Penggunaan Analisis Kredit Credit Analysis

underlying instruments yang melandasi kontrak. Dengan demikian, siapa berkewajiban membayar kepada siapa, baru diketahui pada masa akhir kontrak. Ada tiga langkah yang dapat ditempuh bank untuk memperkecil tingkat kerugian bagi salah satu pihak yang terkait dengan kontrak itu sebagai akibat dari traded markets counterparty credit risk tersebut, yaitu sebagai berikut: 1 Antara para pihak yang terkait dalam kontrak tersebut melakukan settlement pelunasan secara regular. 2 Masing-masing pihak terkait dengan kontrak tersebut memperjanjikan saling menyerahkan agunan dari salah satu pihak kepada pihak lainnya sebesar nilai neto tagihan, yaitu ketika settlement atas kontrak tersebut jatuh waktu. 3 Para pihak yang terkait membuat perjanjian untuk melakukan “netting”. “Netting” adalah suatu proses off setting atas keuntungan dan kerugian yang terjadi antara pihak-pihak terkait itu. Netting tersebut mencakup sejumlah jenis kontrak yang sejenis atau bahkan dapat diterapkan pula atas jenis kontrak yang berbeda sekalipun.

F. Penggunaan Analisis Kredit Credit Analysis

1. Bagaimana Menilai Sovereign Risk Penggunaan analysis of creditworthiness di beberapa public rating agencies memiliki prinsip dasar dan penerapan yang telah disepakati secara internasional. Namun hasil dari lembaga-lembaga pemeringkat internasional itu, bank dapat melakukan penilaiannya sendiri dalam menganalisis sovereign risk tersebut. Universitas Sumatera Utara Analisis-analisis itu umumnya menggunakan sejumlah faktor kalitatif dan kuantitatif sebagai bahan kajian, yang meliputi unsur-unsur diantaranya 117 a. Gambaran mengenai negara dan pemerintahan di negara itu; : b. Tingkat perekonomiannya yang terkait dengan gambaran mengenai tingkat saving, investasi, serta statisitik pertumbuhannya, dan lain-lain; c. Sumber daya alam dan bahan-bahan baku bagi industri dan kegiatan produktif lainnya yang dimiliki negara tersebut; d. Tingkat efisiensi tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja terampil serta tingkat pendidikannya; e. Tingkat efisiensi penggunaan modal investasi serta gambaran mengenai pasar perbankan yang mendukungnya; f. Kebijakan ekonomi makro yang diterapkan, terkait dengan kebijakan nilai tukar dan tingkat suku bunga bank; g. Gambaran mengenai perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran negara tersebut; h. Tingkat inflasi pada kurun waktu sebelumnya dan proyeksinya di masa depan; i. Gambaran dari arus masuknya foreign direct investment ke negara itu; j. Kemampuan Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN dalam memberi stimulus bagi perkembangan perekonomian dan kebijakan yang ditempuh dalam menerapkannya; k. Gambaran mengenai keadaan politik dan sistem politik yang berlaku di negara terasebut; 117 GARPINDEFBSMR, Pelatihan Manajemen Risiko, November 2005. Universitas Sumatera Utara l. Stabilitas politik dan sejauh mana proses politik yang berlaku di negara tersebut; m. Seberapa jauh konsensus yang telah dapat dicapai oleh komponen-komponen utama masyarakat yan berkaitan dengan upaya mencapai tujuan-tujuan ekonomi dan sosial; n. Gambaran mengenai kepastian dan penegakan hukum yang terkait dengan property rights, creditor’s rights dan lain-lain; o. Sistem perbankan yang berlaku di negara tersebut; p. Kebijakan yang diterapkan dan seberapa efektif pengawasan yang berlaku terhadap banking sector; q. Bagaimana dan sejauh mana tingkat independensi bagi para pengawas bank dalam melaksanakan peranannya; r. Seberapa jauh peranan Bank Sentral dan bagaimana mekanisme yang berlaku dalam menunjang berfungsinya sistem perbankan di negara itu. Setiap bank dapat menyusun analytical framework-nya sendiri ketika melakukan analisis atas sovereign risk suatu negara calon debitur. Untuk itu, bank dapat menghimpun data-data kuantitatif dari berbagai sumber yang memiliki kompotensi atas menyusun kriteria sendiri dalam melakukan ranking atas berbagai aspek kualitatif tersebut di atas. 2. Bagaimana Menilai Risiko Kredit Korporasi a. Kemampuan Perusahaan Melunasi Pinjaman Ketika suatu corporate customer mengajukan permohonan atau menerima penawaran fasilitas kredit dari bank, bank wajib memiliki keyakinan yang mantap perihal kemampuan corporate customer tersebut, khususnya dalam melunasi Universitas Sumatera Utara kembali pinjamannya itu kepada bank. Dari sudut pandang bank, kemampuan calon corporate customer itu merupakan aspek yang menentukan seberapa besar creditwothiness-nya. Hal inilah yang menjadi landasan penting bagi bank dalam mengambil keputusan pemberian kredit kepadanya. Dalam credit analysis, bank pada mulanya