BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan dari perjalanan waktu bukan hanya membuktikan perkembangan zaman, hal yang lebih penting dari itu adalah munculnya berbagai
macam bentuk penemuan yang secara revolusioner sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia salah satu bentuk dari penemuan tersebut ialah transplantasi
yang amat berpengaruh dalam dunia kedokteran.
1
Pada dasarnya dengan adanya penemuan mengenai transplantasi ini sangat menguntungkan manusia, karena manusia dapat berharap labih untuk
perbaikan pada kondisi organ atau jaringan yang telah rusak dengan cara pencangkokan organ atau jaringan yang dari donor yang masih berfungsi.
Sehingga dengan dilakukannya pencangkokan tersebut diharapkan kinerja organ atau jaringan yang digantikan akan lebih maksimal.
Dalam praktek transplantasi dikenal ada dua jenis transplantasi, yaitu monotransplantasi
penggantian organ atau jaringan yang dilakukan sesama spesies, yang dalam prakteknya yakni organ atau jaringan manusia digantikan
1
M. Sa’ad Ih., “Transplantasi dan Hukum Qiyas Delik Pelukaan Studi tentang Reformasi dan Perubahan Eksekusi”
dalam Chuzaimah T. Yanggo ed, “Problematika Hukum Islam Kontemporer”,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, Cet. III, h. 86
1
dengan organ atau jaringan manusia pula. Serta penggantian organ atau jaringan yang dilakukan antar spesies yang dikenal dengan sebutan xenotransplantasi.
2
Sejauh perjalanan monotransplantasi yang biasa dilakukan dengan pencangkokan sesama organ manusia dalam prakteknya terbukti bisa mengatasi
berbagai gangguan kesehatan, hanya saja Sumber jaringan atau organ manusia untuk di transplantasikan sangat terbatas, sehingga hanya ada sedikit
kemungkinan untuk mendapatkan jaringan atau organ donor. Transplantasi
dari manusia ke manusia telah banyak dilakukan, dan resiko utama pada penerima transplantasi adalah hanya penolakan karena adanya
respons imun, namun penolakan ini sebagian besar dapat diatasi dengan penyesuaian donor dari penerima, yang kemudian disertai dengan pemberian obat
yang menekan respons imun tadi. Hanya saja mengenai keterbatasan organ jaringan dari pendonor adalah suatu masalah yang tidak dapat dihindarkan,
Sehingga kenyataan tersebut membuat para ahli dalam bidang kedokteran mencari solusinya dengan menggabungkan transplantasi antar spesies yakni
pencangkokan organ atau jaringan yang dilakukan dengan obyek hewan sebagai sumber donor transplantasinya.
Sehingga keuntungan dari transplantasi ini adalah tidak terbatasnya sumber donor untuk jangka panjang kedepan. Xenotransplantasi adalah proses
pencangkokan organ atau jaringan hewan kepada organ atau jaringan manusia yang sudah tidak berfungsi, dalam prakteknya organ atau jaringan diambil dari
2
http: jerry 703 multiply.comjournalitem206 diakses 230909
obyek hewan seperti halnya sapi, kambing, kera. babon dan tidak terkecuali dengan babi.
Pada prinsipnya resiko penolakan pada Xenotransplantasi lebih berat karena perbedaan antara donor dan penerima jauh lebih besar, jika
Xenotransplantasi menjadi pilihan untuk terapi pada manusia, maka diperlukan
penelitian yang meliputi preklinik dan klinik. Pada tahap preklinik dilakukan penelitian dari binatang ke binatang, jadi prosuder xenotransplantasi diuji pada
binatang terlebih darhulu, kemudian pada penelitian klinik, diuji produk binatang pada manusia, namun prosedur ini memang harus dilakukan secara teliti dan hati-
hati sesuai standar yang ditetapkan Nasional Health and Medical Research Council NHMRC.
