Pengelolaan Risiko dan Program Pengendalian Risiko Kredit

H. Pengelolaan Risiko dan Program Pengendalian Risiko Kredit

Penyebab utama masalah bank yang serius berkaitan langsung dengan standar pemberian kredit yang lunak atau longgar, Manajemen Portofolio Kredit yang lemah, dan karena kurangnya perhatian terhadap perubahan ekonomi atau kondisi lingkungan lainnya, yang pada giliran berikutnya dapat membuat sebuah kredit kepada counterparty menjadi bermasalah. Terjadinya kredit bermasalah dan kredit macet akan mengikis modal bank, mengurangi pendapatan bank, menjadikan Bank tidak solvent. Oleh karena itu Manajemen Risiko Kredit menjadi fokus utama pada Bank dengan ukuran kegiatan usaha kecil dan sedang 124 Suatu kualitas aktiva sebuah Bank disebut baik, apabila jumlah Risiko Kredit atau “ kemungkinan” rugi sebuah portofolio Bank dinilai rendah dan kekuatan proses manajemen dalam mengendalikan Risiko tersebut dinilai tinggi. Bank perlu mengelola Risiko Kredit yang terkandung dalam portofolio maupun risiko dalam kredit atau transaksi secara individual. Bank perlu mempertimbangkan hubungan antara Risiko Kredit dan risiko lainnya . 125 124 Robert Tampubolon,Risk Management Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial, Op.Cit,hal.111. 125 Forest. E. Myers, Basics for Bank Directors, Division of Supervision and Risk Mangement Federal Reserve Bank of Kansas City, 2001,hlm.134. . Efektivitas pengendalian eksposur Risiko Kredit Bank tergantung pada sejumlah faktor yang ada dalam program pengendalian Risiko Kreditnya. Faktor- faktor tersebut harus sudah tersedia sebelum sebuah Bank memberikan fasilitas Kredit, dan perlu dikaji ulang secara berkala dalam Manajemen Risiko. Universitas Sumatera Utara Beberapa aspek kunci dalam perspektif pengendalian Risiko Kredit yang standar dan praktek yang baik best practises untuk dimiliki bank adalah sebagai berikut 126 1. Menciptakan Lingkungan Risiko Kredit yang Memadai : a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab sebagai pemberi persetujuan approval akhir dan utama atas strategi, kebijakan,prosedur dan limit yang bertalian dengan Risiko Kredit. Komisaris dan Direksi memastikan bahwa semuanya itu sesuai dengan kegiatan usaha Bank, serta melakukan pengkajian berkala sekurangnya setahun sekali atas hal-hal tersebut. Selain memberikan persetujuan dan melakukan pengkajian Dewan Komisaris dan Direksi juga bertanggung jawab untuk mengawasi pengimplementasian strategi, kebijakan, prosedur dan limit yang dimaksud, agar dapat: 1. Diterapkan secara terkonsolidasi melalui penyebarluasan dan diseminasi pengkomunikasian strategi dan kebijakan karena dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan dengan Risiko Kredit. 2. Mendukung diterapkannya standar pemberian kredit yang sehat secara konsisten. 3. Mengutamakan kepatuhan terhadap strategi dan kebijakan kredit dan tidak diperlunak karena alasan adanya tekanan persaingan. 4. Memantau dan mengendalikan Risiko Kredit. 5. Mengidentifikasi dan menangani kredit bermasalah sedini mungkin. 126 Ibid,hal.112-144. Universitas Sumatera Utara Wewenang dan tanggung jawab ini dapat didelegasikan kepada Komite Kredit atau Manajemen Senior di bawahnya. Sedangkan pengawasan aktif terhadap pengelolaan Risiko Kredit tetap berada di tangan Direksi. Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan adanya pemisahan tugas antara fungsi penganalisa permohonan kredit, pemberi persetujuan kredit dan yang me-review kredit, serta tersedia dan berlakunya fungsi-fungsi kunci yang akan dibahas kemudian. b. Strategi Kredit Strategi, kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan konsisten dengan tingkat toleransi Risiko, ketersediaan modal yang akan dialokasikan untuk kegiatan perkreditan, dan kecakapan pejabat kredit management expertise. Strategi risiko kredit harus mencakup pernyataan bahwa untuk mencapai pertumbuhan usaha yang diharapkan, Bank berminat pada jenis kredit, sektor ekonomi, lokasi geografis, jenis mata uang, jangka waktu, dan keuntungan yang diharapkan, dan kebutuhan untuk memelihara Kualitas Aktiva Produktif KAP. Harus ditetapkan hubungan yang dapat diterima antara risiko dan imbal hasilnya riskreward dengan memperhatikan sumber daya dan modal yang diperlukan 127 c. Strategi Penetapan suku Bunga Kredit . Strategi dan kebijakan Risiko Kredit ini harus dikomunikasikan ke seluruh pegawai secara efektif, misalnya dengan menggunakan Intranet. Pejabat atau pegawai yang berkepentingan harus memahami pendekatan Bank dalam memberi persetujuan kredit dan mentaati kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. 127 Ibid,hlm 113. Universitas Sumatera Utara Bagi sebuah bank, penetapan harga produk secara tepat jauh lebih penting dibandingkan dengan peningkatan volume usaha, khususnya ekspansi kredit. Michael de Kare-Silver berpendapat “ pricing does not have to be the lowest price; it could be any differentiated or validated pricing proosition, not something short term and tactical. Pricing as strategy is establishing something on a consistent and continuous basis that signals how the customer should perceive what is offered. 128 128 Michael de Kare Silver, Strategi in Crisis, England, Macmilian Press, Ltd.,1997 , hal.117. ” Dia menegaskan bahwa dalam jangka panjang penetapan harga sebuah produk yang baik haruslah dapat mendikte konsumen yang membutuhkannya. Misalnya, dengan memberikan bunga kredit yang lebih rendah kepada debitur dan usaha yang risiko kreditnya rendah, akan mengarahkan para Debitur terhadap upaya memperkecil risiko kreditnya. Arus kas mendatang mengandung ketidakpastian dan berisiko gagal. Besarnya nilai sebuah aktiva ditentukan oleh besaran, waktu dan tingkat risiko dari arus kas mendatang tersebut. Semakin tinggilama arus kas mendatang semakin rendah nilai semakin tinggi Risiko Kredit aktiva tersebut. Dengan demikian sebuah Bank yang ingin aman terhadap Risiko Kredit menerapkan strategi penetapan suku bunga kredit yang berbeda untuk risiko kredit yang berbeda. Sama halnya dengan penetapan suku bunga obligasi, dimana suku bunganya akan ditetapkan tinggi apabila ratingnya rendah atau risikonya tinggi. Universitas Sumatera Utara Karena bank beroperasi dengan modal kecil sehingga sangat riskan jika ada kredit yang macet, maka selain memutus kredit secara sangat berhati-hati, bank harus mendapat kompensasi berupa bunga kredit yang memadai. Kebijakan ini memiliki manfaat berganda seperti, pertama akan mendidik debitur untuk memperkecil risikonya dan sebagai alat seleksi untuk mendapat debitur yang baik, karena debitur yang risikonya tinggi dan dikenakan bunga tinggi akan pindah ke Bank lain yang masih bersedia memberikan tingkat bunga lebih rendah. Bahkan dengan formula Internal Credit Rating yang diterapkan secara efektif, Bank akan diizinkan untuk memperkecil kewajiban penyediaan modal minimum KPMM pada waktu selanjutnya. 2. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit yang Lengkap dan Mutakhir Kebijakan dan prosedur Pemberian kredit harus merupakan artikulasi dari apa yang menjadi tujuan dalam strategi Bank. Kebijakan ini harus pula memberi kontribusi bagi pengelolaan risiko kredit yang efektif dalam benuk menyajikan informasi yang memadai, untuk membantu bank dalam melakukan penilaian secara komprehensif terhadap risiko kredit. Toleransi risiko kredit, yaitu jumlah dan jenis risiko kredit yang siap diserap, harus secara jelas ditegaskan dalam kebijakan kredit. Toleransi risiko ini harus searah dengan tujuan strategik Bank. Manual kebijakan kredit bank sekurangnya harus memuat alat kontrol antara lain sebagai berikut 129 1. Cakupan pemberian Kredit. : 2. Standar penetapan rating Kredit. 129 Robert Tampubolon, Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial, Op.Cit, hal. 118 Universitas Sumatera Utara 3. Jenis fasilitas yang ditawarkan, masing-masing dengan batas atas ceilings, penetapan suku bunga, profitabilitas, jangka waktu paling lama, dan debt- servicing ratio untuk seorang Debitur, untuk Debitur Group, atau untuk sebuah industri. 4. Batas atas untuk total portofolio Kredit, seperti antara lain loan-to-deposit ratio LDR, rasio komitmen yang belum ditarik, persentase basis modal. 5. Pedoman pengeloaan Risiko Kredit, misalnya limit maksimal agregat Kredit masing-masing per negara atau geografis, industri, kategori dan peminjam misalnya bank, lembaga keungan non-bank, korporat dan retail, produk misalnya kredit properti, dan debitur grup. Penetapan limit portofolio ini diukur menurut proporsi Kredit dari total aktiva Bank, porsi Kredit untuk masing-masing jenis indusri dalam portofolio Bank, dan pencegahan konsentrasi Kredit, serta tujuan diversifikasi Kredit. 6. Batas maksimum kewenangan memutus Kredit untuk pejabat Kredit, Direktur Kredit, Komisaris dan Komite Kredit. 7. Limit-limit, persyaratan kredit terms and conditions, prosedur penilaian dan persetujuan kredit, serta catatan-catatan records yang harus disimpan untuk masing-masing pinjaman. 8. Syarat permohonan dokumen dan informasi yang sekurangnya harus diserahkan kepada Bank, rasio keuangan yang dapat diterima, dan faktor lainnya. 9. Jenis Kredit yang tidak diinginkan Bank 10. Persyaratan atau kriteria jaminan Kredit guarantees dan jenis kolateral serta loan-to-value ratios yang dapat diterima. Universitas Sumatera Utara 11. Standar penilaian kolateral dan prasyarat bagi penilai. 12. Stuktur penetapan bunga pinjaman, dan hubungannya dengan Risiko Kredit. 13. Standar analisis kredit dan dokumentasi kredit secara legal. 14. Fungsi Loan Review. Sedangkan prosedur kredit harus menekankan proses penilaian kredit fokus pada risiko yang terkait antara lain pada jenis usahanya, besarnya limit kredit yang diberikan, dan lamanya jangka waktu pinjaman. Semakin besar limit atau semakin lama jangka waktu kredit, semakin besar pula risiko yang akan terjadi. Buku manual perkreditan harus menguraikan kriteria dan prosedur untuk 130 1. Pemberianpersetujuan kredit baru, perpanjangan kredit yang sudah ada, dan persetujuan atas penyimpangan yang terjadi. : 2. Pelaksanaan review berkala secara independen terhadap kredit yang telah disetujui. 3. Kelengkapan administrasi kredit seperti catatan-catatan records, dokumentasi dan lain-lain dari kredit yang telah mendapat persetujuan. a. Persetujuan Kredit Mengingat persetujuan atas sebuah fasilitas kredit merupakan separuh dari proses Manajemen Risiko, maka prosedur mulai menganalisis sampai pencairan sebuah permohonan kredit baru atau perpanjangan kredit, harus digambarkan secara jelas dan rinci dalam buku manual prosedur kredit. Misalnya, perlu ditetapkan berapa limit kredit yang dapat diputus oleh seorang Pejabat Kredit dan berapa limit yang harus diputus oleh Komite Kredit. 130 Ibid. Universitas Sumatera Utara Dalam hal tidak terdapat Komite Kredit, maka kredit yang diputus oleh Pejabat Kredit harus dikaji ulang secara berkala oleh Pejabat Kredit lainnya. Sebelum sebuah permohonan kredit akan dinilai, Pejabat Kredit harus memastikan bahwa permohonan kredit tersebut telah sesuai dengan kebijakan Risiko Kredit. Penilaian kredit harus dilakukan dengan melakukan analisis yang rinci mengenai posisi keuangan dan kemampuan untuk melunasi pinjaman Debitur. Proses penilaian yang standar tidak boleh dikurangi karena alasan kesulitan mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya. Proses penilaian juga tidak boleh diintervensi oleh manajemen, pemilik saham, atau pihak lain yang memiliki sangkut paut kepentingan dengan permohonan kredit tersebut. Keputusan persetujuan kredit didasarkan pada analisis yang seteliti dan setepat mungkin. Untuk itu diperlukan informasi yang banyak dan sejujur mungkin dari Debitur. Informasi mengenai debitur yang sebaiknya dihimpun oleh Bank antara lain 131 1. Integritas dari calon peminjam. . 2. Kewenangan peminjam untuk mengajukan permohonan kredit. 3. Tujuan kredit yang jelas dan sesuai dengan kebijakan kredit bank. 4. Customer base dan kelangsungan usaha untuk suatu jangkan waktu yang lama. 5. Kemampuan manajemen peminjam untuk melangsungkan usaha. 6. Adanya prospek jangka panjang suatu industri yakni usaha peminjam. 131 Ibid,hal.121 Universitas Sumatera Utara 7. Syarat pembayaran kembali cicilan dan jangka waktu. 8. Sumber pembiayaan pelunasan kredit 9. Proyeksi arus kas dan kemampuan untuk melunasi utang, bukan saja pada masa normal, tetapi juga pada kondisi yang buruk dari sebuah siklus ekonomi yang terus mengalami perubahan. 