memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang tinggi antara lain apabila memenuhi salah satu kondisi berikut:
1. Bank yang memiliki total aktiva sebesar Rp. 10.000.000.000.000,00
sepuluh triliun rupiah; 2.
Bank yang aktif secara internasional internationally active banks, yaitu bank yang memiliki kantor cabang di beberapa negara lain atau bank yang
merupakan kantor cabang dari bank yang berkantor pusat di luar negeri; 3.
Bank yang memiliki 30 tiga puluh kantor cabang atau lebih; 4.
Bank yang memiliki 150.000 seratus lima puluh ribu nasabah atau lebih; dan atau
5. Bank yang memiliki tingkat keragaman yang tinggi dalam
transaksiprodukjasa. Sedangkan yang tidak memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang
tinggi wajib menerapkan Manajemen Risiko sekurang-kurangnya untuk 4 empat jenis risiko
22
. Sementara dalam hal bank memiliki pengalaman risiko berupa Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Strategik, dan atau Risiko Kepatuhan
yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya, bank wajib menerapkan Manajemen Risiko terhadap risiko dimaksud
23
K. Pengawasan secara Aktif Oleh Dewan Komisaris dan Direksi Bank.
.
Dewan Komisaris dan Direksi merupakan garis pertahanan utama untuk mendapat kepastian bahwa Bank yang mereka pimpin berjalan secara sehat dan
mematuhi semua ketentuan hukum maupun regulasi yang berlaku secara nasional
22
Pasal 4 ayat 3 PBI No 58PBI2003
23
Pasal 4 ayat 4 PBI No 58PBI2003
Universitas Sumatera Utara
maupun internasional. Dewan Komisaris dan Direksi wajib memiliki dasar pengetahuan sebagai penanya yang cerdik intelligent questioners terhadap
semua risiko yang diambil oleh bank-bank yang mereka pimpin, dan sebagai penilai apakah sistem manajemen risiko yang ada telah memungkinkan mereka
menjalankan tugas sebagai pengawas oversight atas semua kegiatan bank yang beresiko berikut pengelolaan risiko yang ada secara efektif
24
Komisaris dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada RUPS. Sebagai salah satu organ perusahaan, Dewan Komisaris harus memiliki tanggung jawab
dan wewenang dalam mengawasi tindakan Direksi. Bukan hanya itu, Dewan Komisaris juga berhak memberi nasihat kepada Direksi jika sewaktu-waktu
diperlukan. Pendek kata, Dewan Komisaris mengawasi Direksi dalam hal melaksanakan tugas sebaik-baiknya demi kepentingan perusahaan dan pemegang
saham, memastikan perusahaan selalu melaksanakan tanggung jawab sosialnya dan memantau efektivitas penerapan GCG yang dilaksanakan perusahaan
.
25
Sementara Direksi adalah organ perusahaan pemegang kekuasaan eksekutif di perusahaan. Direksi mengendalikan operasi perusahaan sehari-hari
dalam batas-batas yang ditetapkan oleh UUPT, Anggaran Dasar dan RUPS serta di bawah pengawasan Dewan Komisaris. Tugas dan fungsi utama Direksi adalah
menjalankan roda manajemen perseroan secara menyeluruh. Dengan demikian setiap anggota Direksi haruslah orang yang berwatak baik, berpengalaman,
mempunyai kompetensi menduduki jabatan tersebut, dan melaksanakan setiap kegiatan semata-mata untuk kepentingan perusahaan
.
26
.
24
Robert Tampubolon, Op.Cit, hal.49.
25
Mas Achmad Daniri, Op.Cit, hal.125
26
Ibid, hal.129.
Universitas Sumatera Utara
1. Kedudukan Direksi Tanggung Jawabnya dalam Perseroan
Tugas dan fungsi utama Direksi adalah menjalankan roda manajemen perseroan. Dengan demikian, setiap anggota Direksi haruslah orang yang
berwatak baik, berpengalaman, mempunyai kompetensi menduduki jabatan tersebut, dan melaksanakan setiap kegiatan semata-mata untuk kepentingan
perusahaan. Direksi juga mempunyai tugas utama lain yaitu mengupayakan perusahaan dapat melaksanakan tanggung jawab sosialnya dan juga harus
memperhatikan berbagai kepentingan stakeholder. Yang tidak kalah penting adalah senantiasa mendorong penerapan Good Corporate Governance yang
dilaksanakan dengan konsisten
27
Tanggung jawab Direksi adalah .
28
a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan peseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan persona standi in judicio.
:
b. Setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. c.
Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
Anggota Direksi juga tidak diperkenankan memanfaatkan jabatan pentingnya di Perusahaan untuk mengambil keuntungan pribadi selain dari
remunerasi yang diterima mereka sebagai anggota Direksi sesuai standar yang
27
Mas Achmad Daniri,Op.Cit,hal.129.
28
I.G.Ray Widjaja,Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas,Jakarta: Pradnya Paramita.1995 hal.54.
Universitas Sumatera Utara
berlaku. Direksi juga harus menetapkan prosedur rapat Direksi dan mencantumkan prosedur tersebut secara jelas dalam risalah rapat
29
Selain menjalankan roda manajemen, yang berbeda dengan Dewan Komisaris adalah Direksi harus menetapkan suatu sistem pengawasan internal
yang efektif untuk menjaga investor dan aset perusahaan. Direksi juga harus menetapkan suatu sistem pengendalian informasi internal yang memadai, dengan
tujuan setiap informasi penting perusahaan dapat dengan cepat disampaikan ke Corporate Secretary dan juga disampaikan ke Dewan Komisaris. Kemudian
Direksi wajib memberitahukan Komite Audit jika memerlukan “Second Opinion” mengenai masalah akuntasi yang penting
.
30
Pendelegasian wewenang dan perseroan kepada Direksi untuk mengelola Perseroan lazim disebut sebagai fiduciary duty
.
31
. Menurut pendapat Henry Campbell Black, fiduciary duty merupakan suatu tindakan untuk dan atas nama
orang lain, dimana seseorang mewakili kepentingan orang lain yang merupakan standar tertinggi dalam hukum. Pendapat lain menyatakan Perseroan Terbatas
PT adalah sebab bagi keberadaan raison d’etre Direksi. Oleh karena itu, tidak salah bila dikatakan Direksi
32
Prinsip fiduciary duties sangat berkaitan erat dengan adanya tanggung jawab Direksi sebagai pelaksana suatu Perseoran, yaitu dalam melaksanakan
wewenang dan tugasnya seorang Direksi terkait juga dengan asas kepercayaan yang dibentuk oleh perusahaan tersebut, sehingga Direksi itu harus
.
29
Mas Achmad Daniri,Loc.cit.
30
Ibid,hal.129-130.
31
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas Keberadaan, Tugas, Wewenang Tanggung Jawab, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, hal.8.
