Penerapan Peraturan BI No.5/8/PBI/2003 dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
Skripsi
Penerapan Peraturan BI NO. 5/8/PBI/2003 dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
cabang SBDC Medan
Oleh :
NAMA : GRACE SANGGAMRIA GULTOM NIM : 030503052
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :
Penerapan Peraturan BI No. 5/8/PBI/2003 dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 05 Maret 2008 Yang membuat pernyataan,
(Grace Sanggamria Gultom) NIM : 030503052
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kehidupan dan keselamatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Judul skripsi penulis adalah “Penerapan Peraturan BI No.5/8/PBI/2003
dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan” yang diajukan sebagai bahan
untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini kupersembahkan kepada orangtuaku tercinta, Drs. A.Gultom dan D.T.Simatupang. Terimakasih atas cinta, semangat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis. Juga kepada adik-adikku, Alm.Putri Gultom, Ronald Gultom dan Benjamin Gultom. Terimakasih atas semangat dan doa yang selalu diberikan juga masa-masa indah yang telah kita lewati bersama. Semangat terus dalam mencapai cita-cita.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. dan para Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ketua Departemen Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak,. dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Bapak Fahmi
(4)
3. Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan, Ibu Prof. DR. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak. Terima kasih atas bimbingan akademis yang telah Ibu berikan.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri, Trb, MM, Ak. sebagai Dosen Pembanding I dan Ibu DR. Erlina,MSi,Ak. sebagai Dosen Pembanding II.
5. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Akuntansi.
6. Keluarga besar PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
7. Bapak dan Ibu pegawai di Departemen Akuntansi pada khususnya dan Fakultas Ekonomi pada umumnya.
8. Buat sahabat-sahabatku ”Girl Wawa” gank : Febi, Cika, Dora, Erika, Riris, Dessy dan Deli. Terimakasih atas semua masa yang telah kita lewati bersama. 9. Buat teman-temanku Andi, Erwin, Barbar, Yudha, Fauzul, Ayang, Joy, Chair,
Mickey, Reza, dan Abdul Ajid. Terimakasih atas keceriaan dan kebersamaan selama ini.
10.Buat teman-temanku Pamor, Sukri, Mimbar, Sudarmanto, Pandapotan, dan Sri Nuryana. Terimakasih atas kebersamaan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
11.Buat sahabat-sahabatku Christina, Dina, Nancy, Astri dan Novita. Terimakasih atas persahabatan yang terus terjalin dan juga doa yang diberikan kepada penulis.
(5)
12. Buat k’Ika, k’Vivi, b’Maringan, b’Daniel, dan b’Monang. Terimakasih atas perhatian, motivasi dan saran-saran yang senantiasa diberikan kepada penulis. 13.Keponakan-keponakanku : Widya, Duha, Tara, Aisyah dan Natasya. Adik-adikku : Agus, Daniel, Rudolf, Kelvin dan Andreas. Juga Eka, Laura, Dewi dan Putri. Tetap ceria dan rajin belajar.
14.Buat teman-teman seperjuangan di Fakultas Ekonomi khususnya Akuntansi’03 .
Akhirnya, penulis mohon pengampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbagan praktis maupun teoritis kepada semua pihak. Semoga skripsi ini mampu memberikan ruang bagi penulis untuk lebih dewasa dan menjadi seorang intelektual dan logika berpikir sistematik yang baik.
Medan, 5 Maret 2008
Penulis,
(Grace Sanggamria Gultom)
(6)
ABSTRACT
The purpose of this research was to know did the applied of Risk Management in manage credit risk and operational risk in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC (Small Business District Center) branch Medan has done according to Bank Indonesia Regulation No.5/8/PBI/2003.
A study was conducted by collected information with interview to staffs in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC branch Medan. The collected information then analyzed with description method to get the conclusion about the applied Risk Management in manage credit risk and operational risk in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC Medan.
The result of study indicates that PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan had use the Bank Indonesia Regulation No.5/8/PBI/2003 in manage credit risk and operational risk. To manage credit risk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan makes desperate jobs from every part and there is surveillance from the higher otority that implemented by SBDC Manager. The limitation of the given credit just until five billion rupiah. To manage operational risk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan applied TIPCE (Trust Integrity Profesionalisme Customer Excellent) culture and to support the staffs’ education in SBDC Medan about the risk management that 98% of them have passed management risk examination from BSMR.
Keywords : Risk managemet in manage credit risk and operational risk
(7)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003.
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui wawancara kepada staf yang ada di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk memperoleh kesimpulan mengenai penerapan manajemen risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang SBDC Medan telah menerapkan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional. Untuk mengelola risiko kredit, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan membuat pemisahan tugas dari setiap bagian dan adanya pengawasan dari otoritas yang lebih tinggi yaitu dilaksanakan oleh SBDC Manager. Limit kredit yang diberikan dibatasi sampai Rp 5.000.000.000 (Lima Milyar Rupiah). Untuk mengelola risiko operasional, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan telah menerapkan budaya TIPCE (Trust Integrity Profesionalisme
Customer Excellent) dan untuk mendukung pengetahuan para staf di SBDC
Medan mengenai manajemen risiko maka sekitar 98% staf SBDC Medan telah mengikuti ujian kelulusan manajemen risiko dari BSMR (Badan Sertifikasi Manajemen Risiko).
Kata kunci : Manajemen Risiko untuk risiko kredit dan risiko operasional
(8)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
Lampiran 1 Sturuktur Organisasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan
(10)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Kerangka Konseptual ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Jenis-Jenis Bank 1. Pengertian Bank ... 7
2. Jenis-Jenis Bank ... 8
B. Pengertian dan Jenis-Jenis Kredit 1. Pengertian Kredit ... 9
2. Jenis-Jenis Kredit ... 10
C. Pengertian dan Jenis-Jenis Risiko 1. Pengertian Risiko ... 12
(11)
2. Jenis-Jenis Risiko ... 13 D. Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko ... 15 2. Ruang Lingkup Manajemen Risiko
a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi ... 16 b. Kecukupan, Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
Risiko ... 17 c. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengkukuran,
Pemantauan dan Pengendalian Risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko ... 18 d. Sistem Pengendalian Intern yang Menyeluruh ... 19 E. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit
1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi ... 21 2. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit yang Lengkap
dan Mutakhir ... 21 3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pengendalian Risiko
Kredit secara Efektif ... 22 F. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional
1. Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi ... 23 2. Kebijakan Prosedur dan Penetapan Limit ... 23 3. Mengidentifikasi, Mengukur dan Memantau Risiko
(12)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Cara Memperoleh Data ... 30
C. Jadwal dan Lokasi Penelitian ……… 30
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang SBDC Medan a. Sejarah Singkat Perusahaan ... 31
b. Struktur Organisasi Perusahaan ………. 35
2. Kegiatan Operasional Bank ……….. 44
3. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit ... 45
4. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional ………... 48
B. Analisis Hasil Penelitian Analisis Penerapan Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit ………... 52
Analisis Penerapan Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 57
(13)
DAFTAR PUSTAKA ………. 60 LAMPIRAN
(14)
ABSTRACT
The purpose of this research was to know did the applied of Risk Management in manage credit risk and operational risk in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC (Small Business District Center) branch Medan has done according to Bank Indonesia Regulation No.5/8/PBI/2003.
A study was conducted by collected information with interview to staffs in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC branch Medan. The collected information then analyzed with description method to get the conclusion about the applied Risk Management in manage credit risk and operational risk in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC Medan.
The result of study indicates that PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan had use the Bank Indonesia Regulation No.5/8/PBI/2003 in manage credit risk and operational risk. To manage credit risk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan makes desperate jobs from every part and there is surveillance from the higher otority that implemented by SBDC Manager. The limitation of the given credit just until five billion rupiah. To manage operational risk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan applied TIPCE (Trust Integrity Profesionalisme Customer Excellent) culture and to support the staffs’ education in SBDC Medan about the risk management that 98% of them have passed management risk examination from BSMR.
Keywords : Risk managemet in manage credit risk and operational risk
(15)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003.
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui wawancara kepada staf yang ada di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk memperoleh kesimpulan mengenai penerapan manajemen risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang SBDC Medan telah menerapkan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional. Untuk mengelola risiko kredit, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan membuat pemisahan tugas dari setiap bagian dan adanya pengawasan dari otoritas yang lebih tinggi yaitu dilaksanakan oleh SBDC Manager. Limit kredit yang diberikan dibatasi sampai Rp 5.000.000.000 (Lima Milyar Rupiah). Untuk mengelola risiko operasional, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan telah menerapkan budaya TIPCE (Trust Integrity Profesionalisme
Customer Excellent) dan untuk mendukung pengetahuan para staf di SBDC
Medan mengenai manajemen risiko maka sekitar 98% staf SBDC Medan telah mengikuti ujian kelulusan manajemen risiko dari BSMR (Badan Sertifikasi Manajemen Risiko).