10. Adanya pinjaman dari pihak lain, seperti kredit dan supplier dari bank lain. 11. Pinjaman yang tengah dinikmati oleh anak perusahaan atau perusahaan afiliasi dari Debitur. 12. Hasil penilaian dari kolateral yang dijaminkan dan keabsahan dari jaminan. 13. Imbal hasil yang diharapkan Bank dari pemberian fasilitas kredit ini. Faktor yang harus dipertimbangkan dan tercakup dalam persetujuan kredit ini antara lain: 1. Prinsip mengenal nasabah Know Your Customer yang harus dipatuhi secara ketat. Bank dilarang memberi kredit kepada Debitur yang latar belakang dan kegiatan usahanya tidak kelas atau meragukan. Prinsip mengenal nasabah ini mencakup juga kemauan karakter dan kemampuannya untuk melunasi kredit. 2. Tujuan kredit dan sumber pembayaran. Bank tidak boleh mengandalkan jaminan atau garansi, yang hanya berfungsi sebagai pengaman lapis kedua apabila Debitur gagal melunasi pinjamannya. Oleh karena itu kolateral tidak dapat menggantikan fungsi penilaian kredit yang komprhensif atau sebagai penutup kekurangan informasi yang dipersyaratkan. Bank harus menilai kolateral atau jaminan yang ada secara seksama dengan menerapkan rasio loan-to-value yang memadai. Bank harus mempersyaratkan agar kolateral Universitas Sumatera Utara yang dijaminkan ditutup asuransi secukupnya. Dalam hal Debitur memberikan jaminan pribadi, maka Bank harus melakukan penilaian atas kemampuan penjamin menunaikan kewajibannya, apabila Debitur gagal melunasi kreditnya. 3. Profil Risiko terkini dari Debitur dan agunan serta tingkat sensitifitasnya terhadap perkembangan kondisi ekonomi dan pasar. Untuk menseleksi transaksi Risiko Kredit perlu diperhatikan: a. Tingkat probabilitas terjadinya default Debitur sampai diperolehnya pembayaran penuh, serta perhitungan kebutuhan modal. b. Penetapan harga pricing secara konsisten yang memperhitungkan tingkat Risiko dari transaksi kontrak yang bersangkutan punitive pricing khususnya dengan memperhatikan kondisi Debitur secara keseluruhan serta kualitas marketabiltity agunan Kredit. c. Tindak koreksi atas pricing dan tindak perbaikan lainnya untuk mencegah memburuknya kondisi keuangan Bank. 4. Analisis kemampuan untukm membayar kembali, yang ditunjukkan oleh perkembangan keuangan historis dan proyeksi arus kas dengan berbagai skenario. 5. Posisi Debitur dalam industri tertentu, serta kemampuan bisnis Debitur maupun kondisi sektor ekonomi Debitur. 6. Persyaratan kredit yang diajukan, termasuk limit dan perjanjian yang dirancang untuk membatasi perubahan eksposur debitur di waktu yang akan datang. Limit harus menggambarkan Risiko yang ada. Oleh karena itu, limit harus menjadi bagian penting dalam sistem Internal Risk Rating yang Universitas Sumatera Utara diterapkan kepada masing-masing Debitur. Limit ini harus juga diuji dengan stress testing yang hasilnya perlu mendapat perhatian Bank. Bank perlu menetapkan apakah memberi kewenangan untuk memutus Kredit kepada Kepala cabang paham generalis atau menyerahkannya kepada sebuah Satuan Kerja khusus untuk me-review Kredit credit evaluation yang bebas dari Satuan Kerja Operasional yang mengembangkan usaha paham spesialis. Pendekatan mana pun yang dipilih, sebaiknya Bank menetapkan agar kredit diputus oleh sebuah Komite Kredit di tingkat cabang ataupun Kantor Pusat, sesuai batasan otoritasnya. Untuk menghindari pengaruh Kepala Cabang atau Direktur yang memimpin Kredit Komite dimaksud. Sebaiknya mereka hanya diberi hak prerogatif untuk menolak negative vote. Persetujuan Kredit harus tetap diputus oleh suara terbanyak. b. Pencairan Kredit Setelah sebuah Kredit disetujui, baik sebelum atau sesudah sebuah transaksi pencairan Kredit dilakukan, Pejabat yang terpisah dari satuan kerja pemutus kredit harus melakukan pengkajian ulang review. Untuk keperluan pengkajian ini, Bank dapat menyusun dan menggunakan check-list khusus untuk keperluan tersebut. Daftar ini tidak perlu panjang, memuat faktor kunci yang perlu diperiksa ulang. Misalnya penstrukturan kredit, jangka waktu, penetapan bunganya, kelengkapan dokumen kredit, keberadaan kolateral, dan syarat-syarat lain yang telah disepakati akan dipenuhi sebelum pencairan kredit, yang belum disediakan pada saat Kredit dianalisis dan harus dipenuhi sebelum memberi persetujuan pencairan Kredit 132 132 Ibid.hal.123 . Universitas Sumatera Utara c. Pengkajian Ulang Kredit Internal Credit Review Bank membutuhkan fungsi Internal Credit Review IRC dan sistem pelaporan yang efisien untuk dapat mengelola berbagai portofolio Kredit yang ada. Fungsi IRC dikenal dengan istilah Loan Review. Fungsi Loan Review harus dilaksanakan oleh pejabat ahli dan independen dari pejabat pemberi Kredit. Untuk itu perlu ditetapkan kewenangan kualifikasi, dan independensi Pejabat Loan Review. Perlu ditetapkan frekuensi pengkajian, kewajiban untuk memberikan rekomendasi, saran dan bahkan tindak penyelamatan kredit yang diperlukan. Tugas pengkajian ulang review ini harus dilakukan secara berkala, baik per fasilitas kredit maupun untuk keseluruhan portofolio kredit. Dalam hal Bank tidak memiliki Pejabat Loan Review yang ahli, fungsinya dapat diperoleh melalui outsourcing yang akan berfungsi sebagai orang dalam. Fungsi utama Loan Review antara lain adalah untuk menilai ulang penetapan kolektibilitas rating kredit menurut kualitasnya, memeriksa apakah seluruh proses pemberian Kredit sampai pada pengadministrasiannya telah mematuhi kebijakan dan prosedur Bank serta ketentuan dan perundangan-undangan yang berlaku. Dia juga memberikan pendapat berdasarkan judgment-nya, apakah para account officer telah memantau setiap fasilitas kredit yang menjadi tanggung jawabnya secara cukup. Pejabat Loan Review memeriksa kelengkapan dokumentasi Kredit, kolateral benar ada, baik fisik maupun nilainya, dan telah diikat secukupnya. Fungsi yang dilakukan secara berkala ini sekurangnya setahun sekali akan Universitas Sumatera Utara mendeteksi adanya kredit bermasalah, berikut saran untuk mengatasinya, sehingga tindak perbaikan dapat segera dilakukan. Hal-hal yang biasanya diperhatikan adalah sebagai berikut 133 1. Mengikuti perkembangan usaha, posisi keuangan dan kebutuhan terkini dari nasabah yang sedang menikmati fasilitas kredit. : 2. Mempertimbangkan apakah fasilitas kredit yang telah mendapat persetujuan, kreditnya dapat dicairkan, atau fasilitas kredit yang telah sepenuhnya digunakan, memerlukan perpanjangan, penambahan, pengurangan atau bahkan pencabutan keseluruhan kredit. Rekomendasi harus didokumentasikan secukupnya dan ditujukan kepada Direktur Kredit atau Komite Kredit. 