32
Ibid,hal.38.
Universitas Sumatera Utara
mengutamakan kepentingan Perseroan sebagai prioritas utama dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, karena ia dipercayakan untuk itu.
Prinsip fiduciary duty berlaku bagi Direksi dalam menjalankan tugasnya, baik fiduciary duty dalam menjalankan fungsinya sebagai manajemen tugas
memimpin perusahaan maupun sebagai representasi dari perseroan mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan. Seseorang mempunyai tugas
fiduciary duty manakala ia mempunyai kapasitas fiduciary fiduciary capacity. Seseorang dikatakan memiliki fiduciary capacity jika bisnis yang
ditransaksikannya atau uang properti yang di handle bukan miliknya atau bukan untuk kepentingannya, melainkan milik orang lain tersebut, dimana orang lain
tersebut mempunyai kepercayaan yang besar great trust kepadanya. Sementara itu, di lain pihak dia wajib mempunyai itikad baik yang tinggi high degree of
good faith dalam menjalankan tugasnya
33
Tanggung jawab Direksi wajib dilakukan berdasarkan 3 tiga prinsip yang terjalin dalam suatu sistem, yaitu prinsip fiduciary duty, prinsip duty of care and
skill, dan prinsip standard of care. Prinsip duty of care and skill dan prinsip standard of care hakikatnya merupakan implementasi lebih lanjut dari prinsip
fiduciary duty. Ini berarti Direktur harus mempunyai duty of care and skill, itikad baik, kejujuran, dan loyalitas kepada perusahan. Duty of care tersebut
mengharuskan Direksi bersikap hati-hati. Artinya, Direksi harus mengikut i prosedur yang berlaku dan dengan pertimbangan yang rasional
.
34
Dengan kata lain, fiduciary duty meliputi: duty of skill and care prinsip kehati-hatian dalam tindakan Direksi, Duty of Loyalty itikad baik Direksi yang
.
33
Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hal.32-33.
34
Try Widiyono, Op.Cit,hal.37-38.
Universitas Sumatera Utara
semata demi tujuan Perseroan, No Secret Profit Rule Doctrine of Corporate Oppurtunity tidak menggunakan kesempatan pribadi atas kesempatan milik atau
peruntukan bagi Perseroan
35
. Dalam hal ini, pada akhirnya fiduciary juga bermanfaat bagi pemegang saham secara keseluruhan karena kepentingan
Perseroan adalah identik dengan kepentingan pemegang saham dan juga termasuk di dalamnya kepentingan pihak kreditor perseroan
36
Doktrin fiduciary duty sangat erat dengan prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu prinsip kehati-hatian ini merupakan prinsip yang utama dalam
mengelola perseroan. Dalam dunia perbankan, prinsip kehati-hatian ini sangat penting yang dikenal dengan prudential banking. Prinsip kehati-hatian atau
Prudential Banking ini didasarkan pada Pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Perbankan yang menyatakan, bank wajib memelihara tingkat kesehatan Bank
sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank serta wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian . Sehingga apabila Direksi
sungguh-sungguh menjalankan fiduciary duty dengan baik, maka kinerja perseroan tersebut akan terlaksana dengan baik pula, dan akhinrya berdampak
positif terhadap para stakeholder dan shareholder.
37
Prinsip kehati-hatian dalam usaha perbankan diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 6PBI102004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum. Di samping itu, tentunya berkaitan dengan .
35
Robintan Sulaiman dan Joko Prabowo, Lebih Jauh Tentang Kepailitan Tanggung Jawab Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham Terhadap Perusahaan Pailit: Tinjauan Yuridis,
Jakarta: PT. Deltacitra Grafindo, 2000, hal.8.
36
I.G.Ray Widjaya, Op.Cit,hal.75.
37
Try Widoyono, Op.Cit,hal.107.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Bank Indonesia No. 58PBI2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
Dalam lembaga perbankan, berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab Direksi bank, prinsip kehati-hatian yang dilihat dari sisi hasil diwujudkan adanya
berbagai ukuran yang berkaitan dengan penilaian kesehatan bank, yaitu: rentabilitas earning, likuiditas liquidity, sensitivitas terhadap risiko pasar
sensitivity to market risk dan bank harus melakukan Manajemen Risiko terhadap 8 aspek risiko. Berdasarkan Pasal 2 PBI tentang Kesehatan Bank, Komisaris, dan
Direksi bank wajib memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar tingkat kesehatan bank sebagaimana tersebut dapat dipenuhi
38
Doktrin lain yang penting adalah doctrine business judgement rule, guna mengukur kepercayaan yang diberikan oleh perseroan kepada Direksi,
berdasarkan prinsip ficudiary duty, maka sebagai organ perseroan yang menjalankan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dan tujuan perseroan, Direksi
tentu dihadapkan kepada risiko bisnis. Risiko itu terkadang berada di luar kemampuan maksimal
Direksi. Oleh karena itu, guna melindungi ketidakmampuan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan manusia, maka
Direksi dilindungi oleh doctrine business judgement rule. Seorang Direksi bagaimanapun tidak mungkin selalu benar dalam manjalankan usahanya, karena
error kekeliruan adalah kelengkapan manusia. Jadi, sudah sepantasnya jika seorang Direksi perseroan tidak di generalisasi untuk bertanggung jawab atas
kesalahan dalam mengambil keputusan more errors of judgement tanpa mempertimbangkan unsur manusianya, juga karena kesalahan yang jujur honest
.
38
Ibid,hal.108.
Universitas Sumatera Utara
mistake doctrine business judgement rule memberikan perlindungan kepada Direksi Perseroan atas kemungkinan adanya kesalahan yang diakibatkan oleh
suatu keadaan yang wajar dan manusiawi
39
Doctrine business judgement rule ini pada mulanya terdapat dalam peradilan AmerikaUS Jucial Review dimana maksudnya adalah suatu aturan
yang melindungi pada Direktur dari tanggung jawab pribadi, bilamana mereka .
40
a. Bertindak berdasarkan itikad baik in good faith
:
b. Telah selayaknya memperoleh informasi yang cukup well informed,
c. Secara masuk akal dapat dipercaya bahwa tindakan yang diambil adalah
yang terbaik untuk kepentingan perseroan the best interests of the corporate.
Doktrin business judgement rule ini sangat penting bagi Direksi khususnya para Direksi Bank. Hal ini disebabkan bisnis dalam dunia perbankan
sering kali harus memilih berbagai risiko bisnis yang tinggi. Doktrin ini dapat dijadikan landasan-landasan Direksi yang baik untuk dengan leluasa melakukan
tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola Perseroan, tanpa adanya rasa takut mendapatkan gugatan dari pihak ketiga. Sekalipun perseroan yang dipimpin oleh
Direksi tersebut mengalami kerugian, maka berdasarkan doktrin business judgement rule terhadap Direksi tersebut tidak dapat dituntut
41
Para Direksi yang akan dimintakan tanggung jawabnya lebih besar terkait dengan doktrin business judgement rule adalah: Direksi Bank, Direksi Perusahaan
.