Kata kunci : Manajemen Risiko untuk risiko kredit dan risiko operasional
(16)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank di dalam menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa keuangan, harus mengambil atau menerima dan mengelola berbagai risiko keuangan secara efektif, agar dampak negatifnya tidak terjadi. Risiko yang diterima oleh sebuah bank adalah kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa atau serangkaian peristiwa bersifat negatif dan tidak diinginkan terjadi yang dapat mengakibatkan kegagalan dan bukannya menguntungkan bank. Tetapi tanpa kegiatan usaha yang berisiko, bank tidak akan memperoleh return sebagai imbal hasilnya (Tampubolon, 2004:4).
Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti semakin kompleksnya risiko bagi kegiatan usaha perbankan tersebut. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan praktik tata kelola yang sehat dan fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengelolaan risiko bank agar tidak menimbulkan kerugian bank yang melebihi kemampuan bank atau yang dapat mengganggu kelangsungan usaha bank.
Bank merupakan institusi yang paling rentan terhadap kegagalan, tetapi justru tidak boleh gagal. Kegagalan sebuah bank akan berdampak kepada sistem perbankan dan bahkan sistem perekonomian, oleh karena itu otoritas moneter negara sangat berkepentingan untuk mengatur dan mengawasi sistem perbankan (Tampubolon, 2004:7).
(17)
Dalam rangka menciptakan prakondisi dan infrastruktur pengelolaan risiko maka bank wajib mengambil langkah-langkah persiapan pelaksanaan pengelolaan risikonya. Untuk itu pada tanggal 19 Mei 2003 Bank Indonesia menetapkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2004.
Semua bank nasional, daerah, koperasi dan cabang bank asing di Indonesia harus mengimplementasikan peraturan itu dalam menjalankan operasional sehari-hari. Penerapan Manajemen Risiko (Risk Management) bertujuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan terjadinya suatu risiko atau peristiwa.
Manajemen Risiko merupakan proses di mana sebuah bank secara metodik menghubungkan risiko yang melekat pada kegiatannya dengan tujuan untuk mempertahankan/memperbesar keuntungan dari setiap aktifitas dan lintas portofolio dari semua kegiatan. Fokus dari Manajemen Risiko adalah mengidentifikasi, mengelola dan mengendalikan risiko dengan sebaik-baiknya. Tujuannya adalah untuk menambah value dari semua aktivitas bank ke arah yang paling maksimal (Tampubolon, 2004:34-35).
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small Business District
Center) Medan merupakan salah satu bank komersil yang melakukan aktifitas
khusus untuk menyalurkan dana kepada masyarakat. Dengan demikian PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan tidak terlepas dari berbagai risiko yang dapat mengakibatkan kegagalan usaha bank. Untuk itu, bank ini juga wajib menerapkan Manajemen Risiko dalam menjalankan operasional sehari-hari yang
(18)
bukan hanya untuk memenuhi peraturan dari Bank Indonesia namun juga untuk memberikan nilai tambah bagi bank.
Dalam rangka penetapan Manajemen Risiko bagi bank umum, Bank Indonesia telah menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 yang di dalamnya Bank Indonesia telah menetapkan standar minimal yang harus dipenuhi oleh perbankan Indonesia dalam menetapkan Manajemen Risiko. Peraturan dari Bank Indonesia membedakan delapan jenis risiko yang harus dikelola bank sebagai berikut :
1. Risiko Kredit 5. Risiko Hukum 2. Risiko Pasar 6. Risiko Reputasi 3. Risiko Likuiditas 7. Risiko Strategik 4. Risiko Operasional 8. Risiko Kepatuhan
Penelitian yang dilakukan ini difokuskan pada penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional dalam bidang perkreditan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan. Perkreditan merupakan salah satu unit usaha bank yang menjadi sumber pendapatan utama bagi bank komersil, selain sumber pendapatan lain dari proses pendanaan dan jasa-jasa perbankan lainnya. Jadi kredit merupakan salah satu aktiva yang produktif dalam aktifitas operasi bank komersil.
Namun demikian, kredit juga merupakan unit usaha yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi yang disebabkan oleh berbagi faktor, yang diantaranya adalah perubahan ekonomi ataupun kondisi lingkungan lainnya, yang pada gilirannya dapat menjadikan sebuah kredit menjadi bermasalah. Risiko kredit
(19)
masih sangat dominan dibanding risiko lainnya. Risiko kredit relatif memiliki lebih banyak alat pengaman seperti kolateral, risk premium dalam perhitungan bunga, dan lain sebagainya. Risiko operasional berbeda dari jenis risiko lainnya, karena risiko ini tidak berhubungan langsung untuk menghasilkan imbal hasil (return) (Tampubolon, 2004:191). Dalam usaha perkreditan, risiko kredit dan risiko operasional merupakan risiko yang saling berhubungan erat .
Dalam bidang perkreditan yang menjadi salah satu indikator adanya risiko kredit dimana risiko operasional juga ikut mempengaruhi tingkat risiko kredit ini adalah tingkat non performing loan (NPL). Pada PT. Bank Mandiri Persero (Tbk). Cabang SBDC Medan tingkat NPL adalah 1,87%. Penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan risiko kredit dan risiko operasional diharapkan mampu terus memperbaiki tingkat NPL ini sendiri serta mampu memberikan hasil yang optimum kepada bank.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah penerapan Manajemen Risiko dengan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sebagai objek penelitian, yang akan dituangkan dalam skrispsi dengan judul “Penerapan
Peraturan BI NO. 5/8/PBI/2003 dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.”
(20)
B. Batasan dan Perumusan Masalah
Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 bertujuan agar aktivitas usaha yang dilakukan bank tidak menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuan bank atau yang dapat menggannggu kelangsungan usaha bank dan pengelolaan setiap aktivitas fungsional bank sedapat mungkin terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis maka dibuatlah batasan masalah yaitu pada risiko kredit dan risiko operasional.
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah di atas maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam pertanyaan berikut:
Apakah penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang SBDC Medan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan penulis tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum.
(21)
2. Bagi pihak bank, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan penerapan manajemen risiko.
3. Bagi pihak lain, khususnya bagi almamater Fakultas Ekonomi USU sebagai bahan rujukan atau sumber informasi bagi penulisan lainnya yang melakukan penelitian ataupun melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum.
D. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
Risiko Kredit Risiko Operasional
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small Business
District Center) Medan
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Jenis-Jenis Bank 1. Pengertian Bank
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2002:11). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 31 menjelaskan bahwa bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan memberikan pengertian bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu : a. Menghimpun dana
b. Menyalurkan dana
(23)
Menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Kegiatan penghimpunan dana ini sering disebut dengan istilah funding. Sedangkan yang dimaksud dengan menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan penyaluran dana ini sering disebut dengan istilah
lending.
Yang dimaksud dengan jasa bank lainnya adalah jasa pendukung sesuai pelengkap kegiatan perbankan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.
2. Jenis-Jenis Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, bank dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu:
a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat
(24)
dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut Bank Komersial (commercial Bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
B. Pengertian dan Jenis-Jenis Kredit 1. Pengertian Kredit
Sebagai salah satu lembaga keuangan, di samping memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, usaha pokok bisnis perbankan adalah memberikan pelayanan kredit kepada para nasabahnya. Kredit berasal dari bahasa Yunani, credere (yang artinya “kepercayaan” atau “amanat”) atau dari bahasa latin, creditum (yang artinya hampir sama, “kepercayaan akan kebenaran” atau “amanat”).
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
(25)
Dalam pengertian kredit di atas terkandung unsur-unsur kredit itu sendiri yaitu :
a. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kedit dan pelunasannya.
b. Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur, bahwa setelah jangka tertentu debitur akan mengembalikannya sesuai dengan kesepakatan yang disetujui oleh kedua pihak.
c. Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo.
d. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya.
e. Persetujuan/Perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.
2. Jenis-Jenis Kredit
Secara umum, jenis kredit yang disalurkan oleh pihak bank dapat dilihat dari berbagai segi:
a. Dilihat dari segi kegunaan, kredit dapat dibedakan menjadi: 1. Kredit Investasi
Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau proyek membangun / pabrik baru di mana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini
(26)
2. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit, kredit dapat dibedakan menjadi: 1. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.
2. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
3. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. c. Dilihat dari segi jangka waktu, kredit dapat dibedakan menjadi:
1. Kredit Jangka Pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun.
2. Kredit Jangka Menengah
(27)
3. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang pengembaliannya paling panjang yaitu di atas 3 tahun atau 5 tahun.
d. Dilihat dari segi jaminan, kredit dapat dibedakan menjadi : 1. Kredit dengan Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.
2. Kredit tanpa Jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
e. Dilihat dari segi sektor usaha, kredit dapat dibedakan menjadi beberapa jenis kredit sesuai dengan sektor usaha, antara lain:
1. Kredit Pertanian 5. Kredit Pendidikan 2. Kredit Peternakan 6. Kredit Profesi 3. Kredit Industri 7. Kredit Perumahan 4. Kredit Pertambangan 8. Sektor usaha lainnya
C. Pengertian dan Jenis-Jenis Risiko 1. Pengertian Risiko
Risiko didefenisikan sebagai bentuk-bentuk peristiwa yang mempunyai
(28)
Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 menjelaskan bahwa risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian bank. Secara ringkas, dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko bank adalah kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa tersebut pada bank. Setiap kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa tejadi atau tidak terjadi, dengan konsekuensi/dampak yang memberi peluang untuk untung (upside) atau mengancam sebuah kesuksesan (downside).
2. Jenis-Jenis Risiko
Di dalam Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 risiko di dalam bank dibagi menjadi delapan jenis risiko, yaitu:
a. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana), tresuri, dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam
trading book maupun banking book (Dunil, 2005:4).
b. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (suku bunga dan nilai tukar) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang berbalik arah dari yang diharapkan (adverse movement) yang dapat merugikan bank. Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul
(29)
akibat pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan dengan posisi atau transaksi bank yang mengandung risiko suku bunga, sedangkan risiko nilai tukar (Foreign Exchange Risk) adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka (Dunil, 2005:4).
c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh waktu. Krisis pembiayaan dapat timbul karena pertumbuhan bank atau ekspansi kredit di luar rencana, adanya peristiwa tidak terduga seperti penghapusan (charge off) yang signifikan, hilangnya kepercayaan dari masyarakat sehingga mereka menarik dana mereka dari bank, atau bencana nasional seperti devaluasi mata uang yang sangat besar.
d. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
e. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
(30)
kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan tidak sempurna.
f. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha atau persepsi negatif tentang bank. g. Risiko Strategik
Risiko strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategik bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
h. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian intern secara konsisten.
D. Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko
Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 mendefenisikan Manajemen Risiko sebagai serangkaian proses dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.
(31)
2. Ruang Lingkup Manjemen Risiko
Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 menguraikan bahwa penerapan manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup :
a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi
Bank wajib menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko. Wewenang dan tanggung jawab dewan komisaris sekurang-kurangnya mencakup: 1. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko.
2. Mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko.
3. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan direksi yang berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetujuan dewan direksi.
Kewenangan dan tanggung jawab dewan direksi :
1. Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif.
2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur risiko yang diambil oleh bank secara keseluruhan
3. Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan persetujuan direksi.
4. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi. 5. Memastikan peningkatan kompetensi sumber manusia yang terkait dengan
(32)
6. Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara independen.
7. Melakukan kaji ulang secara berkala untuk memastikan: 1. Keakuratan metodologi penilaian risiko.
2. Kecukupan implementasi sistem informasi manajemen. 3. Ketepatan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko.
Dalam rangka melaksanakan wewenang dan tanggung jawab, direksi harus memiliki pemahaman yang memadai mengenai risiko yang melekat pada seluruh aktivitas fungsional bank dan mampu mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan profil risiko bank.
b. Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit Risiko
Kebijakan manajemen risiko sekurang-kurangnya memuat:
1. Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan.
2. Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi manajemen risiko.
3. Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko.
Toleransi risiko merupakan potensi kerugian yang dapat diserap oleh permodalan bank.
4. Penetapan penilaian peringkat risiko.
Penetapan penilaian peringkat risiko merupakan dasar bagi bank untuk mengkategorikan peringkat risiko bank. Hasil pengukuran risiko dapat dikategorikan menjadi tiga peringkat, yaitu:
(33)
b. Moderat (moderate) c. Tinggi (high)
5. Penyusunan rencana darurat (Contigency plan) dalam kondisi terburuk (worst
case scenario).
6. Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko.
c. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko
Pelaksanaan proses identifikasi, pemantauan dan pengendalian risiko wajib didukung oleh:
1. Sistem informasi manajemen yang tepat waktu.
2. Laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan, kinerja aktivitas fungsional dan eksposur risiko bank.
Pelaksanaan proses identifikasi risiko, yang antara lain dapat didasarkan pada pengalaman kerugian bank yang pernah terjadi sekurang-kurangnya dengan melakukan analisis terhadap:
1. Karakteristik risiko yang melekat pada bank. 2. Risiko dari produk dan kegiatan usaha bank.
Dalam rangka melaksanakan pengukuran risiko, bank wajb sekurang-kurangnya melakukan:
1. Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko.
(34)
Pelaksanaan proses pengendalian intern wajib digunakan bank untuk mengelola risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengendalian risiko dapat dilakukan antara lain dengan cara lindung nilai, metode mitigasi risiko dan penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.
Sistem informasi manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup laporan atau informasi mengenai:
1. Eksposur risiko.
2. Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur serta penetapan limit.
3. Realisasi pelaksanaan manajemen risiko dibandingkan dengan target yang diharapkan.
Laporan atau informasi yang dihasilkan dari sistem informasi manajemen risiko wajib disampaikan secara rutin kepada direksi.
d. Sistem Pengendalian Intern yang Menyeluruh
Bank wajib melaksanakan sistem pengendalian intern secara efektif terhadap pelaksanaan kegiatan usaha dan operasional pada seluruh jenjang organisasi bank yang sekurang-kurangnya mampu secara tepat waktu mendeteksi kelemahan dan penyimpangan yang terjadi. Sistem pengendalian intern wajib memastikan:
1. Kepatuhan terhadap peraturan dan perudang-undangan yang berlaku serta kebijakan atau ketentuan intern bank.
2. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang lengkap, akurat, tepat guna dan tepat waktu.
(35)
4. Efektivitas budaya risiko (risk culture) pada organisasi bank secara menyeluruh.
Sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup:
1. Kesesuaian sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat risiko yang melekat pada kegiatan usaha bank.
2. Penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan kepatuhan kebijakan, prosedur dan limit.
3. Penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan kerja operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian. 4. Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha bank. 5. Pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu. 6. Kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan bank terhadap ketentuan
dan perundang-undangan yang berlaku.
7. Kaji ulang yang efektif, independen dan objektif terhadap sistem informasi manajemen.
8. Pengujian dan kaji ulang yang memadai terhadap sistem informasi manajemen. 9. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap prosedur operasional,
cakupan dan temuan audit serta tanggapan pengurus bank berdasarkan hasil audit.
10.Verifikasi dan kaji ulang secara berkala dan berkesinambungan terhadap penanganan dan kelemahan-kelemahan bank yang bersifat material dan
(36)
tindakan pengurus bank untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
E. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan risiko kredit sebagaimana yang dipaparkan Tampubolon dalam Risk Management (2004:112):
1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi
Dewan Komisaris dan Direksi bertanggungjawab sebagai pemberi persetujuan (approval) akhir dan utama atas strategi, kebijakan, prosedur dan limit yang bertalian dengan risiko kredit.
Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan adanya pemisahan tugas antara fungsi penganalisa permohonan kredit (credit initation), pemberi persetujuan kredit (credit approval), dan yang me-review kredit (loan review).
2. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit yang Lengkap dan Mutakhir
Kebijakan harus memberi kontribusi bagi pengelolaan risiko kredit yang efektif dalam bentuk menyajikan informasi yang memadai, untuk membantu Bank dalam melakukan penilaian secara komprehensif terhadap risiko kredit.
Prosedur kredit harus menekankan proses penilaian kredit yang fokus pada risiko yang terkait antara lain pada jenis usahanya, besarnya limit kredit yang diberikan, dan lamanya jangka waktu pinjaman.
(37)
3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pengendalian Risiko Kredit secara Efektif
a. Identifikasi Risiko Kredit
1. Melakukan anlisis lingkungan (environmental scan).
2. Menilai fasilitas kredit secara satu per satu dari berbagai sudut. 3. Mengkaji ulang risiko konsentrasi portofolio kredit secara seksama. b. Mengukur Risiko Kredit
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan :
1. Karakteristik setiap jenis kredit, kondisi keuangan debitur, serta struktur kredit yang diperjanjikan dalam kontrak.
2. Potensi terjadinya kegagalan membayar, yang menggunakan skenario paling mungkin sampai paling buruk.
3. Besarnya kerugian yang ditimbulkan apabila gagal bayar tersebut terjadi. 4. Aspek jaminan dan marketability-nya.
5. Kesiapan dan kemampuan bank dalam menyerap potensi kegagalan yang diperkirakan.
c. Mengendalikan Risiko Kredit
Risiko kredit dikendalikan oleh Satuan Kerja Operasional mulai dari saat penilaian sebuah permohonan kredit, persetujuan kredit, pencairan kredit, pengawasan, sampai kepada saat penagihan kredit dimaksud.