3. Mengikuti perkembangan kualitas kredit per fasilitas atau portofolio kredit secara keseluruhan serta mengidentifikasi perkembangan yang tidak normal. 4. Mengkaji reklasifikasi kredit apakah perlu dilakukan dan apakah cadangan kredit macet cukup memadai. 5. Memberi saran untuk memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman yang mungkin terjadi, yang diperoleh dari informasi yang ada. 6. Mengusulkan beberapa tindak penyelamatan kredit apabila diperlukan. 7. Memberi masukan mengenai masih memadainya atau tidaknya strategi dan kebijakan yang ada hubungannya dengan Risiko Kredit, beriku usul perbaikan yang diperlukan. 133 Ibid.hal.124 Universitas Sumatera Utara Hasil review-nya harus dilaporkan langsung ke Dewan Direksi, Komite Audit, atau Manajemen Senior yang tidak memiliki kewenangan memutus kredit. Dalam kebijakan dan prosedur Kredit, harus ditetapkan cakupan Loan Review ini, misalnya kredit-kredit yang limitnya di atas Rp. 5 miliar, yang telah jatuh waktu lebih dari 30 hari, kredit dengan non-accrual basis, kredit kepada afiliasi, kredit yang kolateralnya diambil alih, dan kredit yang tertera dalam “watch-list” akan diperiksa cara 100 setahun sekali. Sedangkan kredit-kredit di luar kriteria tersebut hanya akan diperiksa secara random, dan bergiliran untuk tahun berikutnya. Hal-hal lain yang bertalian dengan fungsi ini juga dibahas sebelumnya. d. Pengadministrasian dan File Kredit Administasi Kredit merupakan komponen kritis dalam memelihara keamanan dan kesehatan sebuah Bank. Fungsi ini mencakup pemeliharaan File Kredit agar tetap mutakhir, mendapat informasi keuangan terkini, mengirimkan pemberitahuan kepada Debitur untuk memperpanjang fasilitas kreditnya dan menyiapkan berbagai dokumen seperti Perjanjian Kredit. Dalam membangun fungsi adminstrasi Kredit ini, Bank harus memastikan bahwa: 134 1. Kegiatan administrasi kredit, termasuk pemantauan dokumentasi, kolateral, dan lain-lain telah efisien dan efektif. 2. Informasi yang disajikan dalam sistem manajemen informasi telah akurat dan tepat waktu. 134 Ibid.hlm.125 Universitas Sumatera Utara 3. Pengendalian atau kontrol atas semua prosedur di back-office telah memadai. 4. Ketentuan hukum, regulasi, kebijakan dan prosedur intern telah dipatuhi. Satuan Kerja Administrasi Kredit, yang bertanggung jawab melakukan fungsi pengendalian dan pengelolaan Risiko Kredit, akan memeriksa semua fasilitas kredit yang baru saja disetujui, antara lain untuk: a. Memastikan bahwa semua aplikasi kredit baru telah mendapat persetujuan melalui proses yang seharusnya. b. Memasukkan limit kredit ke dalam sistem komputer sesegera dan seakurat mungkin. c. Mempersiapkan dokumentasi kredit. d. Melakukan verifikasi ulang terhadap kewenangan nasabah untuk meminta kredit. e. Melakukan penilaian kolateral. f. Melakukan pengikatan atas deposito, bila dijaminkan. g. Memastikan bahwa nasabah telah memenuhi semua persyaratan kredit. h. Memeriksa syarat pencairan kredit apakah dipenuhi dan jadwal penarikan kredit telah disetujui. i. Menyiapkan dana yang diperlukan, bekerja sama dengan bagian Tresuri. j. Memelihara kelengkapan dokumen seperti internal rating, memoranda internal, surat-surat referensi, hasil penilaian appraisal, dokumen lainnya. k. Memantau penerimaan pembayaran cicilan atau pelunasan pinjaman pokok maupun bunga. Universitas Sumatera Utara l. Mendapatkan informasi keuangan nasabah yang mutakhir berikut analisa keuangannya. m. Mengidentifikasi sinyal awal adanya gejala macet dan pembayaran kredit. n. Memelihara file kredit secara lengkap dan mutakhir. o. Menyusun laporan informasi kredit kepada manajemen Kredit yang telah disetujui dan dicairkan harus dimasukkan dalam file secara sentral dan baik di back office. Semua catatan records harus tersedia secara lengkap dan dapat segera diminta oleh yang berwenang untuk melihatnya, seperti Manajer Kredit, dan Auditor. Informasi yang sebaiknya ada di file kredit, yaitu antara lain 135 1. Latar belakang peminjam, alamat, organisasi, sejarah perusahaan, kegiatan usaha utama, akte pendirian perusahaan, SIUP, TDP, surat keterangan domisili, surat keanggotaan asosiasi, kewenangan untuk meminjamsurat kuasa untuk meminjam, surat referensi dari pihak ketiga, kinerja keuangan minimal 2 tahun terakhir, NPWP, asuransi bagi peminjam pribadi. : 2. Tujuan pengguanan fasilitas kredit. 3. Syarat pelunasan pinjaman pokok dan bunga. 4. Rincian kolateral yang dijaminkan, berikut bukti adanya kolateral termasuk asuransinya dan hasil penilaian oleh penilai ahli. 5. Aplikasi kredit dan informasi laporan keuangan dan lain-lain, proyeksi, dan asumsi yang ada, serta analisis kredit yang dibuat oleh Pejabat yang berwenang untuk itu berikut eksposur, verifikasi atas informasi dan referensi 135 Ibid.hal.126 Universitas Sumatera Utara yang diberikan, hasil skenario stress-test, dan rating untuk fasilitas berdasarkan internal credit rating yang ada. 6. Surat persetujuan kredit fasilitas yang disetujui, imbal hasil yang diharapkan, persyaratan kredit berikut bukti bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi, nama, jabatan serta tanda tangan pemutus kredit. 7. Catatan diary mengenai adanya pemutakhiran isi file kredit, termasuk aktivitas rekening, perubahan saldo debet, perubahan kolateral, notulen rapat-rapat intern maupun dengan nasabah, hasil inspeksi, dan lain-lain. 8. Hasil penilaian berkala atas rating kolektibilitas kredit, menurut internal credit rating maupun menurut regulasi, berikut PPAP yang dibutuhkan. 9. Hasil review yang dilakukan Pejabat Loan Review. Tanggung jawab administrasi kredit mencakup kegiatan mulai dari memeriksa kembali proses persetujuan kredit dan dokumentasi kepatuhan kepada strategi, kebijakan, prosedur dan ketentuan yang berlaku, pengikatan jaminan secara sempurna lien perfection, pencairan kredit, penilaian agunan, pemeliharaan file-file kredit dan mengkompilasikan laporan-laporan untuk informasi manajemen. Adminstrasi kredit harus dikembangkan dengan memperhatikan: a. Pengoperasian adminstrasi kredit secara efisien dan efektif. b. Informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu. c. Pemisahan tugas segregation of duties yang memadai. d. Pengendalian operasioanal di bank office. e. Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur intern serta ketentuan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara e. Faktor Pendukung Lainnya Beberapa faktor pendukung kebijakan dan prosedur yang baik untuk mengelola Risiko Kredit adalah sebagai berikut 136 1. Budaya Kredit yang Kuat : Sebuah bank yang memiliki budaya Kredit credit culture yang kuat sangat kecil kemungkinan menderita rugi karena Risiko Kredit. Budaya Kredit dikatakan baik, jika memenuhi hal-hal seperti berikut: a. Manajemen puncak yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai trade-off antara risk dan reward, konsep rugi yang dapat diterima expected loss, kebutuhan rate of return sesuai pertumbuhan ekonomi, dan prinsip pengelolaan portofolio Bank. b. Keseimbangan antara pengembangan usaha dan quality control yang optimal. c. Komitmen manajemen puncak yang tercermin dari tindakan nyata yang sesuai dengan pengarahan-pengarahan mengenai kualitas aktiva produktif. d. Disiplin kredit yang mengintegrasikan kebijakan Kredit, sistem penerapan internal credit risk rating, adminstrasi kredit, loan review, dan akuntabilitas pejabat pemutus Kredit. Disiplin ini akan terbangun apabila manajemen puncak memiliki komitmen Kredit yang tinggi. e. Disiplin Kredit untuk menolak semua permohonan kredit yang sifatnya mendesak dan tidak masuk dalam rencana Bank atau tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam kebijakan Kredit, karena hal ini 136 Ibid,hal.128. Universitas Sumatera Utara akan mempengaruhi spirit Pejabat Kredit yang biasanya cenderung untuk melanggar beberapa rambu kontrol yang ada. f. Kebijakan pemberian insentif, status dan pendidikan bagi pejabat yang mengutamakan quality control dan yang standar kinerjanya bagi kualitas aktiva produktif yang baik dan portofolio yang menguntungkan bank. g. Penetapan jenis bisnis yang risiko kreditnya bisa dikendalikan. Misalnya kredit untuk komersial masih jauh lebih kecil risikonya dibandingkan kredit untuk real estat, kecuali pada saat daya beli masyarakat menurun. h. Komunikasi dalam Bank yang memungkinkan semua pejabat kredit memiliki visi yang sama dan memahami apa yang menjadi prioritas Bank. Budaya Kredit ini akan menghasilkan proses pengkajian, persetujuan dan penerapan limit kredit yang baik. 2. Kualifikasi Kredit untuk Kepentingan Internal Internal Credit Risk Rating System Sebagaimana dianjurkan dalam kebijakan menetapkan suku bunga Kredit yang berbeda untuk Risiko yang berbeda di atas, eksposur kredit yang dicatat dalam banking book maupun trading book, atau dalam on-balance sheet maupun off-balance sheet, akan di-rating menurut internal credit risk rating yang dimiliki, dan telah mendapat persetujuan Direksi dan dibakukan dalam kebijakan dan prosedur Kredit. Internal rating system ini lebih rinci dari apa yang diatur oleh Otoritas Pengawasan Bank Indonesia untuk pelaporan kolektibilitas kredit. Selain untuk kepentingan menetapkan suku bunga kredit. Selain untuk kepentingan menetapkan suku bunga kredit, jumlah grade yang lebih banyak, akan memberi Universitas Sumatera Utara fleksibilitas bagi Bank untuk melakukan skenario seperti stress testing atau mitigasi kredit di sepanjang grade. Juga untuk kebutuhan menetapkan alokasi modal secara internal maupun menetapkan imbal hasil tertimbang menurut risiko dari portofolio kredit yang ada. Pelaksanaan penetapan rating sebaiknya dilakukan secara tersentralisasi di Kantor Pusat, agar pertimbangan judgement dari Pejabat yang berwenang menentukan rating dapat di akomodasi. Pengukuran secara otomatis akan menghasilkan rating yang terlalu kaku, sedangkan pengukuran secara manual akan menghasilkan rating yang terlalu subyektif. Kombinasi keduanya jauh lebih baik. Khusus untuk fasilitas yang dikelola berbasiskan portofolio, seperti KPRKPA, consumer loans, dan credit cards, penetapan rating-nya dapat dilakukan secara otomatis dengan cara menetapkan kriteria rating yang didasarkan kepada pengalaman sebelumnya. Diperlukan parameter yang melekat pada satu atau beberapa aktivitas fungsional seperti: a. Konsentrasi kredit berdasarkan industri. b. Non-performing kredit maupun non-kredit c. Kecukupan agunan. d. Kecukupan cadangan. Internal risk system yang terstruktur dengan baik, bukan hanya menjadi alat yang baik untuk mendiferensiasi tingkat Risiko Kredit, tetapi juga menetapkan karakterisitik menyeluruh dari portofolio dan konsentrasi kredit, kredit bermasalah, dan kecukupan cadangan kredit macet PPAP. Universitas Sumatera Utara Lebih jauh, internal risk rating system yang sophisticated, dapat digunakan untuk menetapkan internal capital allocation, penetapan suku bunga kredit, dan profitibilitas dari transaksi atau hubungan-hubungan yang ada. Bahkan manajemen dapat menggunakan sistem ini untuk mempelajari karakteristik dari portofolio yang ada dan menggunakannya untuk menetapkan perubahan yang diperlukan dalam menyusun strategi Bank berikutnya 137 3. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP . Kredit dengan rating yang buruk, harus menjadi obyek pengawasan aktif dan pemantauan dari manajemen puncak. Hasil rating tersebut akan dikaji ulang oleh fungsi Loan Review. Fungsi Loan Review ini juga bertanggung jawab untuk melakukan penilaian kembali keakuratan model, paramater dan asumsi yang digunakan, dan menyesuaikannya dengan perkembangan perekonomian maupun ketentuan hukum yang berlaku. Bank harus secara berkala menyisihkan sebagian laba yang tidak digunakan earning untuk membiayai PPAP. Sebagai alat pengaman, perhitungan PPAP harus dilakukan secara tepat. Apabila PPAP kurang besar, berarti kredit, modal, pajak dan laba yang tidak digunakan telah dicatat terlalu besar dalam Neraca. PPAP harus cukup memadai untuk menutup kerugian yang mungkin ditimbulkan oleh adanya sebuah atau beberapa kredit macet. 