39
Ibid,hal.46-47
40
I.G.Ray Widjaya,Op.Cit,hal.78.
41
Try Widoyono,Op.Cit,hal.111.
Universitas Sumatera Utara
Trust; Direksi Perusahaan Asuransi; Direksi Perusahaan Pengelola Dana, seperti mutual funds; dan Direksi Perusahaan PublikPerusahaan Terbuka
42
Terhadap Direksi-direksi tersebut memang mesti dimintakan pertanggungjawaban hak yang lebih besar ketimbang jenis-jenis Direksi lainnya,
dengan berdasarkan kepada argumentasi yuridis sebagai berikut .
43
a. Para Direksi tersebut mengelola dana masyarakat yang sudah pada
tempatnya harus lebih dituntut tingkat kebijaksanaan, kehati-hatian yang lebih tinggi dan putusan yang lebih tepat dan akurat.
:
b. Para Direksi tersebut merupakan Direksi profesional dengan latar
belakang, pengalaman, dan pendidikan yang baik dan tingkat gaji yang tinggi serta merupakan Direksi yang bekerja full time untuk perusahaan
2. Kedudukan Dewan Komisaris dan Tanggung Jawabnya dalam Perseroan
Sebelum keluarnya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, keberadaan organ Komisaris pada PT tidak merupakan suatu
keharusan atau tidak mutlak harus ada atau bersifat fakultatif. Dengan keluarnya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, keberadaan
Komisaris tidak lagi bersifat fakultatif bahkan sudah merupakan suatu keharusan. Hal ini bisa dilihat di dalam Pasal 4 ayat 1 yang bunyinya sebagai berikut:
”Perseroan memiliki Komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar
44
42
Munir Fuady,Op.Cit,hal.203.
43
Ibid,hal.204.
44
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, hal.70.
”
Universitas Sumatera Utara
Peran Dewan Komisaris dirasakan semakin penting karena sering terdapatnya peranan dan wewenang Direksi yang melebihi batas tanggung
jawabnya, sehingga Dewan Komisaris bersifat “mandul” dan hanya sebagai simbol perseroan semata. Padahal seharusnya terdapat Check and balances antara
kedua organ perseroan tersebut dalam pencapaian keberhasilan kinerja suatu perseroan
45
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 menyebutkan fungsi Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan untuk kepentingan perseroan. Pengawasan adalah
suatu tindakan yang dilakukan oleh atasan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan bawahan apakah sesuai dengan suatu pedoman atau kebijaksanaan
yang ditetapkan sebelumnya. Jika terjadi penyimpangan perlu dilakukan tindakan untuk memperbaikinya. Penilaian terhadap bawahan hanya dapat dilakukan apbila
tersedia informasi yang diperlukan. Sumber informasi yang paling sering digunakan oleh Dewan Komisaris adalah berbagai jenis laporan berkala atau
insidentil yang diterima dari Direksi . Sehingga Dewan Komisaris harus dimaksimalkan, karena Dewan
Komisaris juga memiliki andil yang cukup besar demi terlaksananya pengelolaan perseroan dengan baik.
46
Komisaris pada umumnya bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam mengurus perseroan serta memberikan nasehat-nasehat kepada Direksi,
dimana tugas pengawasan itu bisa merupakan bentuk pengawasan preventif atau represif. Pengawasan preventif ialah melakukan tindakan dengan menjaga
sebelumnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang akan merugikan perseroan. Sedangkan pengawasan reperesif ialah pengawasan yang dimaksudkan
.
45
Moenaf H. Regar, Dewan Komisaris Peranannya Sebagai Organ Perseroan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000,hal.61.
46
Ibid,hal.64.
Universitas Sumatera Utara
untuk menguji perbuatan Direksi apakah semuap perbuatan yang dilakukan oleh Direksi itu tidak menimbulkan kerugian bagi perseroan dan tidak bertentangan
dengan undang-undang dan anggaran dasar
47
Pengawasan secara umum dan menyeluruh yang dilakukan oleh Dewan Komisaris lazimnya bertitik tolak dari anggaran keuangan atau budget. Anggaran
keuangan yang disusun dengan baik merupakan perangkat yang efektif untuk melakukan pengawasan. Semua penyimpangan yang dilaporkan dapat dianalisis
dan tindakan perbaikan dapat segera dilakukan sehingga dapat mengurangi atau mencegah timbulnya kerugian
.
48
. Sebagian fungsi Dewan Komisaris tersebut sebenarnya termasuk fungsi manajemen atau fungsi pengambilalihan keputusan
yang berada di luar wewenang Direksi atau manajemen perusahaan
49
Mengenai tanggung jawab Komisaris dapat dibagi dalam .
50
a. Tanggung jawab ke luar terhadap pihak ketiga. Tanggung jawab ini tidak
sebesar tanggung jawab Direksi, karena Komisaris bertindak ke luar berhubungan dengan pihak ketiga hanya dalam keadaan-keadaan yang sangat
istimewa, yaitu dalam hal Komisaris dibutuhkan Direksi sebagai saksi atau pemberi izin dalam hal Direksi menurut Anggaran Dasar terlebih dahulu
mendapat izin dari Komisaris dalam perbuatan penguasaan beschikking, seperti misalnya menjual, menggadaikan, dan lain-lain.
:
b. Tanggung jawab ke dalam terhadap perseroan. Tanggung jawab ke dalam,
sama dengan Direksi, pertanggungjawaban itu bersifat kolektif atau majelis.
47
Agus Budiarto,Op.Cit,hal.71
48
Moenaf H. Regar,Op.Cit,hal.66-67.
49
Ibid,hal.68-69.
50
Agus Budiarto,Op.Cit,hal.72.
Universitas Sumatera Utara
Jika Komisaris ikut serta dalam pengurusan biasanya ia lalu ikut memberikan pertanggungjawaban kepada RUPS bersama-sama dengan Direksi.
Tugas mengawasi dan memberi nasehat tersebut masih ditambah lagi dengan suatu kewenangan yang diberikan kepada Komisaris apabila Anggaran
Dasar menentukan hal itu. Sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 100 ayat 1 dan 2 UUPT, kewenangan yang dimaksud adalah:
a. Wewenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu. b.
