Pengelolaan Risiko Kredit PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SEHUBUNGAN DENGAN

manusia yang kompeten, meng-update teknologi informasi dan sumber data yang dapat diandalkan, dan mempersiapkan elemen-elemen penunjang lainnya, seperti standar akuntansi yang mengacu pada International Accounting Standard IAS.

K. Pengelolaan Risiko Kredit

Untuk mendukung proses pemberian kredit yang sehat, Bank Mandiri terus melakukan kajian dan penyempurnaan terhadap kebijakan, prosedur dan tools secara periodik sesuai dengan perkembangan bisnis terkini. Pada tahun 2008 Bank Mandiri melakukan penyempurnaan tools pengukur risiko kredit lain 163 a. Pengembangan rating untuk Financial Institution Bank Mandiri Financial Institution Rating-BMFIR, dengan tujuan untuk dapat melakukan identifikasi dan pengukuran besarnya risiko Counterparty yang dapat diberikan toleransi dalam memberikan fasilitas Credit Line. : b. Penyempurnaan Rating Tools berupa Bank Mandiri Rating System BMRS dan Scoring Tools berupa Micro Banking Scoring System MBSS dan Small Medium Enterprise Scoring System SMESS, serta scoring khusus untuk consumer finance dan credit card. c. Pengembangan template standar spreadsheet keuangan untuk bidang usaha manufacture trading, plantation, contractor, project finance dari FI-Bank. d. Penyempurnaan Loan Origination System LOS untuk segmen Corporate Banking menjadi Integrated Loan Processing ILP sistem yang mencakup Origination System, Spreadsheet data keuangan, Rating System, Nota Analisis Kredit NAK dan Loan Monitoring System yang dilengkapi dengan Early Warning Signal Watch List Tool. Penyempurnaan sistem ini 163 One day:Commitment to Service Excellence. Laporan Tahunan 2008 Bank Mandiri,Op.Cit.hal.177 Universitas Sumatera Utara meningkatkan kehati-hatian dan mempercepat proses Turn Around Time pemberian kredit Bank. 1. Pengelolaan Risiko Kredit Segmen Corporate Commercial Khusus untuk mengantisipasi dampak krisis finansial global, Bank melakukan beberapa langkah sebagai berikut 164 a. Melakukan stress testing untuk menguji elastisitas kualitas portofolio, khususnya tingkat NPL non performing loan portfolio terhadap perubahan variabel-variabel ekonomi dengan berbagai skenario. Stress test dilakukan baik secara individual debitur, kelompok debitur besar, segmen bisnis, per industri, jenis produk maupun total portofolio dan dampaknya terhadap kecukupan modal Bank. : b. Meningkatkan sensitivitas parameter watch list tool, terutama pada parameter-parameter yang terkait dengan kondisi krisis. c. Membuat contingency plan khusus bidang perkreditan dengan 3 kategori tertentu Waspada, Siaga II, Siaga I. Peningkatan kualitas pengelolaan risiko portofolio kredit dilakukan melalui program Effective Portfolio Management dengan melakukan penyempurnaan Portfolio Guideline yang sudah dilengkapi dengan Industry Classification, Industry Acceptance Criteria dan Industry Limit. Industry Classification mengklasifikasikan sektor industri menjadi tiga kelompok yaitu 165 164 Ibid. 165 Ibid.hal.178. :1 sektor industri yang sangat disarankan, 2 sektor industri Universitas Sumatera Utara disarankan, dan 3 sektor industri selektif. Industry Classification membantu bisnis unit dalam menetapkan target market industri dalam ekspansi kredit. Industry Acceptance Criteria IAC merupakan kriteria dasar kualitatif dan kuantitatif yang menjadi faktor penentu kesuksesan key success factors pada suatu sektor industri tertentu. IAC membantu bisnis unit dalam penetapan targeted customer pada sektor industri prioritas yang telah ditetapkan sebagai target market industri. Industry Limit memberikan batasan jumlah ekposur maksimal yang dapat diberikan pada sektor industri tertentu. Industry Limit membatasi konsentrasi risiko pada satu sektor industri dengan mempertimbangkan ketersediaan modal dan kondisi NPL dan Yield portofolio industri tersebut pada setiap saat. Penetapan limit industri didasarkan pada driven factors antara lain rencana bisnis bank business plan, prinsip diversifikasi dan toleransi risiko bank risk appetite. Sektor industri yang mempunyai prospek baik dan secara korelasi memberikan nilai tambah pada portofolio diberikan limit yang lebih besar dibandingkan dengan sektor