4. Diversifikasi Kredit Bank yang baik akan menghindar dari pemberian kredit yang terlalu besar kepada satu Debitur atau kelompok Debitur maupun satu industri. Bank harus memperlakukan sama perusahaan afiliasi grupnya sendiri dengan Debitur lain. 137 Ibid.hal.130 Universitas Sumatera Utara Dalam praktek, pemberian kredit yang berlebihan kepada seorang Debitur atau sebuah grup, disebabkan karena keyakinan Manajemen Bank yang juga berlebihan akan langgengnya usaha Debitur atau Debitur Grup tersebut, yang disertai keinginan untuk menguasai Debitur dimaksud hanya bagi banknya sendiri. Selain itu pemberian kredit perusahaan afiliasi seringkali menggunakan persyaratan yang lebih lunak, karena manajemen perusahaan afiliasi tersebut punya hubungan kolegial, bahkan sangat mungkin merupakan mantan pejabat umumnya bekas senior di Bank pemberi kredit. Bank harus mengelola dan menghindar dari berbagai bentuk terkonsentrasinya Risiko Kredit, misalnya eksposur kepada Debitur tunggal, Debitur grup dengan karakterisitik yang sektor ekonomi dan geografisnya sama, serta jenis pinjaman yang memiliki karakteristik sama. Tetapi diversifikasi tidak selalu aman. Bank harus waspada terhadap bentuk diversifikasi yang sifatnya pasif, yaitu hanya karena merasa harus mendiversifikasi lalu masuk ke area yang tidak dikuasai. Bank harus menganalisis portofolionya secara cermat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang saling memiliki ketergantungan atau contagion effects. Misalnya, pinjaman yang dijamin dengan saham. Bank juga harus mewaspadai jenis usaha yang lagi mode seperti perusahaan internet, sektor yang memiliki ketergantungan pada pasar modal atau property maupun investment yang sifatnya spekulatif 138 5. Kebijakan Pelunasan Kredit . 138 John E. McKinley and John R. Barrickman, Strategic Credit Risk Management,New York, Macmilan Publishing Company, 1998,hal. 213. Universitas Sumatera Utara Semua kredit harus dilunasi pada saat Kredit tersebut jatuh tempo. Apabila Debitur masih membutuhkan fasilitas tersebut dan ingin memperpanjang, risikonya dikaji ulang dan pencairan perpanjangan kredit baru diberikan setelah satu interval waktu, misalnya minimal 2 minggu. Artinya, Debitur tetap harus melunasi Kreditnya terlebih dahulu sebelum perpanjangan diberikan. Interval waktu selama 2 minggu tersebut untuk membuktikan bahwa Debitur memiliki minimum cash requirement yang cukup atau tidak. Debitur yang tidak memiliki modal kerja minimum akan mencari kredit pengganti dari Bank lain. Bank lebih baik tidak memiliki Debitur seperti ini, yang tidak memiliki kemampuan dalam mengelola modal kerjanya. 6. Manajemen Kredit Bermasalah Problem Loan Management Fungsi ini dilaksanakan oleh work-out unit, yang bertanggung jawab untuk menangani kredit bermasalah secara efektif dalam rangka mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh Risiko Kredit. Untuk mengelola kasus yang relatif besar dan berat harus melibatkan Komite Kredit atau Direktur bidang Kreditmanajemen senior yang ditunjuk untuk mewakilinya. Khusus untuk pencadangan kredit macet harus diputuskan oleh Komite Kredit 139 139 Ibid,hal.133. . Bank harus memiliki alat atau sistem yang dapat menemukan gejala dini dari kredit bermasalah, agar dapat mengambil tindak perbaikan sesegera mungkin, seperti restrukturisasi, meminta tambahan kredit, memeriksa kembali pengikatan jaminan kredit, pengalihan kepemilikan dan penjualan kolateral, dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara Bank harus menetapkan pedoman, kriteria dan kondisi yang menyebabkan sebuah fasilitas kredit segera ditangani oleh satuan work-out, seperti kredit yang diklasifikasi sebagai Kurang Lancar substandard atau lebih buruk, kredit yang telah jatuh tempo melebihi batas tertentu dan setelah surat peringatan untuk melunasi kredit yang diberikan beberapa kali tanpa tanggapan yang positif, dan fasilitas kredit yang masih diklasifikasi Dalam Perhatian Khusus tetapi saldo debetnya besar atau yang kompleksitas penanganannya tinggi. Apabila tindakan penyelamatan tidak mungkin dilakukan, penagihan dapat dilakukan. Dalam hal penagihan diserahkandijual kepada pihak ketiga collection agencies, Bank harus memiliki prosedur yang memadai untuk hal tersebut. Proses penagihan tidak boleh dihentikan walaupun fasilitas kredit telah dihapus dari buku written off. Penghentian penagihan sementara atau untuk seterusnya harus mendapat persetujuan dari yang berwenang untuk itu. 7. Pemeriksaan Kredit Selain di-review oleh Pejabat Loan Review, kredit per individu harus diaudit secara sampling baik oleh Satuan Kerja Audit Internal SKAI yang akan melakukan pemeriksaan rutin termasuk pemeriksaan kepatuhan compliance audit. Pemeriksaan ini dilakukan per individu kredit dengan basis sampling dan juga dengan memeriksa kualitas portofolio secara keseluruhan. Pemeriksa harus memastikan bahwa fungsi persetujuan Kredit dikelola secara memadai dan bahwa eksposur Kredit tidak melampaui limit dan memenuhi standar. Pelaksanaan audit ini harus bermanfaat untuk menilai kinerja dari Pejabat Kredit account officer dan efektivitas proses kredit. Audit ini memungkinkan Universitas Sumatera Utara Bank untuk mengambil tindak perbaikan counter measures sedini mungkin dalam memproteksi pinjaman loans yang ada. Pemeriksaan Kredit oleh Internal Auditor sekurangnya dilakukan setahun sekali, dan harus meliputi seluruh proses kredit, termasuk 140 a. Pengidentifikasian dan pengklasifikasian kredit bermasalah. : b. Efektivias dari tindak penyelamatan kredit credit recovery, restrukturisasi dan work-out. c. Pengikatan, pengalihan kepemilikan dan penjualan kolateral. d. Memantau hasil kerja agen penagih kolektor, bila ada. e. Penanganan penghapusan kredit dari buku Bank. f. Keakurasian laporan informasi mengenai kredit bermasalah kepada manajemen. Sedangkan compliance audit harus dilaksanakan untuk menguji kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur kredit, khususnya persetujuan kredit, penetapan internal rating, kewajaran penetapan bunga, kecukupan cadangan kredit macet, dan kepatuhan kepada ketentuan mengenai limit-limit, peraturanlarangan dari Otoritas Moneter,dan prosedur operasi. Audit kepatuhan ini harus dapat dipergunakan untuk untuk mengidentifikasi pengendalian kredit atau kelemahan dalam proses kredit, penyimpangan dan pelampauan limit, serta untuk menguji apakah laporan perkreditan ke manajemen senior telah akurat baik komposisi, kualitas kredit termasuk pemeriksaan kepatuhan, harus langsung ditujukan kepada dewan Komisaris dan Direksi. 