Wewenang melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. Hal ini merupakan suatu pengecualian
atas pertimbangan tertentu. Dalam hal ini berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan
pihak ketiga. Dewan Komisaris diharapkan untuk bertindak independen dan kritis, baik
antara satu sama lain, maupun terhadap Direksi. Independen di sini berarti Komisaris bukan sekedar rubberstamp dari Direksi tetapi aktif dalam
mempertimbangkan review bahkan mengkritisi challenge kebijakan strategi Direksi; dengan kata lain Komisaris harus mampu untuk memberikan pandangan
yang bersifat independen terhadap Direksi
51
Dewan Komisaris secara teratur wajib mengikuti perkembangan kegiatan perusahaan dan segera melaporkan kepada RUPS dengan disertai saran langkah
perbaikan dalam hal perusahaan menunjukkan gejala kemunduran. Pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance wajib pula diawasinya dengan baik dan
.
51
Mas Achmad Daniri,Op.Cit,hal.125.
Universitas Sumatera Utara
hasil-hasil penerapan tersebut perlu disampaikan kepada RUPS. Mereka juga perlu berhati-hati terhadap berbagai jenis kompensasi baik langsung atau tidak
langsung yang dapat mempengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan. Sebaiknya diatur agar anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan menerima
selain gaji dan fasilitas yang telah diberikan kepadanya sebagai anggota Komisaris Perusahaan yang bersangkutan
52
Dengan tugas Komisaris sebagai pengawas kebijaksanaan Direksi serta memberikan nasehat kepada Direksi mengenai pelaksanaan tugas kepengurusan,
maka terjadi interaksi antara tugas Direksi dan Komisaris pada saat sebelum dan sesudah menjalankan aktivitas perusahaan. Direksi tidak dapat melaksanakan
tugas sekehendak hatinya atau dengan sewenang-wenang karena Komisaris mengawasinya. Sebaliknya Komisaris dapat memberi nasehat kepada Direksi
tetapi tidak dapat melakukan pengurusan. Sejauh mana nasehat itu harus diterima oleh Direksi, tergantung pada kepentingan dan tujuan perseroan yang sepenuhnya
merupakan tugas dan tanggung jawab Direksi. Nasehat itu dapat saja tidak dituruti apabila bertentangan dengan tujuan dan kepentingan perseroan dalam batas-batas
ketentuan undang-uadang dan anggaran dasar .
53
Pelaporan keuangan yang berkualitas merupakan wujud nyata dari penerapan prinsip akuntabilitas GCG. Adalah sangat penting bagi Direksi dan
Dewan Komisaris untuk menjaga hubungan perusahaan dengan seluruh pemangku . Dengan kata lain, harus ada
mekanisme check and balance antara Dewan Komisaris dan Direksi dalam upaya pengelolaan suatu bank sehingga dapat terwujud Good Corporate Governance
dalam bank tersebut.
52
Ibid, hal.128-129.
53
Agus Budiarto,Op.Cit,hal.125
Universitas Sumatera Utara
kepentingan perusahaan dan hal tersebut dapat dilakukan melalui pelaporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan merupakan salah satu bagian dari
komunikasi berkelanjutan dengan para pemangku kepentingan. Dalam hal ini, informasi yang disajikan haruslah merupakan laporan yang berimbang antara
penyajian kinerja dan prospek bisnis perusahaan
54
Dewan Komisaris dna Direksi juga diharapkan mempunyai kemampuan dan keahlian skill yang terus-menerus di–up grade sesuai perkembangan zaman serta
lingkungan yang terus berubah. Tambahan pengetahuan dan pendidikan, baik bersifat informasi seperti seminar, workshop, studi banding maupun formal
pendidikan bersertifikat, diploma, bahkan jenjang post graduate perlu dilakukan dalam rangka memenangkan persaingan global
.
55
Terkait dengan masalah governance di perusahaan, setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi sangat perlu memahami pengertian dan prinsip dasar GCG,
mekanisme yang dapat mendorong efektivitas GCG di perusahaan, faktor-faktor penghambat penerapan GCG, pilar pendukung suksesnya GCG di perusahaan,
implikasi GCG bagi kemajuan usaha, pedoman penerapan GCG, beberapa fungsi dan peranan elemen penting GCG seperti komite-komite dan sekretaris
perusahaan, dan pengalaman perusahan lain, baik domestik maupun mancanegara .
Masalah kemampuan skill dari Dewan Komisaris dan Direksi yang harus di-up grade ini merupakan suatu keharusan agar dapat tercipta SDM yang
berkualitas dari pihak manajemen Bank dalam pelaksanaan Good Corporate Governance, serta meminimalisir terjadinya berbagai penyimpangan operasional
Bank itu sendiri.
54
Mas Achmad Dairi,Op.Cit,hal.145.
55
Ibid,hal.136.
Universitas Sumatera Utara
dalam penerapan GCG secara konsisten dan komprehensif beserta kendala serta cara mereka mengatasinya
56
3. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi dalam Mengelola Risiko
pada Ruang Lingkup Manajemen Risiko .
Dalam ruang lingkup Manajemen Risiko, salah satu aspek yang tercakup dalam Manajemen Risiko adalah adanya pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris
dan Direksi. Dalam hal ini DewanKomisaris dan Direksi harus
57
a. Menimbulkan “selera” perusahaan akan Risiko risk appetite yang
konsisten dengan strategi usaha. Selera kemauan yang diikuti kemampuan ini harus digambarkan secara konservatif, moderat, agresif, atau posisi
dalam rentang atau spektrum Risiko yang dapat diterima. :
b. Mendefenisikan secara spesifik Risiko yang mengancam Bank. Risiko ini
harus berada dalam batasan regulasi dan masih punya ruang untuk ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan.
c. Mengidentifikasi, memahami dan menilai jenis-jenis Risiko yang melekat
pada aktivitas kegiatan Bank yang telah ada maupun produk dan aktivitas baru yang masih akan diluncurkan.
d. Menetapkan strategi Manajemen Risiko.
e. Memberi persetujuan atas kerangkan kerja Manajemen Risiko yang harus
konsisten dengan selera dan strategi kegiatan usaha bank. f.
Menetapkan agar kerangka kerja Manajemen Risiko tersebut diterapkan dan dipelihara secukupnya.
56
Ibid.
57
Robert Tampubolon,Op.Cit,hal.39-40.
Universitas Sumatera Utara
g. Secara berkala mengkaji kerangka kerja Manajemen Risiko untuk
menentukan bahwa kerangka kerja tersebut tetap memadai untuk kegiatan usaha yang ada.
h. Menentukan bahwa telah tersedia garis pelaporan dan pertanggungajawaban
fungsi Manajemen Risiko secara jelas. i.
