Pandangan Islam dalam Menanggapi Sebuah Pemberitaan
51 keutuhan masyarakat Islam, dijauhkan dari intrik-intrik musuh, maupun
kecerobohan internal umat Islam yang membahayakan masyarakat Islam.
Tak bisa dielakkan, kehidupan manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah, baik pribadi maupun sosial. Tidak ada kehidupan tanpa masalah,
justru dengan berbagai masalah itulah manusia hidup. Demikian juga yang dihadapi oleh kaum muslimin dan masyarakat Islam. Berbagai masalah
muncul di hadapan mereka untuk dihadapi dan diselesaikan dengan sebaik- baiknya. Dalam menyelesaikan masalah ini, ada satu faktor kunci yang
menjadi dasar pijakan, yaitu informasi. Bagaimana pun, seseorang mengambil keputusan berdasarkan kepada pengetahuan, dan pengetahuan
bergantung kepada informasi yang sampai kepadanya. Jika informasi itu akurat, maka akan bisa diambil keputusan yang tepat. Sebaliknya, jika
informasi itu tidak akurat akan mengakibatkan munculnya keputusan yang tidak tepat. Dan giliran selanjutnya, muncul kedhaliman di tengah
masyarakat.
7
Mengenai berita yang perlu dikonfirmasi adalah berita penting, ditunjukkan dengan dibunakannya kata
naba’ untuk menyebut berita, bukan kata khabar. M. Quraish Shihab dalam bukunya Secercah Cahaya Ilahi
halaman 262 membedakan makna dua kata itu. “Kata naba’ menunjukkan
7
Budi Prasetyo , “Selektif Menerima Informasi Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 6, artikel
diakses pada 9 Oktober 2014 dari http:muslimdaily.netopiniwawasan-islamselektif-menerima-
informasi-tafsir-surat-al-hujurat-ayat-6.html .
52 berita penting, sedangkan khabar menunjukkan berita secara umum. Al-
Qur‟an memberi petunjuk bahwa berita yang perlu diperhatikan dan diselidiki adalah berita yang sifatnya penting. Adapun isu-isu ringan, omong kosong,
dan berita yang tidak bermanfaat tidak perlu diselidiki, bahkan tidak perlu didengarkan karena hanya akan menyita waktu dan energi.”
Dalam soal mentabayyun berita yang berasal dari orang yang berkarakter meragukan ini ada teladan yang indah dari ahli hadis. Mereka telah
mentradisikan tabayyun ini di dalam meriwayatkan hadis. Mereka menolak setiap hadis yang berasal dari pribadi yang tidak dikenal identitasnya majhul
hal, atau pribadi yang diragukan intgritasnya dla’if. Sebaliknya, mereka
mengharuskan penerimaan berita itu jika berasal dari seorang yang berkepribadian kuat tsiqah. Untuk itulah kadang-kadang mereka harus
melakukan perjalanan berhari-hari untuk mengecek apakah sebuah hadis yang diterimanya itu benar-benar berasal dari sumber yang valid atau tidak.
8
Apabila suatu berita tidak benar faktanya, maka hal tersebut merupakan dosa yang termasuk dalam kategori fitnah. Fitnah sangat merugikan orang
lain dan membahayakan orang yang menyebarkan berita tersebut. Sebagai muslim, kita harus bisa menjaga lidah kita karena lidah merupakan pedang
yang mungkin saja dapat menyakiti hari orang lain. Paling tidak, ada dua hal yang perlu kita lakukan ketika kita menerima
8
Budi Prasetyo, ”Selektif Menerima Informasi Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 6,” artikel
diakses pada 9 Oktober 2014 dari http:muslimdaily.netopiniwawasan-islamselektif-menerima-
informasi-tafsir-surat-al-hujurat-ayat-6.html .
53 informasi. Pertama, menyelidiki konten beritanya: apakah benar, logis, masuk
akal, atau sudah tampak kebohongannya. Kedua, menyelidiki pembawa beritanya, sumber awal informasinya: apakah jelas sumbernya, bisa
dipercaya, kredibel, tak dikenal, atau diragukan kejujurannya. Untuk mengambil keputusan tepat terkait informasi yang kita terima. Upaya
tabayyun, klarifikasi, filtering, crosscheck, penyelidikan atas informasi itu sangat penting dilakukan. Penyebaran informasi sensitif yang duduk
perkaranya belum jelas bisa berbahaya atau merugikan. Maka, berhati- haitilah dengan berbagai informasi yang kita terima, agar kita tidak menyesal
menanggung akibatnya.
9
9
Hasbiansyah, “Selektif menerima informasi,” artikel diakses pada 10 Oktober 2014 dari
http:www.unisba.ac.idindex.php?con=maincat=hikmahid=1
54