BAB III GAMBARAN UMUM PRAKTEK
XENOTRANSPLANTASI ORGAN TUBUH
A. Teknik Xenotransplantasi Organ
Secara teknik bedah, transplantasi organ dapat dilakukan dengan cara: 1.
Ortopik yaitu memasang organ yang akan dicangkokan di tempat asli dari
organ yang akan diganti, dengan terlebih dahulu mengambil organ yang asli;
2. Heterotopik yaitu pencangkokan yang dipasang pada tempat organ yang lain
sedangkan organ yang rusak tidak dikeluarkan pada teknik ini.
Dalam melakukan pencangkokan suatu organ, terdapat beberapa teknik dalam praktek pembedahannya, biasanya teknik ini dilakukan pada saat operasi,
baik terhadap donor maupun terhadap pasien. Setiap teknik pembedahan pada macam-macam organ dilakukan dengan cara yang berbeda seperti contoh pada
praktek transplantasi organ ginjal teknik pembedahan yang digunakan adalah nefrektomi dan jenisnya pembedahan dari nefrektomi:
1. Nefrektomi donor sukarelawan
Teknik ini dilakukan melalui lusisi flank. Iga bisa direseksi dikeluarkan untuk mempercepat pengupasan setelah memotong kulit
jaringan subkutis dan otot flank kemudian ginjal didekati retropenitoneum melalui fascia gerota setelah itu pembuluh darah revalis diberi rangka dan
dipotong pada sambungannya dengan aorta dan vena cava. Aorta di potong 26
pada pinggir pelivis kemudian bila ginjal telah di mobilisasi sementara, pembuluh darah dipotong dan ginjal dikeluarkan, setelah itu ginjal baru
ditransplantasi, pada praktek transplantasi ini memerlukan operasi besar dimana banyak organ yang dilibatkan dalam prosesnya.
1
2. Nefrektomi donor kadaver
Teknik ini dilakukan untuk mengeluarkan salah satu organ dari tubuh seseorang, dalam praktek transplantasi ginjal yakni kedua ginjal dikeluarkan
secara bersamaan dengan segmen sorta dan vena cava untuk menghindari cedera pada pembuluh darah revalis.
Secara teknik bedah dalam praktek transplantasi dan xenotransplantasi tidak memiliki perbedaan yang sangat urgen yang mana dalam prakteknya
terdapat beberapa teknik untuk mencangkok organ dalam tubuh manusia akan tetapi dalam praktek xenotransplantasi harus lebih diperhatikan, karena objek
dari pendonor yang berbeda spesies yang secara pasti pula akan terjadi penolakan dari sistem imun recepiens sehingga perlu adanya strategi yang dilakukan untuk
memperkecil atau apabila mungkin meniadakan peran obat-obat penekan sistem imun atau efek rejeksi yakni dengan:
1
Artikel diakses dari kampung mesin-http:mavia-lontong.blogspot.com pada tanggal 23 Juli 2009
1. Menyisipkan gen yang dapat menghentikan penolakan hiperakut, respons
imuns lapis pertama yang akan menyerang organ hewan pada beberapa saat setelah implantasi.
2. Menghilangkan gen pada objek pendonor yang menandai organ sebagai
benda asing dan membuat sistem kekebalan menjadi melemah. 3.
Indentifikasi faktor-faktor yang mengarah kepada penolakan vaskuler dan sistem kekebalan lapis kedua yang dapat menghancurkan organ yang
ditransplantasikan dalam hitungan minggu atau bulan.
2
Adapun pedoman pemanfaatan organ, sel, dan jaringan hewan dalam praktek xenotransplantasi perlu dipersiapkan untuk mengurangi resiko terhadap
resepiens, pedoman tersebut berlaku untuk semua jenis xenotransplantasi yang meliputi pencangkokan organ tubuh, serta transplantasi sel atau jaringan,
mengingat potensi rejeksi atau potensi infeksi dampak dari implantasi organ dalam praktek xenotransplantasi misalnya bakteri yang dapat menginfeksi atau
virus yang dapat menimbulkan penyakit bagi resipiens organ hewan. Pedoman xenotransplantasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
2
Artikel diakses dari kampung mesin-http:mavia-lontong.blogspot.com pada tanggal 23 Juli 2009
Tabel 1 Pedoman Pelaksanaan Xenotransplantasi
3
Perencanaan klinis 1.
Tim harus melibatkan ahli bedah, dokter ahli penyakit menular, dokter hewan, imunologis,
spesialis pengendali infeksi, dan mikrobiolog. 2.
Pusat atau rumah sakit pelaksana harus terkait dengan laboratorium virologi dan mirobiologi.
3. Pedoman transplantasi harus ditelaah oleh komisi
keamanan hayati, komisi penggunaan dan perawatan hewan, dan suatu badan penelaah. Pedoman harus
ditelaah dan disahkan oleh FDA 4.
Pedoman harus menjelaskan metode screening terhadap agen infeksi sebelum dilakukan
transplantasi. 5.
Informasi kepada khalayak harus meliputi resiko potensial bagi resipien, keluarga, atau jenis
hubungan dekat misalnya hubungan seksual, dan perlunya mendokumentasikan spesimen serum
sebelum dan sesudah transplantasi untuk suatu tindak lanjut jangka panjang.
Sumber Hewan 1.
Hewan sebaiknya berasal dari kelompok yang telah
3
Ibid.
tersaring, dari peternakan atau koloni yang tertutup, dan bebas dari kemungkinan infeksi.
2. Hewan harus berasal dari galur yang tercatat dan
dikawinkan dan dibesarkan pada penangkaran. Aspek klinis
1. Status kesehatan dari resipien xenotransplantasi
harus dimonitor secara klinis dan menjalani uji laboratorium.
2. Metode pengujian laboratorium harus dipantau dan
didokumentasikan sebelum transplantasi dilakukan. 3.
Resipien sebaiknya diberitahu terhadap kemungkinan potensi terjadinya resiko penyakit
infeksi bagi dirinya maupun bagi orang-orang dekatnya.
4. Prosedur pengendalian infeksi di rumah sakit harus
dijalankan dengan sebaik-baiknya. 5.
Laboratorium yang ada harus mampu mengkultur dan mengidentifikasi baik agen infeksi yang sudah
banyak diketahui maupun yang baru. 6.
Tim kesehatan harus dididik terhadap kemungkinan resiko penyakit infeksi.
7. Sampel serologis sebaiknya diarsipkan untuk
investigasi lanjutan terhadap kemungkinan infeksi. 8.
Catatan kesehatan sebaiknya dipelihara secara sistematis sehingga tetap memperhatikan dan
melindungi kerahasiaan pasien. Kesehatan
Masyarakat 1.
Panitia pendaftar disarankan dapat menyediakan informasi untuk keamanan jangka panjang dan
mampu membantu investigasi epidemiologis. 2.
Pencatatan atau pendaftaran yang baik dapat membantu mengidentifikasi xenotransplantasi
dihubungkan dengan masalah kesehatan yang mempunyai cakupan kesehatan masyarakat.
B. Kajian Xenotransplantasi Organ Tubuh Yang Dapat Diganti dengan Babi