Teori Kecurigaan Landasan Teori

Hegemoni biasanya dipandang sebagai pengaruh negatif dalam tradisi kritis, tetapi Mumby mengatakan bahwa orang melupakan keterlibatan pertentangan dan transformasi perubahan dalam hegemoni. Maksudnya adalah bahwa hegemoni dapat memberikan cara berbeda dalam memahami berbagai konflik kepentingan yang terjadi dalam organisasi. Pengnalan gagasan perlawanan akan mengalihkan perhatian dari struktur dominasiyang bersifat mengawasi kepada cara-cara produktif yang ditentang anggota organisasi, dengan demikian mengatur kembali struktur pertarungan. 4

2. Analisis Wacana KritisCritical Discourse Analysis CDA

Salah satu tokoh yang menyumbangkan pikirannya terhadap filsafat kritis adalah Jurgen Habermas. Ciri khas dari filsafat kritisnya adalah bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata. Pemikiran kritis mereflesikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penidasan dan emansipasi. Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni. Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab atas keadaan sosial yang nyata. Jurgen Habermas adalah pewaris dan pembaharu Teori Kritis. Dalam pemikiran Habermas, teori kritis dirumuskan sebagai sebuah “filsafat empiris sejarah dengan maksud praktis.” 5 4 Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Sekarang, Jakarta: Kencana, 2013, h. 451- 453. 5 Ajat Sudrajat, JURGEN HABERMA“: TEORI KRITI“ DENGAN PARADIGMA KOMUNIKA“I , Skripsi S1, Fakultas Ushuludin IAIN Sunan Kalijaga, 1988.. Dalam analisis wacana kritis, pada akhirnya bahasa merupakan alat sebagai penyambung suatu maksud tertentu. Analisis wacana kritis menghubungkan bahasa dengan konteks. Maksud dari konteks tersebut merupakan alat yang digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Salah satu kekuatan dari analisis wacana kritis AWK adalah kemampuannya untuk melihat dan membongkar politik ideologi di dalam media. Hal tersebut penting karena dalam wacana yang bersifat kritis diyakini bahwa teks adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan ideologi tertentu. 6 Pendekatan kritis lebih melihat realitas yang teramati virtual reality . Dalam hal ini, realitas media yang merupakan realitas “semu” yang terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial budaya dan ekonomi politik. 7 Roger Fowler dkk., Theo van Leeuwen, Sara Millis, Teun A. van Dijk, dan Norman Fairclough adalah orang-orang yang menyumbangkan pemikiran terhadap kritis. Mereka memiliki pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam menganalisis suatu permasalahan secara kritis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis Teun A. van Dijk. Model ini menganalisis dengan cara melihat aspek teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. 6 Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Wacana Media, Jakarta: Kencana, 2012, h. 7-8. 7 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, Jakarta: Granit, 2004, h. 38. Gambar 1 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk 8 Van Dijk mengemukakan bahwa wacana itu sebenarnya dalah bangun teoritis yang abstrak the abstract theoretical construct. 9 Dengan begitu, wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan fisik bahasa. Adapun perwujudan fisik bahasa ialah teks. 10 Dalam analisis wacana van Dijk suatu teks dianalisis melihat struktur teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis pada elemen teks dilakukan dengan cara metode critical linguistics. Selanjutnya pada elemen kognisi sosial, analisis dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Dan ketika menganalisis pada elemen konteks sosialanalisis sosial menggunakan metode studi pustaka, penelusuran sejarah. 8 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001, h.225. 9 Teun A. van Dijk, Text and context, London: Longman, 1977, h.3. 10 Be y H. Hoed, Wa a a, Teks, da Kali at dala Li erty P. “iho i g et al., ed. , Bahasawan Cendikia, Jakarta: FSUI dan Intermasa, 1994, h.129. Konteks Kognisi Sosial Teks