulis maka beliau memfokuskan dan terus menunjukkan eksistensi dirinya untuk sebuah karya yang indah dan manis dalam bentuk kata-kata yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pembaca yang setia. Yang terpenting bagi Kang Abik adalah tetap berpegang teguh pada Al- Qur’an. Kang Abik sangat mencintai bidang menulis, hidup dan matinya memang telah difokuskan pada dunia tulis menulis. Pada awalnya, menulis adalah hobinya dari kecil dan hasil karyanya memang sangat membanggakan untuk kancah nasional, bahkan sampai internasional. Dari hobi yang memang panggilan jiwa untuk menulis dan membuat karya tulis maka kini menjadi salah satu yang memang membanggakan.

B. Karya-Karya Habiburrahman El Shirazy