(38)
F. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan risiko operasional sebagaimana yang dipaparkan Tampubolon dalam Risk Management (2004:193) antara lain:
1. Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi
Dalam kaitannya dengan risiko operasional, dewan komisaris dan direksi bertanggung jawab untuk menciptakan iklim atau budaya organisasi yang sehat di mana terdapat prioritas tinggi bagi manajemen risiko operasional serta ketaatan kepada pengendalian operasional (operational controls) yang efektif.
2. Kebijakan Prosedur dan Penetapan Limit
Bank harus dapat menetapkan limit dan menerapkan kebijakan yang cukup untuk secara berkala menilai, memantau, mengendalikan atau memitigasi risiko operasional serta mencegah kerugian karena melakukan aktivitas fungsional utama. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam mengelola risiko operasional adalah sebagai berikut:
a. Proses
Proses yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan dan prosedur dalam rangka mengelola risiko secara sehat antara lain sebagai berikut:
1. Confirmation Process
Proses konfirmasi oleh back office bertujuan untuk memverifikasi setiap transaksi dengan pihak luar (counterparty) dan untuk mengurangi tingkat (kemungkinan) terjadinya kecurangan (fraud) atau kesalahan (human error),
(39)
proses konfirmasi ini harus dilakukan secara terpisah dari saatuan kerja yang mengambil risiko (risk taking unit).
2. Settlement Process
Proses pembayaran dan penerimaan uang harus ditangani secara hati-hati. Dalam hal penyelesaian transaksi berasal dari akibat negatif kondisi likuiditas bank, maka bank harus menyediakan prosedur darurat agar melibatkan semua pihak yang terkait, khususnya bagian tresuri, agar masalah pendanaan yang menyebabkan terjadinya gap dapat segera diatasi dengan biaya yang relatif tidak mahal.
3. Rekonsiliasi
Untuk memastikan bahwa semua data yang kritis telah dimasukkan ke dalam sistem dan database yang seharusnya, beberapa data dan laporan tertentu perlu direkonsiliasi. Petugas yang melakukan rekonsiliasi harus terpisah dari petugas yang bertanggung jawab untuk memasukkan data transaksi ke dalam sistem.
4. Dokumentasi
Bank harus memelihara semua file seperti file transaksi yang masih harus diselesaikan, sampai kepada file transaksi yang telah diselesaikan ke dalam bentuk rincian rekening (accounts), buku besar (general ledgers), buku tambahan (subsidiary ledgers), dokumen pembentukan provisi,yang keseluruhannya memberikan jejak audit (audit trail). Penyimpangan dokumen-dokumen harus sesuai dengan jadwal retensi, artinya dokumen
(40)
5. Valuasi dan Akunting
Setiap metode dan parameter yang digunakan untuk menilai transaksi harus dikaji ulang secara berkala apakah memadai dan dalam hal keterkaitan dan kesesuaian prosedur akunting dengan tujuan pengamanan, pelaksanaan kehati-hatian, dan standar akunting yang berlaku.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia
Untuk memenuhi prinsip kualitas sumber daya manusia, semua pegawai harus memiliki integritas, pengalaman dan kompentensi yang cukup memadai untuk melaksanakan program pengendalian risiko operasional. Batasan mengenai pemisahan tugas harus tegas dan jelas agar pegawai tidak diberi tanggung jawab yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan. Penilaian kinerja dan insentif harus dikaitkan dengan keberhasilan mereka dalam mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai risiko dari kegiatan yang menjadi tanggung jawab staf dan pegawai.
c. Kinerja Sistem / Teknologi Informasi
Salah satu aspek penting dalam penilaian teknologi informasi adalah sejauh mana berbagai sistem diintegrasikan. Untuk menghasilkan manajemen risiko yang sehat dibutuhkan juga fungsi audit teknologi informasi yang mampu mengkaji aplikasi keuangan dan kapasitas sistem informasi.
d. Contigency Plan
Sebuah rencana darurat harus disiapkan dan selalu tersedia untuk memastikan bahwa dokumen operasi dan sistem cadangan akan berjalan dengan baik pada saat terjadi kegagalan pada sistem utama atau bencana alam.
(41)
e. Prinsip Know Your Customer (KYC)
Empat elemen utama dari sebuah program KYC yaitu:
1. Kebijakan untuk mengakseptasi nasabah (customer acceptance policy). 2. Pengidentifikasian nasabah (customer identification).
3. Pemantauan yang berkelanjutan atas rekening berisiko tinggi (on-going
monitoring of higher risk management).
4. Pengintegrasian prinsip KYC ke dalam proses manajemen risiko (consolidated
risk management and information sharing). f. Pelaksanaan Audit
Cakupan audit lazimnya meliputi pemeriksaan dan penilain atas kecukupan dan efektivitas dari sistem pengendalian intern (internal control system), serta pengkajian atas:
1. Aplikasi dan efektivitas dari kecukupan prosedur manajemen risiko dan metodologi penilaian risiko.
2. Sistem informasi keuangan dan manajemen, termasuk sistem informasi elektronik dan jasa electronic banking.
3. Akurasi dan dapat dipercayanya catatan akuntansi dan laporan keuangan. 4. Alat dan cara-cara pengamanan aktiva.
5. Sistem penilaian kecukupan modal dalam hubungannya dengan kegiatan mengestimasi risiko.
6. Sistem yang ditetapkan untuk memastikan adanya kepatuhan terhadap hukum dan regulasi, kode etik dan kebijakan maupun prosedur yang ada.
(42)
8. Pengujian baik transaksi maupun berfungsinya prosedur pengendalian intern yang sifatnya khusus.
9. Pengujian terhadap kebenaran dan tepat waktunya laporan yang diwajibkan oleh Bank Indonesia.
10. Pelaksanaan investigasi khusus.
g. Asuransi
Tidak semua risiko dapat dikendalikan, misalnya bencana alam atau terorisme, dalam hal ini, asuransi akan berfungsi sebagai salah satu alat mitigasi risiko.
3. Mengidentifikasi, Mengukur, dan Memantau Risiko Operasional a. Identifikasi Risiko
Faktor penyebab timbulnya risiko operasional dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1. Process 3. Systems
2. People 4. External events
Beberapa tipe peristiwa (events) yang mendatangkan risiko operasional dan berpotensi mendatangkan kerugian antara lain:
1. Internal fraud, yaitu tindakan-tindakan yang jenisnya menjurus kepada
pencurian, penipuan, penyalahgunaan hak dan milik perusahaan, menghindari regulasi, ketentuan hukum atau kebijakan perusahaan, yang melibatkan sekurang-kurangnya satu orang dalam.
2. External fraud, yatiu tindakan-tindakan yang jenisnya menjurus kepada
(43)
menghindari regulasi, ketentuan hukum atau kebijakan perusahaan yang dilakukan oleh pihak ketiga.
3. Employment practices and workplace safety, tindakan-tindakan yang tidak
konsisten dengan ketentuan ketenagakerjaan, ketentuan mengenai keselamatan kerja, atau tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya tuntutan karena adanya kecelakaan, atau tuntutan karena adanya diskriminasi terhadap pegawai.
4. Clients, products, and business practices, yaitu kegagalan memenuhi
kewajiban kepada nasabah, baik karena lalai ataupun tidak sengaja, atau memenuhi sifat dan rancangan produk.
5. Damage to physical assets, yaitu hilangnya atau rusaknya aset bank secara
fisik.
6. Business disruption and systms failures, yaitu gangguan terhadap kegiatan
usaha atau kegagalan sistem.
7. Excecution, delivery and process management, yaitu proses transaksi atau
manajemen yang gagal termasuk hubungan dagang dengan counterparty.
b. Mengukur Risiko
Peristiwa penyimpangan atau pelanggaran di atas dapat dipisahkan ke dalam dua kelompok yaitu:
1. Individual, yaitu peristiwa yang frekuensi kemungkinan terjadinya relatif
tinggi, tetapi dampak kerugiannya relatif rendah.