3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pengendalian Risiko Kredit secara Efektif 140 Robert Tampubolom. Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial, Op.Cit,hal. 134. Universitas Sumatera Utara a. Identifikasi Risiko Kredit Ada empat hal kunci yang biasa atau perlu diperhatikan dalam proses mengidentifikasi dan menindaklanjuti Risiko Kredit, yaitu: 1. Melakukan analisis lingkungan environmental scan Tugas ini sebaiknya dilakukan oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko di Kantor Pusat middle office. Contohnya, peristiwa Bom Bali pada bulan Oktober 2002, telah melumpuhkan hampir seluruh sektor perekonomian di Bali yang sangat bergantung kepada turis asing. Kondisi ini berdampak terhadap risiko kredit yang disalurkan ke wilayah Bali. Bank yang banyak menyalurkan kredit ke daerah ini harus menurunkan semua rating kredit ke daerah ini, misalnya satu tingkat 141 Tugas ini sebaiknya dilakukan oleh Satuan Kerja Operasional front office. Pertama-tama, melakukan evaluasi bagaimana sebuah fasilitas kredit telah distruktur. Kemudian masing-masing fasilitas kredit dicocokkan dengan kebijakan . Kondisi ini meningkatkan Risiko Kredit Konsumsi. Oleh karena itu Bank wajib berhati-hati untuk memberi fasilitas kredit konsumsi yang baru, dan menurunkan semua rating kredit konsumsi, misalnya satu tingkat. Sebagainya konsekuensinya, Bank harus menyiapkan PPAP dan melakukan restrukturisasi kredit, misalnya memperpanjang jangka waktu kredit dengan satu atau dua tahun, tergantung hasil analisis lingkungan, dengan memperkirakan waktu pemulihan sektor pariwisata Bali atau daya beli masyarakat pulih kembali. 2. Menilai fasilitas Kredit secara satu persatu dari berbagai sudut. 141 Ibid.hal.135 Universitas Sumatera Utara dan prosedur pemberian kredit yang berlaku, apakah sudah sesuai. Lalu, kredit dikaji ulang untuk menetapkan risk ratingnya yang baru. Dalam hal ini proses penetapan rating kredit sebaiknya dilakukan secara independen oleh ahlinya Pejabat Loan Review. Hasil pengkajian kredit ini akan menghasilkan rekomendasi, kredit mana yang akan dipertahankan dalam portofolio Bank, dan mana yang akan dijual ke pasar sekunder. Akhirnya, perlu ditetapkan berapa besar kontribusi sebuah fasilitas dalam portofolio kredit untuk menetapkan alokasi modal capital allocation. 3. Mengkaji ulang risiko konsentrasi portofolio kredit secara seksama Konsentrasi dipantau berdasarkan industri dan geografis. Dengan pengelolaan portofolio yang dinamis, kategori risiko dapat diubah-ubah misalnya melalui sekuritisasi, penjualan kredit, men-sindikasikan kredit, atau dengan cara lainnya. Selain itu harus dipantau juga kecendurengan Risiko Kredit yang ada, apakah meningkat atau menurun, dan dicari penyebabnya. Bagaimana dengan klasifikasi KAP dan administrasi kreditnya, apakah memuaskan? Apakah pengklasifikasian kredit efektif? Apakah non-performing loan NPL membesar atau mengecil dibandingkan NPL periode laporan sebelumnya? Apakah PPAP telah dibentuk sesuai ketentuan, dan cukup untuk menampung penghapus bukuan kredit macet bila ada? Apakah ada fungsi Loan Review yang profesional, independen dan obyektif dalam melakukan pengkajian fasilitas kredit dalam menyusun klasifikasi KAP? Apakah kredit diputus oleh Komite Kredit dan komite ini berfungsi secara efektif? Apakah ada limit otorisasi bagi Officer Kredit dan limit untuk Universitas Sumatera Utara konsentrasi? Apakah limit-limit ini dikaji secara berkala oleh Direksi dan dipatuhi? Pengukuran Risiko dari portofolio kredit ini perlu mempertimbangkan jenis kredit, persyaratan terms kredit, maturity profile, tingkat security dari jaminan, internal credit rating, saldo debet terhadap limit kredit. Tugas ini sebaiknya dilakukan oleh Direktur Bidang KreditManajemen Senior yang mewakili, atau Komite Kredit. 4. Menilai dan membandingkan net interest margin NIM dengan pertumbuhan loan to deposit ratio LDR Salah satu sinyal akan adanya Risiko Kredit dan juga Risiko Likuiditas karena terjadi mismatch dalam jangka waktu assetliability, yaitu apabila kecenderungan NIM menurun sementara LDR relatif tetap atau justru meningkat. Berarti ada kemungkinan bahwa beberapa fasilitas Kredit mulai bermasalah dan telah diberi fasilitas perpanjangan dan bahkan telah mendapat keringanan bunga. Tugas ini sebaiknya dilakukan oleh Direktur Bidang KreditManajemen Senior yang mewakili, atau Komite Kredit. b. Mengukur Risiko Kredit Sesuai proses Manajemen Risiko yang ada sebelumnya, berikut program pengendalian Risikonya yang juga telah diidentifikasi, selanjutnya diukur, ditetapkan score menurut rating-nya, dan dimasukkan ke dalam Lembar Penilaian Risiko. Universitas Sumatera Utara Pengukuruan Risiko dilakukan dengan menetapkan score yang dapat mengacu ke internal credit risk rating yang ada, dengan mempertimbangkan hal- hal seperti berikut 142 1. Karakateristik setiap jenis kredit, kondisi keuangan Debitur, serta struktur Kredit yang diperjanjikan dalam kontrak. : 2. Potensi terjadinya kegagalan membayar, yang menggunakan skenario paling mungkin sampai paling buruk. 3. Besarnya kerugian yang ditimbulkan apabila gagal bayar tersebut terjadi. 4. Aspek jaminannya dan marketabiliy-nya. 5. Kesiapan dan kemampuan Bank dalam menyerap potensi kegagalan yang diperkirakan. c. Menanggapi Risiko Dari contoh ini selanjutnya, Bank mencoba menanggapi hasil temuan tersebut dan menyusun jalan keluar untuk mengatasinya. Beberapa teknik mitigasi Risiko yang normal diterapkan seperti: penambahan kolateral, garansi, standby LC, masuk ke pengaturan netting, menyusun perjanjian covenant yang lebih ketat, atau pemakaian derivatif kredit credit derivatives serta instrumen lindung nilai hedging lainnya. Untuk menentukan teknik mitigasi mana yang akan digunakan, Bank perlu mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman menggunakan teknik dimaksud, cost effectiveness, korelasi dengan kredit yang menjadi acuan, kekuatan keuangan dan kemudahan dalam merealisasikan instrumen mitigasi tersebut, dan lainnya. Program mitigasi ini perlu turut dipantau dan dikaji ulang secara berkala. 142 Ibid,hal.139. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya program mitigasi Risiko ini, Bank perlu menentukan bagaimana kondisi Risiko 3-6 bulan yang akan datang. Semua informasi ini dan informasi mengenai risiko yang selanjutnya menggunakan komposit rating dimasukkan ke dalam Profil Risiko Kredit. Perkembangan profil Risiko Kredit ini harus dipantau secara berkala, khususnya batas toleransilimit Risiko Kredit yang tidak boleh dilampaui. Perkembangan Risiko Kredit ini, mulai dari faktor-faktor penyebab terjadinya Risiko sampai upaya yang dilakukan untuk memitigasi Risiko dimaksud, harus dilaporkan ke Satuan Kerja Manajemen Risiko, untuk dikompilasi dan dibahas di Komite Manajemen Risiko. d. Mengendalikan Risiko Kredit 143 Risiko kredit dikendalikan oleh Satuan Kerja Operasional mulai dari saat penilaian sebuah permohonan kredit, persetujuan kredit, pencairan kredit, pengawasan, sampai kepada saat penagihan kredit dimaksud. Harus diusahakan adanya pemisahan fungsi antara credit initiation, approval, review, administration, dan work-out. Kajian terhadap pengendalian Risiko Kredit ini harus dilakukan oleh petugas yang independen dari satuan kerja operasional tersebut. Hasil kajian tersebut harus disampaikan secara langsung dan lengkap kepada Dewan Direksi, Komite Audit, Direkur yang terkait, SKAI dan satuan Kerja Manajemen Risiko. Hasil kajian tersebut selanjutnya akan diuji oleh SKAI sebelum diuji oleh auditor eksternal dan Otoritas Pengawasan dan Bank Indonesia. 143 Ibid, hal.140. Universitas Sumatera Utara Penetapan dan pemberdayaan pengendalian intern, limit-limit dan praktek- praktek sehat akan membantu memastikan bahwa eksposur Risiko Kredit tidak melampui tingkat Risiko yang dapat diterima Bank dan harus dinilai dan diaudit oleh SKAI. Sistem limit yang memadai akan memungkinkan manajemen mengendalikan eksposur risiko kredit, mengadakan diskusi mengenai peluang dan risiko, dan pemantauan pengambilan risiko yang sesungguhnya terhadap toleransi risiko kredit yang telah ditetapkan sebelumnya. Audit terhadap proses risiko kredit harus dilaksanakan secara berkala untuk menetapkan bahwa aktivitas perkreditan telah mematuhi kebijakan dan prosedur kredit bank, dan bahwa kewenangan kredit yang diberikan masih dalam pedoman yang ditetapkan oleh Dewan Direksi, dan juga bahwa keberadaan kualitas dan nilai dari masing-masing kredit dilaporkan secara akurat kepada manajemen senior. Audit intern juga dimanfaatkan untuk mengidentifikasi adanya kelemahan pada proses administrasi, kebijakan dan prosedur kredit, termasuk adanya penyimpangan terhadap kebijakan, prosedur kredit, termasuk adanya penyimpangan terhadap kebijakan, prosedur dan limit yang berlaku. Kredit bermasalah harus ditangani secara khusus, yang prosesnya harus ditatausahakan melalui administrasi kredit dan sistem deteksi kredit bermasalah. Sebaiknya Bank memiliki satuan kerja khusus untuk menangani kredit bermasalah ini. Mitigasi Risiko Kredit bermasalah ini harus dimasukkan ke dalam profil Risiko agar dapat dipantau bersama-sama mitigasi Risiko Kredit lainnya. Bank harus menetapkan dan mendorong diterapkannya pengendalian intern dan praktek-praktek yang sehat, sehingga setiap penyimpangan dari kebijakan, Universitas Sumatera Utara prosedur, limit, kewenangan atau pedoman yang prudent, dapat segera dilaporkan ke manajemen senior yang berwenang mengawasi Risiko Kredit. 5. Melaporkan Risiko Kredit dan Pengendaliannya untuk Memudahkan Pemantauan dan Pengkajian Manajemen Risiko Kredit Pengiriman laporan Risiko berupa Matrix Risiko yang digunakan oleh Direksi untuk memantau Risiko Kredit dan akan dilampiri Profil Risiko sehingga Direksi akan dapat menelusuri apa saja yang menyebabkan rating satu Risiko tinggi atau rendah dan program mitigasi Risiko apa yang akan atau harus diambil selanjutnya. Selain laporan, manajemen Bank juga membutuhkan infomasi seperti antara lain 144 a. Ekposur agregat terhadap limit per industri, geografis, conterparty dan lainnya. : b. Eksposur yang jumlahnya besar, misalnya di atas sepuluh miliar rupiah. c. Total eksposur ke kelompok perusahaan. d. Kredit yang telah jatuh tempo, enam bulan, satu tahun dan di atas satu tahun. e. Kredit yang diturunkandinaikkan grade-nya dan yang dijadwal ulang rescheduling selama periode laporan. f. Fasilitas yang akan jatuh tempo. g. Rasio dari fasilitas kredit yang belum digunakan. h. Hasil dari stress-test. i. Loan-to deposit ratio LDR 144 Ibid,hal.143. Universitas Sumatera Utara Sistem Informasi Manajemen yang dimiliki Bank harus memungkinkan untuk mengkuantifikasi risiko per individu kredit dan menganalisis risiko kredit pada tingkat portofolio, untuk mengidentifikasi sensitifitas maupun konsenstrasi tertentu. Pengukuran Risiko Kredit harus memperhitungkan sifat kredit pinjaman, derivatif, dan lainnya, syarat kredit jangka waktu, suku bunga, dan lainnya, profil risiko dalam kaitannya dengan gerakan pasar yang potensial, keberadaan kolateral, kolektibilitas menurut internal rating berikut evolusinya selama jangka waktu kredit. Informasi yang disajikan oleh sistem pelaporan di atas harus menungkinkan Dewan Direksi dan semua tingkat manajemen untuk memenuhi tugas pengawasan aktifnya oversight, termasuk menetapkan kecukupan modal yang harus dipelihara oleh Bank. Oleh karena itu kualitas data yang digunakan untuk pelaporan harus memenuhi syarat, yaitu tepat waktu, lengkap, terinci, akurat dan dapat dipercaya. Laporan untuk manajemen tidak hanya harus tepat waktu, tetapi juga tepat orangpemakai. Kualitas informasi ini harus memungkinkan manajemen untuk secara cepat dan akurat menilai tingkat Risiko Kredit yang melekat pada kegiatan perkreditan Bank, serta menetapkan apakah kinerja Bank telah memenuhi strategi Risiko Kredit 145 Kecukupan, akurasi dan pemanfaatan laporan ini harus dinilai oleh SKAI secara berkala. Untuk memudahkan penilaian ini Bank harus menyusun matriks dari seluruh laporan yang ada yang sekurangnya memuat nama laporan yang menunjukkan isi laporan, jumlah ply, nama pemakai, frekuensi atau tanggal . 145 Ibid,hal.145. Universitas Sumatera Utara laporan. Matriks ini juga dikaji ulang oleh manajemen Bank sesuai kebutuhan ke- depan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SEHUBUNGAN DENGAN