Memelihara kewaspadaan awareness yang berkelanjutan atas setiap perubahan yang terjadi pada profil Risiko Bank.
j. Menyetujui pengalokasian dan pemenuhan sumber daya misalnya dana,
teknologi informasi, tenaga ahli, dan lain-lain yang dibutuhkan Satuan Kerja Operasional maupun non Operasional dalam rangka membangun dan
memelihara selera Risiko serta mengelola Risiko. Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia No.58PBI2003 tentang
Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, dinyatakan bahwa wewenang dan tanggung jawab bagi Dewan Komisaris adalah sekurang-kurangnya:
a. Menyutujui dan mengevaluasi kebijakan Manajemen Risiko evaluasi
kebijakan Manajemen Risiko dilakukan oleh Dewan Komisaris sekurang- kurangnya satu kali dalam satu tahun atau frekuensi yang lebih tinggi dalam
hal terdapat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha Bank secara signifikan;
b. Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan
Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a evaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko
dilakukan oleh Dewan Komisaris sekurang-kurangnya secara triwulanan;
Universitas Sumatera Utara
c. Mengevaluasi dan memutuskan persetujuan Dewan Komisaris yang
berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetujuan Dewan Komisaris transaksi yang memerlukan persetujuan Dewan Komisaris adalah transaksi
yang telah melampui kewenangan Direksi untuk memutuskan transaksi dimaksud sesuai dengan kebijakan dan prosedur intern Bank yang berlaku.
Sementara menurut Pasal 7 ayat 1 Peraturan Bank Indonesia No.58PBI2003 jo Peraturan Bank Indonesia No. 1125PBI2009 ini disebutkan
wewenang dan tanggung jawab bagi Direksi adalah sekurang-kurangnya: a.
Menyusun kebijakan dan strategi Manajemen Risiko secara tertulis dan komprehensif termasuk dalam kebijakan dan strategi Manajemen Risiko
adalah penetapan dan persetujuan limit Risiko baik Risiko secara keseluruhan, per jenis Risiko, maupun per aktivitas fungsional. Kebijakan
dan strategi Manajemen Risiko disusun sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun atau frekuensi yang lebih tinggi dalam hal terdapat perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha Bank secara signifikan; b.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko dan eksposur Risiko yang diambil oleh Bank secara keseluruhan termasuk
tanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko adalah mengevaluasi dan memberikan arahan berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh satuan kerja manajemen risiko, serta penyampaian laporan pertangunggjawaban kepada Dewan Komisaris secara triwulanan;
c. Mengevaluasi dan memutuskan persetujuan Direksi transaksi yang
memerlukan persetujuan Direksi antara lain transaksi yang telah melampui
Universitas Sumatera Utara
kewenangan pejabat Bank satu tingkat di bawah Direksi, sesuai dengan kebijakan dan prosedur intern yang berlaku;
d. Mengembangkan budaya Manajemen Risiko pada seluruh jenjang
organisasi pengembangan budaya Manajemen Risiko antara lain meliputi komunikasi yang memadai kepada seluruh jenjang organisasi tentang
pentingnya pengendalian intern yang efektif; e.
Memastikan peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang terkait dengan Manajemen Risiko peningkatan kompetensi sumber daya manusia
antara lain melalui program pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan mengenai penerapan Manajemen Risiko;
f. Memastikan bahwa fungsi Manajemen Risiko telah beroperasi secara
independen pengertian independen maksudnya adanya pemisahan fungsi antara satuan kerja Manajemen Risiko yang melakukan identifikasi,
pengukuran dan pemantauan Risiko dengan satuan kerja yang melakukan dan menyelesaikan transaksi;
g. Melaksanakan kaji ulang secara berkala untuk memastikan:
1. Keakuratan metodologi penilaian Risiko;
2. Kecukupan implementasi sistem informasi manajemen; dan
3. Ketetapan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Risiko.
kaji ulang secara berkala antara lain dimaksudkan untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan faktor eksternal dan faktor internal.
Sedangkan dalam Pasal 7 ayat 2 dijelaskan bahwa dalam rangka melaksanakan wewenang dan tanggung jawab tersebut, maka Direksi harus
memiliki pemahaman yang memadai mengenai risiko yang melekat pada seluruh
Universitas Sumatera Utara
aktivitas fungsional Bank dan mampu mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan profil Risiko Bank.
Untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab di atas Dewan Komisaris dan Direksi diwajibkan untuk
58
1. memiliki pemahaman yang jelas mengenai jenis-jenis Risiko yang terjadi dan
dikelola di Bank dan menerima laporan-laporan yang menggambarkan bobot dan kepentingan dan pengambilan Risiko-risiko dimaksud sesuai terminologi
yang telah ditetapkan. :
2. mengkaji ulang dan meyetujui kebijakan yang cukup untuk membatasi Risiko
yang melekat pada kegiatan utama atau produk-produk banknya. Umumnya hal ini mencakup pemberian kredit, penempatan non kredit, asset-liability
management, trading dan kegiatan lain seperti derivative dan lain-lain. 3.
secara berkala mengkaji ulang dan menyetujui risk eksposure limits yang mengikuti perubahan strategi perusahaan, untuk produk baru dan untuk
mengikuti perubahan kondisi pasar. 4.
mengidentifikasi dan memiliki pemahaman yang jelas mengenai risiko yang melekat pada kegiatan Bank yang ditunjukkan dari cara kelola yang baik
good governance, mengambil tindakan-tindakan untuk tetap terinformasi mengenai risiko-risiko ini karena pasar-pasar uang, praktek-praktek
Manajemen Risiko dan kegiatan usaha Bank yang terus berkembang. 5.
memahami dan menggunajan sistem pencatatan dan pelaporan yang memadai untuk mengukur dan memantau sumber risiko utama terhadap organisasi
Bank.
58
Ibid,hal.50-51.
Universitas Sumatera Utara
6. memastikan bahwa jumlah dan kualifikasi pegawai sudah memadai untuk
melakukan operasi Bank secara optimal yang menampilkan kinerjanya yang terbaik karena memiliki integritas, nilai-nilai etika dan berkemampuan
sehingga memenuhi filosofi atau prinsip-prinsip kehati-hatian gaya manajemen yang khas.
7. memberikan perhatian berupa supervise secukupnya atas kegiatan harian pada
pegawainya, tidak terkecuali mulai dari yang paling atas sampai yang terendah.
8. mengidentifikasi dan mengkaji ulang semua Risiko yang relevan untuk
memastikan bahwa sebelum masuk ke kegiatan baru atau meluncurkan produk baru, infrastruktur dan pengendalian intern yang dibutuhkan untuk
mengelola risiko yang adamungkin ada, telah terlebih dahulu tersedia dan berfungsi secara cukup.
Bank for International Settlement BIS menetapkan prinsip-prinsip pengendalian internal internal control untuk menjadi acuan bagi bank dalam
organisasi bank sehubungan dengan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi, yaitu
59
1. Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk menyetujui dan mengkaji ulang
review secara periodik semua strategi bisnis bank dan kebijakan-kebijakan penting; memahami risiko-risiko utama yang dijalani bank, menetapkan
tingkatan risiko yang aman dan dapat diterima dan meyakini bahwa Dewan Direksi bank telah mengambil langkah yang perlu untuk mengidentifikasi,
mengukur, memantau dan mengendalikan risiko; menyetujui struktur :
59
Z.Dunil, Bank Auditing: Risk Based Audit Dalam Pemerikasaan Perkreditan Bank Umum , Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2995,hal.31-32.