industri yang kurang prospektif dan secara korelasi meningkatkan risiko portofolio. Dengan demikian keseimbangan alokasi portofolio dapat tetap terjaga pada tingkat yang optimal dan memberikan risk adjusted return maksimal. Portfolio kredit saat ini tersebar pada berbagai sektor industri dengan konsentrasi tertinggi pada sektor perkebunan sawit dan Pengolahannya dengan share sebesar 12,8 dari total portofolio. Konsentrasi kedua besar adalah sektor Pertambangan dengan share sebesar 9,1 . Untuk memonitor risiko kredit tingkat transaksional, Bank telah mengimplementasikan Loan Monitoring System dengan menggunakan Watch List Universitas Sumatera Utara Tool Early Warning Analysis bagi debitur-debitur performing bisnis. Hal ini dilakukan untuk mengambil tindakan antisipasi dini terhadap debitur-debitur yang berpotensi menjadi NPL. Pada tingkat portofolio, monitoring dilakukan melalui perhitungan credit risk profile yang menggambarkan potensi inherent risk dan efektivitas risk control system. Bank juga melakukan monitoring perkembangan dan kualitas portofolio berdasarkan konsentrasi, baik per segmen bisnis, 25 debitur besar, sektor industri, jenis produk, jenis valuta serta risk class. Dengan demikian bank dapat mengambil langkah-langkah antisipatif dan mitigasi risiko, baik secara individu maupun secara portofolio. Guna mengantisipasi dampak langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan oleh krisis keuangan global, Bank membangun sistem contingency plan dan mengklasifikasikan suatu kondisi yang berkembang menjadi 3 tiga tahapan yaitu Waspada, Siaga II, Siaga I berdasarkan perkembangan yang terjadi, dan selanjutnya Bank melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghadapi situasi tersebut. 2. Pengelolaan Risiko Kredit Mikro Dalam rangka menghadapi krisis global untuk meningkatkan ekspansi kredit segmen Consumer dan Mikro yang sehat dan pruden, Bank Mandiri telah melakukan beberapa hal sebagai berikut 166 a. Penyempurnaan Risk Acceptance Criteria untuk setiap produk dengan memperhatikan perkembangan bisnis dan risk appetite, yang disesuaikan dengan karakter risiko pada masing-masing produk. : 166 Ibid, hal 179 Universitas Sumatera Utara b. Penerapan Scoring System: 1. Bank telah menetapkan Application Score untuk Consumer Loans, Credit Card dan kredit mikro. Khusus untuk Consumer Loan, Bank telah menerapkan application score yang dibedakan atas dasar produk dan wilayah sesuai jenis karakter risikonya. Sedangkan untuk application scoring kredit Mikro, pada saat ini sedang kalibrasi ulang untuk meningkatkan akurasi dan efektivitas scoring dimaksud. Khusus untuk segmen credit card, selain application store untuk menilai risk level category pemegang kartu high, Medium, Low berdasarkan historical transaction pemegang kartu. 2. Bank telah selesai mengembangkan Collection Recovery Score pada akhir tahun 2008 untuk Consumer Loan dan Credit Card dengan tujuan untuk meningkatkan optimalisasi penagihan consumer credit atau kredit konsumer sehingga lebih efektif dan efisien dalam upaya untuk menjaga kualitas portofolio. Implementasi strategi penagihan berdasarkan Collection Recovery Score akan dilaksanakan mulai Triwulan I pada tahun 2009. c. Pengembangan dan Penyempurnaan MIS segmen retail consumer guna menunjang fungsi portfolio management. d. Penyempurnaan kebijakan collection yang lebih fokus, sistematis dan agresif, berdasarkan jenis produk serta masing-masing bucket collection. Kebijakan tersebut didukung oleh Automated Collection System yang sifatnya end to end dan dilengkapi dengan collection tools antara lain 167 167 Ibid.hal. 180. : Universitas Sumatera Utara 1. Call Monitoring System untuk memonitor atau merekam seluruh kegiatan penagihan yang dilakukan melalui telepon guna meminimalisir Reputational Risks dan digunakan sebagai alat trainingcoaching. 2. Auto Predictive Dialer untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas proses collection. Untuk menguji sensitivitas portofolio segmen consumer dan retail terhadap perubahan ekonomi makro, Bank telah melakukan stress test dan menetapkan contingency plan, agar kualitas portofolio kredit segmen consumer dan retail tetap dapat terjaga dalam kondisi yang ekstrim.

L. Risiko Kredit