(44)
c. Merespon
Sesuai dengan proses manajemen risiko, selanjutnya bank harus menyusun program mitigasi risiko dan memasukkannya ke dalam lembar profil risiko. Program mitigasi risiko disusun berdasarkan tinggi rendahnya rating dari nilai score risiko yang ada.
4. Mengendalikan dan Memantau Risiko Operasional
Pengendalian risiko operasional berkepentingan dalam memelihara
lingkungan pengolahan informasi agar integritas data dan pengendalian terhadap semua transaksi tetap terpelihara dengan baik. Empat faktor yang dapat mempengaruhi ini adalah:
a. Sumber daya manusia c. Struktur organisasi b. Infrastruktur teknologi informasi d. Kebijakan dan prosedur
(45)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah berupa studi deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian. Di dalam penelitian ini terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi.
B. Data yang diperoleh adalah dengan cara mengumpulkan informasi.
C. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Juni 2007 sampai dengan selesai, yang dilakukan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small
(46)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. DATA PENELITIAN
1. Gambaran Umum PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small Business District Center) Medan
a. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. didirikan di Negara Republik Indonesia pada tanggal 2 Oktober 1998 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 75 tanggal 1 Oktober 1998 dan berdasarkan akta No. 10 yang dibuat oleh Notaris Sutjipto, S.H. tanggal 2 Oktober 1998. Akta pendirian telah disahkan oleh Menteri Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C2-16561.HT.01.01.TH.98 tanggal 2 Oktober 1998, serta diumumkan pada Tambahan No. 6859 dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 4 Desember 1998.
Bank Mandiri berdiri sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia pada bulan Juli 1999. Empat bank milik pemerintah yaitu PT. Bank Bumi Daya (Persero), PT. Bank Dagang Negara (Persero), PT. Bank Ekspor Impor Indonesia dan PT. Bank Pembangunan Indonesia (Persero), bergabung menjadi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Keempat bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan perbankan di Indonesia dimana sejarah berawal pada lebih dari 140 tahun yang lalu.
Proses panjang pendirian PT. Bank Bumi Daya (Persero)bermula dari nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De National Handelsbank NV, menjadi
(47)
Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah bank milik Inggris) juga dinasionalisasi dan kemudian digabungkan bersama Bank Umum Negara ke dalam Bank Negara Indonesia unit IV. Kemudian pada tahun 1968, Bank Negara unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya.
PT. Bank Dagang Negara (Persero) merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Pertama kali dibentuk dengan nama Nederlansch Indische Escompto
Maatschappij bi Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya
berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya pada tahun 1960 dinasionalisasikan serta berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah bank pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan.
Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia berawal dari perubahan dagang Belanda yaitu N.V. Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1824 dengan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahaan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968, Bank Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi 2 unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia unit II Divisi Ekspor-Impor, yang akhirnya menjadi Bank Exim, bank pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah bank industri yang didirikan pada tahun 1951 dengan misi untuk
(48)
perkebunan, industri, dan pertambangan. Pada tahun 1960, Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara dan Bank Industri Negara kemudian digabung dengan Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Bank Mandiri, ruang lingkup kegiatan Bank Mandiri adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rencana restrukturisasi di atas, dirancang untuk penggabungan usaha keempat Bank Peserta Penggabungan ke dalam Bank Mandiri pada bulan Juli 1999 dan rekapitalisasi Bank Mandiri. Restrukturisasi Bank Peserta Penggabungan dan Bank Mandiri juga mencakup :
Restrukturisasi kredit yang diberikan
Restrukturisasi akitva non-kredit yang diberikan
Rasionalisasi kantor cabang lokal dan luar negeri
Rasionalisasi sumber daya manusia
Berdasarkan Akta Penggabungan Usaha No. 100 tanggal 24 Juli 1999 yang dibuat di hadapan Notaris Sujipto, S.H., Bank Peserta Penggabungan secara hukum melakukan penggabungan usaha ke dalam Bank Mandiri. Akta Penggabungan Usaha tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan surat keputuasan No. C-13.781.HT.01.04.TH.99 tanggal 29 Juli 1999 dan disetujui oleh Gubernur Bank Indonesia dengan Surat Keputusan No. 1/9/KEP.GBI/1999 tanggal 29 Juli 1999. Penggabungan ini dinyatakan oleh Kepala Kantor
(49)
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Selatan melalui Surat Keputusan No. 09031827089 tanggal 31 Juli 1999. Pada tanggal efektif penggabungan usaha:
Semua aktiva dan kewajiban Bank Peserta Penggabungan dialihkan ke Bank Mandiri sebagai Bank Hasil Penggabungan.
Semua operasif dan aktivitas bisnis Bank Peserta Penggabungan dialihkan dan dioperasikan oleh Bank Mandiri.
Bank Mandiri mendapat tambahan modal disetor sebesar Rp. 1.000.000 (nilai penuh) atau setara dengan 1 (satu) lembar saham yang merupakan sisa saham yang dimiliki oleh pemerintah pada masing-masing Bank Peserta Penggabungan.
Pada tanggal efektif yang sama, Bank Peserta Penggabungan secara hukum dibubarkan tanpa proses likuidasi dan Bank Mandiri sebagai Bank Hasil Penggabungan menerima hak dan kewajiban dari Bank Peserta Penggabungan. Bank Mandiri mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999.
Yang menjadi visi dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. adalah untuk menjadi bank terpercaya. Sedangkan misi dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. adalah :
1. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar 2. Mengembangkan sumber daya profesional
3. Memberikan keuntungan yang maksimal bagi stakeholder 4. Melaksanakan manajemen terbuka
(50)
b. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah gambaran skematis tentang hubungan kerja sama antara orang-orang yang terdapat pada suatu badan usaha untuk memperlancar jalannya aktivitas perusahaan. Melalui struktur organisasi, dapat diketahui bagaimana pembagian kerja, departemenisasi, dan koordinasi di antara orang-orang yang terlibat dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berikut ini merupakan deskripsi uraian tugas sesuai dengan struktur organisasi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
1. Relationship Manager a. Fungsi Unit Kerja
Memasarkan produk dan mencari peluang pasar segmen Small
Business, membina dan mengembangkan relationship dengan nasabah
untuk memantau dan mempertahankan kualitas kredit dari debitur yang menjadi kelolaannya demi mencapai pertumbuhan portfolio kredit yang sehat dan tingkat profitabilitas yang tinggi dengan analisa kredit yang komprehensif dan akurat sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Tanggungjawab Utama
1. Mencari calon debitur yang layak/fleasible untuk dibiayai.
2. Memasarkan produk-produk dalam rangka pencapaian target kredit, dan fee based.
3. Collecting data/dokumen serta verifikasi permohonan baru,
(51)
4. Menyakini data/dokumen secara akurat setiap permohonan kredit. 5. Menyusun Nota Analisa debitur baru, perpanjangan dan tambahan
limit debitur eksisting.
6. Melakukan OTS ke tempat usaha dan jaminan calon debitur/debitur eksisting 4(empat) kali setahun serta membuat call report calon debitur dan debitur eksisting.
7. Memenuhi kelengkapan data SPPK/PK.
8. Mempertahankan kualitas kredit eksisting agar tetap lancar. 9. Memastikan utilitas kredit maksimal dan berkesinambungan. 10.Melakukan Loan Review secara periodik.
11.Melaksanakan penagihan (collection).
12.Menindaklanjuti debitur down grade agar up grade kembali. 13.Melakukan updating data nasabah di sistem BDS.
14.Melakukan koordinasi dengan CRG dan RRM.
c. Dimensi
Dimensi Keuangan dan Non Keuangan yang dikelola selama 1 tahun. 1. Dimensi Keuangan
Mencapai pemenuhan target penambahan portfolio kredit baru, dana dan FBI di wilayah kerja yang ditetapkan.
2. Dimensi Non Keuangan
Pelayanan kepada nasabah sesuai standard Bank Mandiri.
(52)
Tercapainya proses kredit.
d. Hubungan Kerja
1. SRM, pemberian rekomendasi atas usulan permohonan kredit. 2. RRM, pemenuhan persyaratan putusan kredit secara four eyes. 3. CO, pemenuhan persyaratan pencairan kredit.
4. Recovery Unit, penyerahan pengelolaan debitur. e. Wewenang
1. Mengumpulkan dan menyakini kebenaran dokumen permohonan kredit nasabah.
2. Mengembangkan strategi pemasaran yang tepat untuk mendukung target penjualan.
3. Memaksimalkan tingkat penggunaan rekening debitur yang dikelola.
4. Memonitor dan mengawasi tingkat kolektibilitas debitur yang dikelola.
5. Melaksanakan tugas penagihan atas kewajiban kredit atas debitur yagn masih dikelola.
6. Merekomendasikan usulan untuk mendapatkan putusan kredit kepada pemegang kewenangan.
2. Assistant Relationship Manager a. Fungsi Unit Kerja
Membantu SRM dalam melaksanakan tugas manajerialnya dan terbatas pada tugas-tugas bersifat klerikal dan adminstratif.