Universitas Sumatera Utara
organisasi bank, dan meyakini bahwa Direksi bank memantau efektivitas sistem pengendalian intern bank. Dewan Komisaris adalah penanggung
jawab tertinggi untuk meyakini bahwa sistem pengendalian intern sudah efektif, berjalan baik, cukup dan dipertahankan.
2. Direksi bank bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi kebijakan
yang telah disetujui oleh Dewan komisaris, mengembangkan proses bahwa identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko yang
dilakukan bank, menyelenggarakan struktur organisasi yang secara jelas mengatur tanggung jawab, kewenangan dan hubungan pelaporan; meyakini
bahwa pendelegasian tanggungjawab dilaksanakan secara efektif; mengatur kebijaksanaan pengendalian intern yang sesuai dan memantau kecukupan
dan efektivitas dari sistem pengendalian intern bank. 3.
Dewan komisaris dan Direksi bank bertanggung jawab untuk mempromosikan kode etik dan standar integritas dan mengembangkan
budaya perusahaan pada segenap tingkatan organisasi dan personal tentang pentingnya pengendalian intern. Semua personal dalam organisasi bank
perlu memahami peranan mereka dalam proses pengendalian intern dan terlibat penuh dalam melaksanakannya.
Sedangkan tanggung jawab Dewan komisaris dan Direksi sehubungan kedudukannya pada proses Internal Audit, Bank for International Settlement BIS
menetapkan prinsip-prinsip sebagai berikut
60
60
Ibid,hal.55-57
:
Universitas Sumatera Utara
1. Dewan Komisaris adalah penanggung jawab akhir untuk meyakini bahwa
Direksi bank melaksanakan dan memelihara sistem pengendalian intern yang cukup dan efektif, sistem pengukuran measurement dalam
melakukan assessment segala bentuk risiko yang dapat terjadi dalam kegiatan bank, sistem untuk mengaitkan risiko dengan tingkat kebutuhan
modal bank, dan menggunakan metode yang memadai untuk memantau kesesuaian pelaksanaan dengan undang-undang dan peraturan, ketentuan
Otoritas Pengawas Bank serta kebijakan internal. Sekurang-kurangnya sekali dalam setahun Dewan Komisaris harus melakukan kaji ulang sistem.
Pengendalian intern dan prosedur assessment dalam penghitungan kebutuhan modal Minimum Bank.
2. Direksi Bank bertanggung jawab untuk mengembangkan proses identifikasi,
pengukuran, monitoring, dan pengendalian risiko yang timbul dalam kegiatan Bank. Sekurang-kurangnya sekali dalam setahun Direksi bank
melaporkan kepada Dewan Komisaris tentang cakupan dan kinerja dari sistem pengendalian intern dan prosedur assessment penghitungan
Kebutuhan Modal Minimum. 3.
Setiap bank harus mempunyai fungsi audit yang permanen. Dalam memenuhi tugas dan tanggung jawabnya Direksi bank harus menetapkan
luas cakupan audit yang diperlukan sehingga bank secara berkesinambungan dapat mengandalkan fungsi internal audit sesuai
kebutuhan sebanding dengan ukuran dan sifat dari operasional bank. Dalam cakupan audit tersebut, termasuk penyediaan sarana dan staf untuk internal
Universitas Sumatera Utara
audit tersebut, termasuk penyediaan sarana dan staf untuk internal audit sehingga dapat melaksanakan tujuannya sebagaimana mestinya.
Dalam hal Program Pengendalian Risiko, maka ada beberapa aspek tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi, yaitu
61
a. Rencana Strategik Bank
:
Strategi yang berkaitan dengan Manajemen Risiko menekankan perlunya kewaspadaan penuh dan kedisplinan yang tinggi dalam proses
mengamati dan menindaklanjuti peluang maupun ancaman yang ada. McKinsey menawarkan tiga pedoman dalam menyusun rencana strategik
Bank, yaitu sebagai berikut: 1.
Strategi sebuah Bank seharusnya ditentukan oleh ada tidaknya keterampilan yang terlebih dahulu diyakini akan selalu melampaui
keterampilan pesaing. 2.
Waspada terhadap perilaku destruktif pesaing. 3.
Tingkat pertumbuhan usaha agar ditentukan oleh kecukupan kemampuan manajerial dalam memahami dan mengendalikan Risiko
untuk jenis yang akan dikembangkan tersebut. Jadi, fungsi ini bertanggung jawab untuk megembangkan dan
menyempurnakan strategi perusahaan, dengan menyadari bahwa setiap perubahan terhadap strategi seperti luas dan cakupan kegiatan usaha akan mengubah profil
Risiko perusahaan.
61
Robert Tampubolon.Op.Cit.hal.54-57.
Universitas Sumatera Utara
b. Organisasi berbasis Risiko dengan komitmen penuh
Kunci sukses sebuah Bank adalah manajemen yang berkualitas pada semua tingkatan. Manajemen bisa didukung dan juga bisa dibatasi oleh organisasi yang
mengelilingi dan mengawasi mereka. Sebagai pengambil keputusan di tingkat transaksi, mereka akan melaksanakan pekerjaan mereka dengan semakin baik
apabila didukung oleh budaya organisasi, sistem, struktur dan lain-lain, yang juga harus baik. McKinsey menawarkan lima hal yang perlu mendapat perhatian
Dewan Komisaris dan Direksi dalam membangun organisasi Bank sebagai lembaga pengambil Risiko seperti berikut
62
1. Defenisikan dan komunikasikan filosofi dan tujuan organisasi yang
kegiatan usahanya memang harus mengambil Risiko. :
2. Buat Risiko terlihat nyata dengan cara mengembangkan bahasa Risiko
yang bersifat umum bagi organisasi. 3.
Identifikasi pengambil Risiko terbaik dan bangun struktur organisasi yang kondusif di sekitar mereka.
4. Selaraskan tujuan setiap individu dalam organisasi dengan tujuan
perusahaan. 5.
Evaluasi ulang sistem-sistem limit secara berkala. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi untuk
membangun organisasi yang kondusif bagi penggambil keputusan yang menguntungkan di tingkat transaksi dan bagi terbangunnya komitmen
berorganisasi secara totalitas total organizational commitment.
62
Ibid,hal.58-64
Universitas Sumatera Utara
c. Kebijakan dan Prosedur Bank yang mutakhir.
Salah satu tanggung jawab kunci Dewan Komisaris dan Direksi adalah mengkaji dan memberi persetujuan atas semua kebijakan dan prosedur tertulis.