memusatkan perhatiannya pada analisis atas gambaran terakhir dari peforma keuangan perusahaan yang merupakan calon debitur. Artinya, kesimpulan yang ditarik dari analisis tersebut sesungguhnya semata hanya didasarkan pada anggapan bahwa peforma terakhir yang bagus merupakan petunjuk bahwa kinerja perusahaan di masa depan juga akan sama baiknya pula. Suatu anggapan yang dengan berjalannya waktu kemudian dianggap belum tentu benar sehingga ditinggalkan. Kini aspek peforma terakhir hanyalah merupakan salah satu aspek saja yang dapat dipergunakan sebagai salah satu inidikator dalam memperkirakan kemampuan perusahaan melunasi kembali pinjaman tersebut di masa depan 118 b. Bagaimana menilai”Financial Strenght” . Terdapat beberapa aspek yang dapat dipertimbangkan bank dalam menilai kemantapan kinerja serta kelayakan suatu corporate company. Aspek-aspek ini yang sekaligus merupakan “Financial Strenght” yang dimiliki oleh suatu perusahan, yang mencakup beberapa unsur sebagai berikut 119 1 Kemampuan perusahaan memperoleh net earning dan membayar dividen secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagaimana diharapkan. Sebagai contoh perusahaan-perusahaan yang beroperasi dengan sukses di Amerika : 118 H. Masyhud Ali.Op.Cit. hal 226 119 Ibid,hal.230. Universitas Sumatera Utara Serikat, rata-rata memiliki besaran net earning before taxes and interest sebesar 10,9 kali 120 2 Gambaran debt to equity ratio dalam neraca perusahaan yang tidak lain menggambarkan stuktur modal perusahaan. . 3 Beberapa kriteria lainnya, seperti: kriteria yang menggambarkan seberapa jauh kemampuan perusahaan menghasilkan aliran dana bersih. c. Analisis Kredit Korporasi Analisis kredit korporasi yang dilakukan oleh bank komersial terfokus pada ukuran keberhasilan yang bersifat mikro yaitu lebih banyak ditujukan pada pemberian kredit modal kerja untuk menjaga dan mengembangkan kegiatan produktif unit-unit industri atau kegiatan bisnis yang sedang berjalan. Penggunaan analisis kredit korporasi lebih didominasi oleh penggunaan financial ratio analysis dan penggunaan model yang didasarkan pada asumsi- asumsi tertentu. Biasanya bank melakukan kajian atas peforma terakhir bank dalam jangka waktu tiga-lima tahun terakhir, dan gambaran financial projection- nya sepanjang periode yang sedikitnya sama dengan rencana jangka waktu pelunasan kembali pinjamannya pada bank. Terdapat beberapa unsur financial statement perusahan yang dikaji dalam analisis kredit korporasi tersebut, yaitu: 1 Struktur neraca perusahaan; 2 Income statement atau perkiraan laba rugi perusahaan; 3 Aliran uang perusahaan; 4 Perhitungan atas kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh perusahaan. 120 Ciaran Walsh,” Key Management Ratios”, Master The Management Matrics That Drive and Control Your Business, Prentice Hall, Financial Times, 2003, hlm.126. Universitas Sumatera Utara Pada saat ini diketahui bahwa penggunaan analisis kredit korporasi oleh perbankan pada umumnya dirasakan telah menjadi kurangf efektif. Hal itu disebabkan oleh kerap terjadinya “ manipulasi” atas angka-angka seperti dicakup dalam lembaran neraca dan income statement. Oleh karena itu, penilaian terhadap perusahaan sering kali lebih banyak didasarkan atas ukuran-ukuran performance yang tangible seperti: jumlah pembayaran deviden, penambahan nilai aset bersih per lembar saham dan lain- lain. 3. Analisis Risiko Kredit Personal Dalam negara-negara berkembang seperti Indonesia, dimana posisi kredit personal merupakan bagian pembiayaan perbankan yang relatif kecil. Mungkin karena negara-negara itu sumber pembiayaan dari pasar modal telah memainkan peranan yang lebih besar dibandingkan dengan sumbangan yang diberikan oleh perbankan 121 Fakta di negara-negara berkembang yang masih belum maju perekonomiannya, keterlibatan dan layanan jasa serta produk-produk perbankan bagi kegiatan personal pada umumnya justru masih sangat rendah. Bahkan “kesadaran berbank” di negara-negara ini pada umumnya masih sangat terbatas pula. Hal ini turut menyebabkan sumber informasi untuk melakukan penilaian atas kredit personal melalui pemantauan atas rekeningnya di bank menjadi sangat terbatas . 122 121 H. Masyhud Ali,Op.Cit,hal.253. 122 Ibid,hal.254. . Indonesia sebagai negara berkembang juga menghadapi kendala yang sama dalam menilai suatu personal loan melalui gambaran peminjam dalam banknya masing-masing. Universitas Sumatera Utara Risiko kredit personal terkesan kuat terjadi pada dua kelompok utama personal finance. Kedua kelompok ini yaitu kegiatan pemberian kredit berjaminan real estate dan kegiatan pemberian kredit yang tak berjaminan.

G. Pengendalian Portofolio