(53)
b. Tanggungjawab Utama
1. Menyiapkan data dan informasi untuk laporan yang harus dibuat oleh SRM kepada SBDC Manager.
2. Memonitor pemenuhan syarat SPPK/PK debitur di bawah koordinasi SRM.
3. Melaksanakan admistrasi portfolio kredit kelolaan SRM.
4. Melaksanakan tugas soft collection dengan arahan SRM, antara lain:
a. Menelepon debitur yang menunggak.
b. Membuat surat pemberitahuan tunggakan bunga/pokok. c. Membuat surat peringatan kepada debitur.
5. Membuat laporan aktivitas RM kepada SRM.
c. Dimensi
Dimensi Keuangan dan Non Keuangan selama 1 tahun. 1. Dimensi Keuangan
Mensupport/membantu tugas SRM/Team Leader dalam cakupan tanggung jawab tugas klerikal untuk mencapai target SRM ditetapkan.
2. Dimensi Non Keuangan
Membantu pengelolaan adminstrasi SRM.
d. Hubungan Kerja
(54)
3. PS (Professional Staff) Monitoring and Reporting a. Fungsi Unit Kerja
Melaksanakan fungsi monitoring terhadap pertumbuhan bisnis dan penggunaan biaya (umum dan adminstrasi, personalia, training, dll) serta fungsi reporting untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi bagi kepentingan internal maupun eksternal Bank demi kelancaran kinerja dan operasional SBDC dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
b. Tanggungjawab Utama
1. Memastikan secara berkala bahwa pertumbuhan dan ekspansi kredit, pertumbuhan dana Small Business, pendapatan bunga, fee
based income dan biaya (umum dan adminstrasi, personalia,
training, dll) telah sesuai dengan kondisi dan pencapaian SBDC yang sebenarnya.
2. Mengkoordinasikan pengumpulan dan penyajian informasi bagi kepentingan internal maupun eksternal bank baik yang sifatnya rutin maupun non rutin dengan akurat dan tepat waktu.
3. Mengevaluasi dan mengkoordinasi pelaksanaan adminstrasi pelaporan rutin dan non rutin.
4. Mengkomunikasikan dan memastikan pelaksanaan policy (strategi, kebijakan, ketentuan dan prosedur yang berlaku ke seluruh unit kerja SBDC dalam rangka kepatuhan dan tata kelola organisasi yang baik.
(55)
5. Bertanggungjawab terhadap kegiatan dan administrasi personalia, manning pegawai, pelaksanaan training pegawai, analisa produktivitas kerja untuk melaksanakan employee management dengan efektif dan efisien sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan.
6. Bertanggungjawab atas pengaturan sarana prasarana, logistik, pengamanan ruang kantor SBDC dan monitoring realisasi biaya pengadaan sarana dan prasarana agar operasional SBDC dapat berjalan dengan tertib dan lancar.
7. Bertanggungjawab terhadap pelaporan adanya penyimpangan, fraud, surat kaleng dan risiko keuangan lainnya kepada SBDC
Manager.
8. Bekerjasama dengan QAC, sebagai Counterpart External Auditor (BI, Ernst & Young, BPK) dan Internal Audit.
c. Dimensi
Dimensi Keuangan dan Non Keuangan selama 1 tahun. 1. Dimensi Keuangan
Mendukung pemenuhan target Net Ekspansi Kredit, dana dan FBI di wilayah kerja SBDC yang telah ditetapkan.
Mengendalikan biaya tenaga kerja, biaya umum dan administrasi serta biaya operasional lainnya untuk mencapai target Cost
(56)
2. Dimensi Non Keuangan
Monitoring dan pelaporan atas pencapaian target SBDC dan
Small Business Branch di wilayah kerjanya.
Employee dan general affairs management di lingkungan SBDC. d. Hubungan Kerja
1. Internal
Direct Report ke SBDC Manager
Masing-masing Team Leader (SRM)
Unit kerja lainnya terkait dengan kepegawaian, training dan operasional SBDC.
Kantor Pusat.
2. Eksternal
BI setempat berkaitan dengan penyampaian informasi terkait
policy dan procedure yang harus disajikan oleh SBDC.
Instansi pemerintah dan departemen-departemen teknis terkait lainnya yang memegang peranan penting dalam hal penyaluran atau pengembangan kredit di segmen small business.
e. Kewenangan
1. Mengevaluasi dan menganalisa pencapaian target SBDC. 2. Mengusulkan penggunaan alokasi anggaran BUA dan BTK.
3. Mengkoordinasikan pengumpulan dan penyajian data dan informasi bagi kepentingan internal maupun eksternal.
(57)
4. Clerk/Assistant Monitoring and Reporting a. Fungsi Unit Kerja
Membantu tugas PS Monitoring and Reporting dalam memonitor pertumbuhan bisnis dan pengguna biaya (umum dan adminstrasi, personalia, training, dll) serta fungsi reporting untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi bagi kepentingan internal maupun eksternal bank demi kelancaran kinerja dan operasional SBDC dalam mencapai target yang telah ditentukan.
b. Tanggungjawab Utama
1. Membantu memastikan secara berkala pertumbuhan dan ekspansi kredit, pertumbuhan dana small business, pendapatan bunga, fee
based, income dan biaya (umum dan adminstrasi, personalia,
training, dll) agar sesuai dengan target yang ditetapkan dan pencapaian SBDC yang sebenarnya.
2. Membantu pengumpulan dan penyajian informasi bagi kepentingan internal maupun eksternal bank baik yang sifatnya rutin maupun non rutin dengan akurat dan tepat waktu.
3. Melaksanakan administrasi pelaporan rutin dan non rutin, pelaporan kepatuhan/compliance untuk memberikan informasi bagi manajemen baik di SBDC maupun Kantor Pusat.
4. Membantu mengkomunikasikan pelaksanan policy/strategi, kebijakan, ketentuan dan prosedur yang berlaku ke seluruh unit
(58)
kerja SBDC dalam rangka kepatuhan dan tata kelola organisasi yang baik.
5. Melaksanakan adminstrasi personalia, manning pegawai, pelaksanaan training pegawai, analisa produktivitas kerja untuk melaksanakan employee management dengan efketif dan efisien. 6. Membantu mengontrol pengaturan sarana prasarana, logistik,
pengamanan ruang kantor SBDC dan monitoring realisasi biaya pengadaan sarana dan prasarana agar operasional SBDC dapat berjalan dengan tertib dan lancar.
7. Memonitor dan mengadministrasikan surat menyurat, dokumen dan korespondensi lainnya.
c. Dimensi
1. Dimensi Keuangan
Mendukung pemenuhan target Net Ekspansi kredit, dana dan FBI di wilayah kerja SBDC yang telah ditetapkan.
Mendukung pengendalian biaya operasional untuk mencapai target Cost Efficiency Ratio yang telah ditetapkan.
2. Dimensi Non Keuangan
Membantu memantau pencapaian target masing-masing tim dan Small Business di wilayah kerjanya.
Employee management di lingkungan SBDC.
(59)
d. Hubungan Kerja
1. Direct Report ke PSMR.
2. Unit kerja lainnya terkait dengan kepegawaian, training, operasional, pembuatan data dan laporan.
3. Kantor Pusat. 4. Instansi eksternal.
2. Kegiatan Operasional Bank
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan PT. Bank Mandiri(Persero) Tbk. cabang SBDC Medan berfokus pada kegiatan menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit.
Jenis kredit yang disalurkan oleh SBDC Medan sesuai dengan tujuan penggunaannya adalah :
1. Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan usaha dan biasanya bersifat jangka pendek (1 tahun) guna memperlancar transaksi perdagangan.
2. Kredit Investasi, merupakan kredit yang diberikan kepada para investor untuk investasi yang penggunaannya untuk jangka panjang (1-10 tahun).
Jenis kredit yang disalurkan oleh SBDC Medan sesuai dengan besar kredit yang diberikan yaitu :
1. Micro Rp 100.000.000 ( Seratus Juta Rupiah) ke bawah.
(60)
3. CBC di atas Rp 5.000.000.000 (Lima Milyar Rupiah).
Penetapan Limit
Jumlah maksimum kredit yang dapat diberikan oleh PT. Bank Mandiri(Persero) Tbk. cabang SBDC Medan adalah Rp 5.000.000 (Lima Milyar Rupiah).