Semua kebijakan dan prosedur Bank harus mencakup semua Risiko utama yang melekat pada kegiatan usaha Bank. Dewan Komisaris dan Direksi harus
memeriksa apakah kebijakan dan prosedur tersebut telah memperlihatkan adanya pengawasan oleh manajemen yang terkait, garis tanggung jawab yang jelas
berdasarkan pemisahan tugas yang baik, dan prosedur yang cukup rinci untuk diimplementasikan dalam kegiatan Bank sehari-hari. Akuntabilitas harus
diuraikan secara jelas dan garis kewenangan untuk masing-masing kegiatan usaha serta area produk harus pula didefenisikan secara jelas. Kebijakan dan prosedur
harus selalu mutakhir sejalan dengan perubahan lingkungan serta perkembangan Bank yang mengikuti perkembangan produk dan pasar yang ada. Dewan
Komisaris dan Direksi harus mengkaji ulang dan memberi persetujuan atas setiap perubahan terhadap kebijakan dan prosedur. Dewan Komisaris dan Direksi harus
mengkaji ulang dan menyetujui semua kebijakan kunci, khususnya yang ada hubungan dengan toleransi Risiko dan semua limit yang ada, minimal setahun
sekali. Harus ada notulen atau registrasi atas semua perubahan dan persetujuan dewan
63
d. Kepatuhan terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
.
Kecukupan prosedur Bank harus memungkinkan Bank untuk mematuhi ketentuan dan perundangan-undangan laws and regulations yang berlaku.
Dalam hal ini Dewan Komisaris, dan Direksi harus memastikan bahwa kebijakan
63
Ibid,hal.65-66.
Universitas Sumatera Utara
dan prosedur Bank selalu dimutakhirkan agar mencakup atau tidak bertentangan dengan ketentuan dan perundangan-undangan yang berlaku. Dengan adanya
kewajiban setiap Bank memiliki Direktur Kepatuhan atau fungsi compliance, maka tugas pengawasan ini dapat dilimpahkan kepada Direktur dan timnya
64
e. Komputerisasi dan Sistem Informasi Manajemen.
.
Sebaiknya informasi yang menggambarkan kecenderungan eksposur Risiko, kelayakan dan kepatuhan pada kebijakan dan limit Risiko yang telah
ditetapkan Bank, serta hasil atau kinerja dari riskreturn yang telah dipilh merupakan hasil konsolidasi informasi yang diperoleh dari semua divisi maupun
unit yang terpisah secara geografis. Informasi mengenai Risiko harus dapat dipercaya dan transparan bagi semua pegawai. Dan Bank juga harus memastikan
bahwa data historis akuntansi dan manajemen akan dapat diakses oleh sistem application software yang baru dibangun tersebut. Sebaiknya Bank
menggunakan Intranet agar informasi dapat disebarluaskan secara cepat, merata dan murah. Pegawai yang terinformasi secara lengkap mengenai Risiko akan
memiliki pertimbangan yang lebih luas dan mengambil keputusan secara lebih baik. Agar informasi ini dapat dipercaya dan diterima secara tepat waktu oleh
Direksi dan seluruh pegawai, maka penggunaan teknologi informasi yang baik customized tau taylor made harus dipertimbangkan. Tentunya teknologi
informasi ini disesuaikan dengan kemampuan, luas, dan kompleksitas usaha masing-masing Bank. Bank wajib membangun dan mengkinikan dokumentasi
sistem yang memuat perangkat keras, perangkat lunak, database, parameter, tahapan proses flow-chart, asumsi yang digunakan, sumber data, dan output
64
Ibid,hal.67-68.
Universitas Sumatera Utara
yang dihasilkan. Sistem ini juga harus memungkinkan dilakukannya rekonsiliasi data akuntansi dengan data hasil pengolahan Manajemen Risiko
65
f. Sumber Daya Manusia dan program pendidikan yang berkelanjutan
.
Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa manajemen sumber daya manusia telah berfungsi dengan baik. Direksi perlu menanamkan
kewaspadaan pegawai akan adanya Risiko dalam setiap aspek kegiatan Bank mulai dari perekrutan, pengembangan, penilaian kinerja pegawai dan perlu
diterapkan insentif berupa reward bagi yang berhasil dalam mengendalikan Risiko. Sebaliknya akan memberikan penalti apabila staf atau pegawai gagal
mengendalikan Risiko yang telah mereka programkan sendiri. Program pendidikan harus diberikan secara penuh, meliputi semua pegawai, dan
berkelanjutan. Pegawai harus mengikuti pendidikan sesuai rekomendasi yang diberikan atasannya pada penilaian kinerja si pegawai
66
g. Manajemen produk baru
.
Dewan Komisaris dan Direksi harus secara komprehensif menganalisis semua kegiatan dan produkjasa yang baru dan Risiko yang melekat padanya.
Semua produk baru harus sudah dimasukkan ke dalam Profil Risiko, jauh sebelum produk dan aktivitas baru tersebut diluncurkan, agar Dewan Komisaris dan
Direksi bisa memberikan penilaiannya atas Risiko yang akan muncul, misalnya tiga sampai enam bulan yang akan datang
67
h. Pengendalian intern
.
Pekerjaan untuk menilai apakah pengendalian intern yang masih dilakukan secara manual dan yang dilakukan secara otomatis oleh komputer telah
65
Ibid,hal.69-71
66
Ibid,hal.71-72.
67
Ibid,hal.72-73.
Universitas Sumatera Utara
saling melengkapi secara memadai, dalam arti tidak memberi celah atau tumpang tindih, tidaklah mudah. Namun menjadi tugas Dewan Komisaris dan Direksi
untuk menilai keberadaan exist, efektivitas effecvtive dan pemberdayaan enforce kontrol tersebut
68
i. Cakupan Audit Intern berbasis Risiko
.
Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa Audit dilaksanakan oleh orang-orang yang jumlahnya tepat dan ahli di bidangnya,
independen dari unit usaha yang diauditnya, obyektif dan memiliki pengetahuan mengenai jenis-jenis Risiko serta metodologi Manajemen Risiko yang dibutuhkan
untuk mengendalikan Risiko yang ada. SKAI adalah alat Direksi dalam hal memastikan bahwa semua staf dan pegawai Bank telah memiliki pemahaman atau
bahasan yang sama mengenai Risiko. Oleh karena itu Dewan Komisaris dan Direksi wajib memberi SKAI kewenangan untuk menilai dan mendidik agar
semua SDM Bank memiliiki pengetahuan dan keterampilan mengenai Risiko yang seragam
69
Dalam mengelola Risiko Kredit, Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab sebagai pemberi persetujuan approval akhir utama atas
strategi, kebijakan, prosedur dan limit yang bertalian dengan Risiko Kredit. Komisaris dan Direksi memastikan bahwa semuanya itu sesuai dengan kegiatan
usaha Bank, serta melakukan pengkajian berkala sekurangnya setahun sekali atas hal-hal tersebut. Selain memberikan persetujuan dan melakukan pengkajian,
.