3
Dari sekian banyak Negara yang meneliti Xenotransplantasi Australia adalah salah satu negara yang cukup berkembang dalam penelitiannya, hasil dari
penelitiannya harus diakui bahwasannya binatang donor yang paling menguntungkan dan memungkinkan untuk Xenotransplantasi organ atau jaringan
manusia adalah babi,
4
di samping hewan ini berproduksi secara cepat dan anaknya banyak, organ yang terdapat dalam tubuh babi kurang lebih berukuran
sama dengan yang ada pada tubuh manusia. Kemudian organ tubuh babi lebih mudah untuk membuatnya dalam kondisi bebas patogen bahkan rendahnya resiko
membawa patogen yang menginfeksi ketubuh manusia lebih kecil daripada donor
3
http:www.kompas.co.idkesehatannews030507101301.htm
4
http: jerry 703 multiply.comjournalitem206 diakses 230909
yang diperoleh dari kera dan spesiesnya, metabolisme babi yang mirip manusia serta babi yang secara genetik dapat dimanipulasi untuk mengurangi resiko
penolakan pada tubuh manusia menjadikan babi sebagai hewan pilihan teratas sebagai obyek Xenotransplantasi.
Kenyataannya tersebut adalah sebuah titik terang pada dunia kesehatan hanya saja dalam hukum Islam hal tersebut merupakan sebuah permasalahan yang
harus di analisa dan dikaji lagi mengenai kemaslahatan atau mudhorotnya, mubadzir atau manfaatnya serta halal atau halalnya pandangan Islam mengenai
Xenotransplantasi berdasarkan syariat Islam yang inti ajarannya adalah
berpedoman al-Qur’an dan as-Sunnah. Mempunyai hukum dari telaah babi dalam Islam adalah merujuk pada firman Allah dan Hadits Nabi yang berbunyi :
☺
ةﺪﺋﺎﻤ ا 5
: 3
Artinya: Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, dan daging babi QS. Al-Maidah 5: 3.
هﻻ ْوا تاﺮ ﻊْ ْﻐ ْنا ْﻜ ا ْﻴﻓ ﻎ و اذا ْ آﺪﺣا عﺎﻧا رْﻮﻬﻃ باﺮﺘ ﺎ
اور
Artinya: Cara mencuci bejana seseorang dari kamu apabila dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah dicampur dengan
tanah HR. Muslim.
Dari hadits di atas pada dasarnya tidak secara eksplisit menghukumi babi menjadi salah satu hewan yang najis, hanya saja hukum dari babi itu sendiri
diqiyaskan pada anjing, karena keadaan babi yang lebih buruk dari pada anjing.
5
Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian komisi sains WHO World Health Organization
di Denmark yang menyatakan babi lebih berselera makan makanan yang kotor dan membawa bakteri. Dari fakta tersebut dapat
dipersentasekan bahwa hanya terdapat 60 daging babi yang di Denmark yang seteril, sedang 40 lainnya mengandung berbagai bakteri yang berbahaya
6
. Kemudian bila dibandingkan jika daging kambing mengandung bakteri hanya 3
sedangkan kandungan bakteri pada babi adalah 14, ini artinya ada sebanyak 4 kali lipat kandungan bakteri yang terdapat dalam tubuh babi.
Pertentangan penemuan transplantasi dengan konsep xenotransplantasi dengan menggunakan organ atau jaringan babi sebagai obyek pendonornya
dengan keadaan hukum Islam yang menyatakan bahwasannya babi adalah salah satu hewan najis dan bahkan diharamkan dalam syariatnya, tidak memberikan
titik temu untuk pelaksanaan xenotransplantasi. Sehingga memerlukan kajian lebih luas dalam bidang hukum Islam yang nantinya akan meninjau baik
transplantasi maupun xenotransplantasi dari berbagai aspek, juga kajian lebih
dalam mengenai hukum xenotransplantasi yang melibatkan organ atau jaringan
5
Sulaiman Rasjid, “Fiqih Islam”, Bandung : PT Sinar baru Algesindo, 1994, Cet.ke-39, hal. 19
6
Ahmad Syauqi, Al-Fanjari, “Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam” Jakarta : Bumi Aksara, 1996, Cet. Ke-I, hal. 246
babi yang pada dasarnya dalam syariat Islam sendiri babi telah mempunyai hukum tegas sebagai pengecualian. Berdasarkan kenyataan tersebutlah sehingga
penulis tertarik untuk mengangkat dan mengkaji mengenai Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Xenotransplantasi Organ Babi ke Manusia
dengan analisa dari dunia medis maupun syara’ yang merupakan pedoman hukum Islam.
B. Identifikasi Masalah