Jika ada calon debitur yang meminta lebih dari Rp 5.000.000.000 (Lima Milyar Rupiah) maka akan dikirimkan ke pusat (Jakarta).
3. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit
Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan , risiko kredit didefenisikan sebagai risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya.
Pengawasan intern risiko kredit sebagai bagian dari penerapan manajemen risiko pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan :
1. Scoring (wawancara)
Ketika calon debitur datang untuk meminta permohonan kredit, maka langkah pertama yang dilakukan adalah wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengenali latar belakang calon debitur misalkan berapa besar pendapatan, berapa besar agunan yang dimiliki, dll. Scoring dilakukan oleh RM (Relationship Manager).
(61)
2. Analisa
Setelah didapat data-data dari calon debitur maka RM (Relationship
Manager) SBDC Medan akan menganalisa kelayakan calon debitur
untuk menerima kredit yaitu berupa kelengkapan data-data. Analisa yang dilakukan berupa :
a. Analisa Keuangan
Analisa yang dilakukan pada data keuangan neraca dan Laporan Laba Rugi beberapa periode, data produksi, data pemasaran, sistem penjualan dan jaringan distribusi, jumlah distributor dan penyebarannya. Analisa ini dilakukan untuk melihat kemampuan membayar dari calon debitur, juga untuk melihat kompetensi bisnis dari debitur.
b. Analisa Operasional
Analisa yang dilakukan pada IDI-BI (Informasi Debitur Individual-Bank Indonesia) calon debitur yang secara lengkap memberikan informasi apakah calon debitur memiliki kredit di bank lain. Pada saat melakukan analisa ini, jika calon debitur memiliki kredit di bank lain maka RM (Relationship Manager) akan berdiskusi dengan calon debitur apakah memungkinkan untuk memindahkan kredit dari bank lain ke Bank Mandiri dengan tujuan untuk memudahkan pengawasannya.
(62)
3. Pemberian Kredit
Setelah data-data dari calon debitur dianalisa dan RM SBDC Medan telah mengetahui kondisi keuangan terakhir dari debitur serta menilai kecukupan agunan dibandingkan dengan kewajiban debitur, maka jika permohonan kredit dari calon debitur yang disetujui akan diberikan adalah Rp 500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah) maka akan diserahkan ke SRM (Senior Relationship Manager). SRM yang akan memutuskan akan diterima atau ditolak.
Jika permohonan kredit dari calon debitur yang disetujui akan diberikan adalah di atas Rp 1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah) maka dari SRM diserahkan ke Manajer. Manajer yang akan memutuskan diterima atau ditolak.
Jika permohonan kredit dari calon debitur ditolak maka akan diadakan RKK (Rapat Kerja Komite), di dalam RKK akan dibahas kembali permohonan kredit ditolak atau tidak.
4. Pengendalian Risiko Kredit
Secara berkala, yaitu minimal 1x 1 minggu kredit yang diberikan kepada nasabah akan diperiksa perkembangannnya. Dan secara triwulan akan dilakukan OTS (On The Spot) yaitu mendatangi langsung debitur untuk meyakini keberadaan usaha nasabah, omzet usahanya serta untuk membandingkan data atau angka yang diberikan dengan data atau informasi yang diperoleh di lapangan.
(63)
Bila terjadi masalah pada kredit yang diberikan kepada debitur misalkan penurunan kredit, maka langkah yang dilakukan adalah :
1. Mencari penyebab
2. Menelepon debitur yang menunggak oleh ARM
3. Mengirimkan surat pemberitahuan tunggakan bunga/pokok. 4. Mengirimkan surat peringatan
5. Mendatangi langsung debitur.
Melakukan Loan Review setahun sekali.
Tujuan Loan Review adalah untuk menilai ulang penetapan kolektibilitas (rating) kredit menurut kualitasnya, memeriksa apakah seluruh proses pemberian kredit sampai pada pengadministrasiannya telah mematuhi kebijakan dan prosedur Bank serta ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, berikut saran untuk mengatasinya sehingga tindak perbaikan dapat segera dilakukan.
Kegagalan hubungan dengan nasabah
Jika semua langkah untuk memperingati nasabah namun tetap terjadi kegagalan hubungan dengan nasabah maka SBDC Medan akan melimpahkannya ke bagian RCR (Regional Credit Recovery) yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol Medan.
4. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional
(64)
manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung meupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan.
Pengawasan intern risiko operasional sebagai bagian dari penerapan manajemen risiko pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan :
Profil/Kualitas Karyawan
Sejalan dengan Peraturan BI No 5/8/PBI/2003 mengenai penerapan Manajemen Risiko di dalam kegiatan operasional bank, maka sekitar 98% karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan telah mengikuti ujian kelulusan manajemen risiko dari BSMR (Badan Sertifikasi Manajemen Risiko). Hal ini mendukung bahwa para karyawan di SBDC Medan memiliki integritas, pengalaman, dan kompetensi yang cukup memadai untuk melakukan pengendalian risiko operasional.
Teknologi
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan mempergunakan sistem LOS-SME (Loan Organization System-Small
Medium Enterprise) yaitu suatu sistem untuk memudahkan penginputan
(65)
Penyimpanan dokumen-dokumen (misal agunan) debitur
SBDC Medan tidak menyimpan dokumen/agunan yang diterima dari debitur. Dokumen/agunan yang diterima dari debitur ketika kredit disetujui untuk diberikan akan disimpan di MCO (Medan City
Operation) yang berlokasi di Balai Kota Medan.
Penagihan (Soft Collection)
Penagihan pada debitur dilakukan setiap tanggal 23 setiap bulan.
Pencegahan Kecurangan.
SBDC Medan mempunyai simbol yang telah menjadi budaya/kebiasaan para karyawannya yaitu :
TIPCE Trust
Saling menghargai dan bekerjasama.
Jujur , tulus dan terbuka.
Integrity
Disiplin dan konsisten.
Berpikir, berkata, dan bertindak jujur.
Profesionalisme
Kompeten dan bertanggungjawab.
Memberikan solusi dan hasil terbaik.
Customer
(66)
Excellent
Orientasi pada nilai tambah dan perbaikan terus menerus.
Peduli lingkungan.
Dengan adanya TIPCE ini membuat para karyawan menjadi lebih disiplin dalam menjalankan tugas masing-masing.
Pengawasan Risiko Operasional
Dilakukan dengan Self Risk Assessment kepada para karyawan SBDC Medan berupa checklists untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pada lingkungan risiko operasional bank, oleh SKAI dan dilaksanakan setahun sekali.
Penyelesaian kesalahan ataupun kecurangan
Untuk penyelesaiannya adalah dengan melihat surat edaran bagaimana aturan yang dibuat, bertanya pada karyawan yang bermasalah ataupun bisa juga kepada debiturnya langsung.
Akuntansi
Sistem akuntansi tidak dilakukan di SBDC melainkan di Kanwil (Kantor Wilayah) yang bertempat di Jalan Pulau Pinang No. 1 Medan.
Audit
Audit dilakukan oleh SKAI. SKAI ada di Kanwil (Kantor Wilayah) yang bertempat di Jalan Pulau Pinang No. 1 Medan. Audit dilaksanakan setahun sekali.
(67)
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Penerapan Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit
Sebagai otoritas pengawasan bank, Bank Indonesia telah menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum karena mempertimbangkan pentingnya pengelolaan risiko yang melekat pada kegiatan usaha perbankan.
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan mengkhususkan kegiatan operasionalnya pada pemberian Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi.
Dalam menjalankan kegiatan perkreditan sesuai dengan struktur organisasi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan telah diatur pelaksanaan tugas masing-masing secara jelas dan rinci. Dari rincian tugas dapat dilihat adanya pemisahan tugas dalam hal pelaksanaan pemberian kredit mulai dari melakukan pencarian calon debitur yang layak untuk dibiayai, scoring (wawancara), penganalisaan, pengumpulan data/dokumen, pemutusan pemberian kredit, melakukan
loan review secara periodik, melakukan OTS, penagihan (soft collection)
dan menangani kredit yang bermasalah.
Pelaksanaan tugas ini telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 bahwa adanya pemisahan tugas dari
(68)
Peraturan Bank Indonesia No 5/8/PBI/2003 diperlukan adanya pengawasan dari otoritas yang lebih tinggi. Untuk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan, otoritas tertinggi dan yang melakukan pengawasan dari semua aktivitas termasuk pengawasan manajemen risiko yang diterapkan di SBDC Medan dipegang oleh SBDC Manager.
Dalam hal limit kredit yang diberikan, SBDC Medan menetapkan batas maksimum kredit yang diberikan adalah Rp 5.000.000.000 (Lima Milyar Rupiah). Ketika akan memberikan kelayakan jumlah kredit kepada calon debitur, SBDC Medan terlebih dahulu menganalisa keakuratan biaya, pendapatan dan jumlah agunan yang diberikan yang secara cepat hasilnya dapat diperoleh dengan menggunakan sistem LOS-SME. Hal ini adalah untuk memperkecil risiko yang mungkin akan terjadi. Prosedur ini juga telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 dalam hal menetapkan kebijakan, prosedur dan penetapan limit.
Beberapa hal penting lainnya dalam hal pengawasan intern yang berhubungan dengan manajemen risiko untuk risiko kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan telah sesuai dengan pengawasan intern yang ditetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 yaitu :
(69)
1. Efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan operasional.
Salah satu contoh adalah dengan penggunaan teknologi LOS-SME sehingga dengan cepat data dari calon debitur diolah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh SBDC Medan juga menunjukkan efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional misalkan memeriksa kebenaran dokumen-dokumen calon debitur, melakukan loan review secara berkala, melakukan OTS secara berkala sampai kepada penagihan (soft collection).
2. Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha bank.
Dapat dilihat dari rincian tugas struktur organisasi SBDC Medan yang telah diuraikan secara lengkap. Setiap posisi memiliki tugas masing-masing dimana pembagian tugas itu menggambarkan secara jelas keseluruhan kegiatan usaha SBDC Medan.
Batasan mengenai pemisahan tugas telah jelas dan tegas agar para pelaksana di SBDC Medan tidak diberi tanggung jawab yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan.
3. Kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan bank terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan telah menaati peraturan/standar umum perbankan untuk penerapan manajemen risiko yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai
(70)
2. Analisis Penerapan Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional
Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan,pengawasan intern yang berhubungan dengan manajemen risko untuk risiko operasional yang sesuai dengan Peraturan BI No. 5/8/PBI/2003 tetap dilakukan oleh otoritas yang lebih tinggi yang lebih berwenang untuk melakukannya, yang dalam hal ini yaitu SBDC Manager.
SBDC Medan menetapkan tanggal penagihan setiap bulannya dan melakukan review secara berkala terhadap kelancaran kredit yang diberikan. Hal ini juga telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 dalam hal penerapan manajemen risiko mengenai adanya tinjauan berkala.
Beberapa hal penting lainnya dalam hal pengawasan intern yang berhubungan dengan manajemen risiko untuk risiko operasional yang diterapkan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang SBDC Medan yang telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 adalah:
1. Efektivitas budaya risiko (risk culture) pada organisasi bank scara menyeluruh.
Budaya risiko yang ditetapkan di SBDC Medan dapat dilihat dari adanya simbol TIPCE yang diterapkan secara disiplin dan menjadi motivasi pada setiap karyawan SBDC Medan. Dan juga 98%
(71)
karyawannya telah mengikuti ujian kelulusan manajemen risiko dari BSMR.
2. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap prosedur operasional, cakupan dan temuan audit serta tanggapan pengurus bank berdasarkan hasil audit.
Untuk cabang SBDC Medan, dokumentasi dari calon debitur memang diminta dan diperiksa kebenarannya namun tidak disimpan di SBDC Medan melainkan disimpan di MCO Medan.
3. Verifikasi dan kaji ulang secara berkala dan berkesinambungan terhadap penaganan dan kelemahan-kelemahan bank yang bersifat material dan tindakan pengurus bank untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Audit di SBDC Medan dilaksanakan oleh SKAI yang berada di Kanwil (Kantor Wilayah) Medan dan dilaksanakan sekali setahun. Untuk karyawan dilakukan Self Risk Assesstment. Apabila ditemukan kesalahan dalam proses audit tersebut, maka hal itu akan segera dibicarakan atau didiskusikan kepada karyawannya untuk diperbaiki demi kinerja yang lebih baik.
(72)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, yang dihubungkan dengan rumusan dan tujuan penelitian ini, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. PT. Bank Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan.
2. Kredit yang diberikan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan dikhususkan pada Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi.
3. Tingkat NPL (Non Performing Loan) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan untuk Februari 2008 adalah 1,87%.
4. Para karyawan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan hampir 98% telah mengikuti ujian kelulusan manajemen risiko dari BSMR (Badan Sertifikasi Manajemen Risiko).
5. Para karyawan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan mempunyai budaya TIPCE (Trust Integrity Professional
Customer Excellent).
6. Struktur organisasi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan menggambarkan secara jelas pemisahan tugas masing-masing unit, yang semua tugas yang dilakukan itu menggambarkan keseluruhan
(1)
karyawannya telah mengikuti ujian kelulusan manajemen risiko dari BSMR.
2. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap prosedur operasional, cakupan dan temuan audit serta tanggapan pengurus bank berdasarkan hasil audit.
Untuk cabang SBDC Medan, dokumentasi dari calon debitur memang diminta dan diperiksa kebenarannya namun tidak disimpan di SBDC Medan melainkan disimpan di MCO Medan.
3. Verifikasi dan kaji ulang secara berkala dan berkesinambungan terhadap penaganan dan kelemahan-kelemahan bank yang bersifat material dan tindakan pengurus bank untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Audit di SBDC Medan dilaksanakan oleh SKAI yang berada di Kanwil (Kantor Wilayah) Medan dan dilaksanakan sekali setahun. Untuk karyawan dilakukan Self Risk Assesstment. Apabila ditemukan kesalahan dalam proses audit tersebut, maka hal itu akan segera dibicarakan atau didiskusikan kepada karyawannya untuk diperbaiki demi kinerja yang lebih baik.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, yang dihubungkan dengan rumusan dan tujuan penelitian ini, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. PT. Bank Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan.
2. Kredit yang diberikan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan dikhususkan pada Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi.
3. Tingkat NPL (Non Performing Loan) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan untuk Februari 2008 adalah 1,87%.
4. Para karyawan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan hampir 98% telah mengikuti ujian kelulusan manajemen risiko dari BSMR (Badan Sertifikasi Manajemen Risiko).
5. Para karyawan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan mempunyai budaya TIPCE (Trust Integrity Professional Customer Excellent).
6. Struktur organisasi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan menggambarkan secara jelas pemisahan tugas masing-masing
(3)
tugas yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
7. Adanya teknologi LOS-SME pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan memungkinkan prosedur pemberian kredit lebih cepat.
8. Dokumentasi disimpan di MCO (Medan City Operation) yang ada di cabang Balai Kota Medan.
9. Jika terjadi kegagalan hubungan dengan nasabah, kredit dilimpahkan ke RCR (Regional Credit Recovery) yang ada di cabang Imam Bonjol Medan.
10.Sistem akuntansi dilakukan di Kanwil (Kantor Wilayah) yang ada di Jalan Pulau Pinang No.1 Medan.
11.Audit oleh SKAI dilaksanakan setahun sekali.
B. Saran
1. Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, diharapkan para karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan dapat memperkecil tingkat NPL yang ada.
2. Pemisahan tugas dari masing-masing unit pada struktur organisasi SBDC Medan, penulis menyarankan agar setiap bagian menjalankan tugasnya masing-masing dengan disiplin dan konsisten sehingga dapat memperkecil risiko kredit dan risiko operasional.
(4)
3. Budaya TIPCE yang dibuat oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan, penulis menyarankan untuk dijalankan sepenuhnya demi kepuasan para nasabah dan menghindari terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.
4. Audit yang dilakukan oleh SKAI, penulis menyarankan untuk tetap independen dan konsisten dimana dalam hal ini audit dilakukan kepada semua hal yang berhubungan dengan kredit, para karyawan, dan juga teknologi/sistem yang dipergunakan di SBDC Medan untuk menilai sejauh mana berbagai sistem diintegrasikan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Idra., Suhardjono, 2006. Akuntansi Perbankan, Buku Dua, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Dunil, Z, 2005. Risk-Based Auditing, Cetakan Pertama, Indeks, Jakarta.
Kasmir, 2002. Manajemen Perbankan, Cetakan Ketiga, Rajawali Pers, Jakarta. Muljono, Teguh Pudjo, 2002. Aplikasi Akuntansi Manajemen dalam Praktik
Perbankan, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Tampubolon, Robert, 2004. Risk Management, Cetakan Kedua, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Tampubolon, Robert, 2005. Risk and System-Based Internal Auditing, Cetakan Pertama, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.
Bank Indonesia, Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, SE. No.5/8/PBI/2003.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
(6)
STRUKTUR ORGANISASI
Lampiran 1
SBDC MANAGER
SRM SRM SRM
RM ARM RM ARM RM ARM
PS
Monitoring and Reporting
Assistant Monitoring and Reporting KETERANGAN :