68
Ibid,hal.75.
69
Ibid,hal.76-77.
Universitas Sumatera Utara
Dewan Komisaris dan Direksi juga bertanggung jawab untuk mengawasi pengimplementasian strategi, kebijakan, prosedur dan limit yang dimaksud
70
Wewenang dan tanggung jawab ini dapat didelegasikan kepada Komite Kredit atau Manajamen Senior di bawahnya. Sedangkan pengawasan aktif
terhadap pengelolaan Risiko Kredit tetap berada di tangan Direksi. Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan adanya pemisahan tugas antara fungsi
penganalisa permohonan kredit credit approval, dan yang me-review loan review
.
71
Dalam mengelola Risiko Pasar, Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab untuk menerapkan prinsip dasar serta mekanisme seperti
berikut
72
a. Dewan Komisaris dan Direksi wajib menilai dan memberikan persetujuan
atas penyusunan dan perubahan strategi, kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan Manajemen Risiko Pasar. Dewan Komisaris dan Direksi
harus memastikan bahwa manajemen Bank secara berkala menginformasikan gambaran yang tepat mengenai tingkat Risiko Pasar.
:
b. Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa struktur
organisasi secara jelas menetapkan individu-individu, komite-komite, dan satuan kerja dalam Bank yang bertanggungjawab mengelola Risiko Pasar.
c. Bank harus menggunakan sistem atau metode yang tepat dan sesuai
dengan luas dan kompleksitas usahanya. Bank wajib menerapkan limit operasi untuk memelihara eksposur Risiko pada tingkat yang telah
ditetapkan dalam strategi dan kebijakan internal Bank.
70
Ibid,hal.112-113.
71
Ibid,hal.113.
72
Ibid,hal.148-149.
Universitas Sumatera Utara
d. Dewan Komisaris dan Direksi wajib memantau pelaksanaan Manajemen
Risiko Pasar. Dalam hal ini Komisaris Bank harus secara berkala menerima informasi dari Direksi mengenai eksposur Risiko Pasar.
Informasi ini selanjutnya dikaji oleh Komisaris untuk menilai kesesuaian hasil kinerja Bank termasuk Direksi dengan strategi dan kebijakan yang
telah ditetapkan. e.
Bank harus memiliki sistem pengendalian intern yang cukup untuk mengelola Risiko Pasar.
f. Memastikan bahwa telah tersedia sumber daya manusia yang memahami
filosofi pengambilan risiko risk-taking yang terdapat pada transaksi di pasar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang timbul sebagai
akibat pelaksanaan transaksi di pasar. g.
Untuk dapat melakukan tugas ini dengan baik Dewan Komisaris dan Direksi wajib memiliki pemahaman yang memadai mengenai jenis dan
tingkat eksposur Risiko Pasar, dan mampu melihat Risiko ini dalam kaitannya dengan keseluruhan usaha Bank.
Dalam pengelolaan Risiko Likuiditas, Dewan Komisaris dan Direksi, sebagai penanggung jawab utama, wajib
73
a. Menyusun strategi pendanaan, khususnya dalam kondisi pasar yang paling
tidak menguntungkan, serta mengevaluasi strategi ini secara berkala. :
b. Memastikan bahwa manajemen senior telah mempersiapkan pedoman
yang jelas mengenai pengelolaan Risiko Likuiditas yang memadai.
73
Ibid,hal.166-167.
Universitas Sumatera Utara
c. Secara aktif mengukur posisi likuiditas Bank, baik untuk kecukupan
likuiditas saat ini maupun yang akan datang. d.
Memantau kinerja dan profil Risiko Likuiditas Bank dan secara berkala mengkaji informasi yang memberi gambaran mengenai Risiko Likuiditas.
e. Mengkaji rencana darurat Keuangan Bank contingency plan agar mampu
mengatasi semua masalah likuiditas dengan biaya yang relatif murah. Dalam pengelolaan Risiko Operasional, Dewan Komisaris dan Direksi
bertanggung jawab untuk menciptakan iklim atau budaya organisasi yang sehat dimana terdapat prioritas tinggi bagi Manajemen Risiko Operasional serta
ketaatan terhadap pengendalian operational controls yang efektif. Basel II mengharuskan manajemen Risiko Operasional suatu Bank melakukan hal-hal
seperti berikut
74
a. Peningkatan budaya operasional yang menuntut adanya integritas dari
seluruh pegawai dalam melaksanakan kegiatan usaha Bank. :
b. Memahami Risiko Operasional dan membangun serta memperkuat
sekurangnya lima elemen pengendalian, yaitu lingkungan pengendalian sebagai fondasi, risk assessment, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, serta pemantauaannya. c.
Memberi persetujuan approval bagi penerapan sebuah kerangka kerja pengelolaan Risiko Operasional Bank secara keseluruhan.
d. Bertanggung jawab untuk menetapkan struktur manajemen dan mampu
menerapkan Manajemen Risiko Operasional. Serta menggambarkan secara jelas garis pertanggungjawaban, akuntabilitas dan pelaporan.
74
Ibid,hal.193-194.
Universitas Sumatera Utara
e. Melakukan pengkajian secara berkala terhadap kerangka kerja tersebut.
f. Mendukung internal audit SKAI agar memiliki coverage yang luas, dan
mampu menilai kebijakan dan prosedur operasional yang diterapkan secara efektif.
g. Dewan Komisaris dan Direksi wajib memastikan scope dan frequency audit
memadai untuk mengaudit semua risiko yang ada. h.
Memastikan bahwa Manajemen Senior telah mengimplementasikan kerangka kerja Manajemen Risiko Operasional ke dalam kebijakan, proses,
dan prosedur yang khusus, dan dapat dilaksanakan dan dinilai dalam satuan kerja operasional yang berbeda. Kebijakan ini harus dipastikan telah
dikomunikasikan secara jelas kepada semua pegawai semua tingkat dalam satuan kerja operasional yang mengandung Risiko Operasional yang
material. i.
Memastikan bahwa staf dan pegawai yang akan menjalankan kerangka kerja memenuhi syarat. Mereka memiliki pengalaman dan kemampuan teknis
yang memadai, dimana staf atau pegawai yang berwenang untuk memantau dan memberdayakan kebijakan risiko.
j. Memastikan bahwa tidak terdapat celah gap atau tumpang tindih overlap
dalam mengelola seluruh Risiko perusahaan. Pejabat yang bertanggung jawab manangani Risiko Operasional diwajibkan untuk
mengkomunikasikan pengelolaan Risiko Operasional kepada Pejabat yang menangani Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko lainnya.
Universitas Sumatera Utara
L. Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit