Kognisi Sosial Konteks Sosial

Zainal Muttaqin merupakan salah satu penguasa di Banten. Dia pun menjelaskan, bukanlah perkara yang mudah untuk mewawancarai Pak Zainal Muttaqin. Karena setelah pemberitaan pertama tentang beliau terbit, beliau tidak terima atas pemberitaan yang ditulis. Beliau pun mengancam penulis dan mengiming-imingi penulis agar memberhentikan pemberitaan yang penulis buat. 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang sudah di sampaikan oleh peneliti, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Pada struktur mikro elemen leksikon atau pemilihan kata, terdapat kata “klarifikasi”, “beliau”, dan “teman lama” yang digunakan sebagai penghalus kalimat. Zainal Muttaqin merupakan orang terpandang yang karena ia tidak didapati melakukan perbuatan maksiat, maka para ulama memakluminya dan menganggap hanya mencari hiburan. Pada analisis kognisi sosial, wartawan menggunakan skema peristiwa event schemas. Pada elemen ini, dianalis dengan melihat cara penulis menyampaikan beritanya dengan klarifikasi langsung melalui saluran telepon. Analisis konteks sosial diperjelas dengan adanya pemilihan kata “Ketua PWNU Banten dan Kepala DPPKD Banten”. Hal tersebut juga diperjelas dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan redaktur pelaksana Radar Banten yang mengaku bahwa pemberitaan tersebut diberhentikan karena adanya wewenang dari Pemerintah Daerah. 2. Pada pemberitaan “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal,” menurut peneliti wartawan memiliki kecenderungan atau tendency dibalik pemberitaan yang dibuatnya. Meskipun terdapat pro dan kontra para ulama yang dimuat dalam pemberitaan ini, tetapi dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, penulis mengaku ia menuliskan fakta pemberitaan. Tetapi, dari wawancara yang dilakukan dengan redaktur pelaksana, peredaran berita masih ditunggangi oleh pemerintahan. Maksudnya adalah terjadinya penonjolan dalam berita ini yang coba menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Zainal Muttaqin adalah perbuatan yang dapat dimaklumi. Namun, seharusnya seorang ketua PWNU tidak pergi ke tempat hiburan malam.

B. Saran

Dari peneli tian terhadap pemberitaan “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal,” peneliti mempunyai saran diantaranya: 1. Bagi para akademisi yang mencoba teori kecurigaan milik Dennis K. Mumby, penelitian skripsi ini menjelaskan dan menghubungkan teori ini dengan baik terhadap pemberitaan ini. Penelitian ini juga telah menghubungkan teori kecurigaan Mumby dengan analisis wacana kritis milik Teun A, van Dijk dengan baik. 2. Sebagai seorang wartawan kita harus memegang teguh terhadap fakta yang ada. Sebaiknya tidak tergiur akan materi yang diberikan oleh seseorang atau kelompok tertentu untuk menonjolkan atau menutup- nutupi suatu kebenaran. 72 DAFTAR PUSTAKA Badara, Aris. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Wacana Media. Jakarta: Kencana, 2012. Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif . Jakarta: Kencana, 2007. Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit, 2004. Hoed, H. Benny. “Wacana, Teks, dan Kalimat” dalam Liberty P. Sihombing et al., ed.. Bahasawan Cendikia. Jakarta: FSUI dan Intermasa, 1994. Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi. Penerjemah Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Humanika, 2011. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Morisan. Teori Komunikasi Individu Hingga Sekarang. Jakarta: Kencana, 2013. Mumby, K Dennis The problem of Hegemony: Rereading Gramsci for Organizational Communication Studies. Western Journal of Communication, 1997. Radar Banten, Company Profile. Serang: PT Wahana Semesta Banten, 2014. Sudrajat , Ajat. ”Jurgen Habermas: Teori Kritis dengan Paradigma Komunikasi.” Skripsi S1 Fakultas Ushuludin, IAIN Sunan Kalijaga, 1988.